Bullying terhadap Kesehatan Mental Anak

Kesehatan Mental Anak
Sumber: pixabay.com

Bullying dapat  diidentifikasi menurut jenis tertentu yang berdasarkan tiga karakteristik berbeda:  tindakan  tersebut melibatkan tindakan yang bertujuan untuk menyakiti orang lain, terjadi dengan cara yang tidak mengancam dan memiliki perbedaan kekuatan antara korban dan pelaku sehingga seringkali korban menimbulkan kesedihan pada tubuh korbannya, baik kesedihan itu emotional maupun fisik.

Di Indonesia, anak anak yang terlibat dalam suatu perkumpulan biasanya dimotivasi oleh status sosial mereka atau posisi yang lebih rentan, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih rentan,  atau  lebih  populer  yang  mampu  untuk ditindas.

Posisi saat ini yang paling mungkin mengalami perundungan adalah mereka yang berasal dari komunitas marginal, merupakan bagian dari keluarga dekat dengan pendapatan rendah, mereka yang memiliki ukuran tubuh atau cacat fisik yang berbeda, atau anak – anak migran yang emosinya tidak stabil.

Bacaan Lainnya

 

Dampak Negatif Efek Bullying terhadap Kesehatan Mental Anak

  1. Depresi hingga kecemasanKorban yang bullying yang mendapatkan intimidasi terus menerus akan mengembangkan gangguan psikosomatis akibat cemas dan perasaan tidak aman yang dialaminya. Gejala fisiknya dapat berupa sakit perut hingga pusing. Ini dapat berlanjut ke tingkat depresi.
  1. Tidak percaya diri.Ketika bullying menjadi penyakit mental pada seorang anak, penerimaan diri mereka akan runtuh secara tiba- tiba, seorang anak akan merasa minder dengan orang lain.
  2. Suka mandiriBullying yang dilakukan secara halus dapat merusak harga diri dan lingkungan sosial seseorang, dan lingkungan pergaulan seseorang. Seorang anak akan lebih mungkin untuk menjalin hubungan dengan orang lain atau menjauhi mereka dan mengalami lebih sedikit ketidaknyamanan dari mereka, orang lain atau menjauhinya.

 

Cara Mencegah Bullying

Salah satu cara menghentikan bullying adalah dengan berbicara kepada anak tentang apa pun yang mereka rasakan tentang apa pun yang mereka anggap sebagai perilaku yang pantas dan tidak pantas di berbagai lingkungan sekitar, atau di media sosial, perilaku yang pantas serta menyarankan agar orang tua berkomunikasi secara terbuka dengan anak agar mereka merasa nyaman untuk menceritakan apa pun yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari .

*Ajari anak-anak memilih kelompok bermain yang cocok.

*Kenalkan anak pada orang dewasa yang dapat memberikan suatu perlindungan mereka. Misalnya, guru atau pendamping di lokasi saat ini.

*Bantulah seorang anak belajar mengendalikan emosinya ketika mereka mengalami kesulitan.

 

Penulis: Anisa Zahra
Mahasiswa Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Binawan

 

Editor: I. Chairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI