Dampak Globalisasi Konsumerisme: Maraknya Penjualan iPhone 15

Dampak Globalisasi Konsumerisme
Ilustrasi: istockphoto

Setelah Apple merilis ponsel terbaru mereka pada September 2023 lalu, banyak masyarakat yang mulai membandingkan lini ponsel terbaru mereka (iPhone 15) dengan lini-lini iPhone sebelumnya. Lini iPhone 15 terbaru yang men-highlight penggunaan bahan super mewah, yaitu titanium yang digadang-gadang sama dengan bahan yang digunakan NASA pada bahan produksi satelitnya.

Selain bahan mewah yang ditawarkan pada iPhone 15, terdapat keunggulan-keunggulan lain yang ada pada seri iPhone terbaru ini. Keunggulan yang ditawarkan tentu juga dihadirkan dengan kekurangan pada seri terbaru ini.

Namun, hal itu bukan menjadi masalah besar bagi pengguna, pasalnya kondisi ini sudah diterapkan pada seri-seri sebelumnya, yaitu tidak disediakannya perangkat charger di dalam kotak dan hanya disediakan kabelnya saja. Akan tetapi, di tengah kekurangan yang ada, keunggulan yang ditawarkan sangat banyak dan teknologi yang digunakan juga lebih canggih.

Keunggulan yang dapat terlihat pertama kali adalah keberadaan fitur dynamic island yang menjadi karakteristik tersendiri bagi iPhone 15. Menjadi bahan perbincangan publik, salah satunya yang menjadi highlight juga adalah perubahan pada port yang digunakan.

Bacaan Lainnya

Sebelumnya Apple menggunakan lighting port kemudian berubah menjadi USB Type-C. Perubahan itu dinilai terlambat oleh publik, dikarenakan Apple sendiri sudah menggunakan USB Type-C di perangkat selain iPhone sejak 2018, sedangkan pada lawan mainnya sudah menggunakan USB Type-C sejak 2016.

Ketahanan baterai yang disajikan juga lebih baik dari seri sebelumnya. Kapasitas baterai yang disediakan pada seri kali ini sebesar 3349 mAH, lebih besar dari iPhone 14 yang sebesar 3279 mAH. Pada seri iPhone 15 ini, diklaim mampu mengisi baterai hingga 50% dalam waktu 30 menit dengan kecepatan pengisian sebesar 20 W.

Lainnya, fitur pengisian daya secara nirkabel juga sudah disediakan dengan kecepatan sebesar 15 W, serta reverse charging sebesar 4,5 W. iPhone juga menawarkan seri terbaru ini dengan ketahanan bodi yang lebih unggul serta tersedia dengan berbagai warna baru.

Juga dengan perangkat penting lainnya, yaitu kamera, yang tersedia dengan kamera utama 48 MP. Dan tahun ini pada tipe pro max mendapatkan update khusus pada kameranya yaitu zoom 5x dengan lensa tetaprism. Serta, fitur keamanan darurat yang semakin ditingkatkan pada seri terbaru ini.

Dari banyaknya perkembangan antara seri sebelumnya dengan seri terbaru iPhone, yaitu iPhone 15, membuat seri ini dipandang oleh masyarakat memiliki seri yang lebih. Tidak serta merta hanya karena perkembangan yang dilakukan iPhone pada seri kali ini, namun iPhone memang memiliki daya tarik tersendiri ketika mengeluarkan seri-seri terbaru mereka.

Perubahan yang mereka lakukan selalu menyita daya tarik masyarakat untuk memiliki iPhone 15 ini. Hal ini juga karena masyarakat yang sudah memiliki pandangan bahwa iPhone memang memiliki nilai barang yang lebih daripada merek lainnya.

Kilas balik alasan mengapa iPhone memiliki nilai lebih daripada nilai lainnya adalah karena sejarah yang dibangun oleh iPhone. Secara garis besar, Apple mengembangkan teknologinya sendiri. Apple sendiri dikenal sebagai salah satu pionir dan perusahaan teknologi terbesar.

Pandangan ini bermula ketika iPhone pertama kali muncul, yang di mana pada pertengahan tahun 2000-an, Apple berhasil membuat gempar dunia. Hal ini karena munculnya terobosan terbaru yang dilakukan oleh Apple yang dinilai sebagai anomali dalam pasar smartphone.

Pada awalnya, terobosan itu diremehkan dan anggap sebelah mata oleh para antusias dan brand-brand besar, namun siapa sangka bahwa terobosan baru itulah yang kemudian akan mengubah perkembangan teknologi handphone di dunia selamanya, yaitu setelah dikeluarkannya merek Apple di pasar merek handphone.

Terlebih ketika Apple terus secara rutin meluncurkan seri iPhone terbarunya setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan pandangan baru bahwa Apple selalu berkembang ke dunia teknologi.

Tepatnya pada tahun 2007, Apple berhasil menciptakan sejarah baru yang kemudian menciptakan pula pandangan baru masyarakat terhadap perkembangan teknologi smartphone, yaitu dengan dikeluarkannya smartphone pertamanya yaitu iPhone 1st generation.

Pada saat seri iPhone pertama diluncurkan, saat itulah Apple membuat sebuah fenomena yang sangat menggemparkan dunia. Hal ini karena keanehan dan anomali sistem OS-nya. Terlebih ketika teknologi sistem OS-nya terus dikecil-kecilkan oleh brand-brand teknologi lain. Artinya, software yang digunakan antara iPhone dengan merek handphone lainnya berbeda.

Ketika handphone lainnya tetap menggunakan software Android-nya, sedangkan iPhone menggunakan software OS-nya sendiri. Ketika iPhone 1st Generation datang pertama kali dengan mengenalkan sistem OS-nya yang baru, yaitu IOS yang simpel namun luar biasa, membuat ketertarikan masyarakat pada merek handphone iPhone terus meningkat dan menjadi ciri khas sendiri di kemudian hari.

iPhone yang setiap tahun selalu berkembang dan diperbaharui, mendorong naik jumlah penjualannya setiap tahun, hingga pada puncaknya di tahun 2015 dengan seri 6s-nya. Hal ini juga karena berkembangnya pandangan masyarakat yang terus menganggap bahwa iPhone berbeda dengan merek handphone lainnya.

iPhone 6s waktu itu dinilai canggih dan bisa mengalahkan smartphone dari brand lain pada masanya. Antusiasme konsumen yang tinggi dapat terlihat dari antrian panjang di depan Apple store. Bahkan, karena terlalu panjangnya dan ramainya antrian mereka harus menginap sampai 2 hari di depan Apple store demi mendapatkan smartphone yang mereka idamkan walau dengan kuantitas handphone yang tidak banyak.

Dengan teknologi yang canggih dan sejarahnya yang panjang menjadikan orang rela untuk membeli iPhone dengan harga yang dipatok mahal. Terlebih ketika membandingkan harga yang ditawarkan merek Apple dengan merek lainnya, terlihat adanya perbedaan dalam hal harga.

Ketika merek-merek Android lainnya menawarkan dengan berbagai varian harga, dari harga terendah kisaran Rp3 juta–Rp5 juta hingga harga tertinggi dengan kisaran harga diatas Rp12 jutaan. Dengan melihat harga yang dipasarkan, artinya merek handphone lain menjajakan handphone mereka untuk segala kaum, bukan hanya kaum menengah ke atas saja.

Namun, berbeda dengan Apple yang menjual produk mereka dengan harga yang tidak terpaut jauh, yaitu dengan kisaran harga di atas Rp12 juta. Dengan harga yang ditawarkan tersebut, masyarakat terus mengembangkan pandangan mereka bahwa iPhone mempunyai nilai tersendiri.

Terlebih ketika harga yang ditawarkan cukup tinggi, menunjukkan keeksklusifan dari merek Apple, baik iPhone, iMac, dan produk lainnya. Nilai eksklusif itulah yang membuat masyarakat sangat berupaya untuk memiliki handphone merek iPhone ini.

Walaupun seringkali terjadi, bahwa masyarakat yang membeli produk tersebut memiliki kemampuan konsumtif yang tidak seimbang dengan harga iPhone itu sendiri. Hanya karena ingin memiliki barang yang dianggap ‘eksklusif’ itu, masyarakat rela membeli iPhone hanya untuk mengikuti pandangan eksklusif masyarakat.

Sebagian besar masyarakat memandang bahwa penggunaan handphone merek iPhone mempunyai kelasnya sendiri. Bahkan, ketika dibandingkan dengan pengguna merek handphone lain yang memiliki kualitas lebih tinggi, masyarakat tetap menganggap bahwa pengguna iPhone terlihat lebih keren dan mewah.

Sekalipun pengguna iPhone tersebut menggunakan dengan seri lama. Namun, tetap saja, masyarakat memiliki pandangannya sendiri kepada pengguna iPhone di masyarakat. Pandangan masyarakat kepada pengguna iPhone selalu berkaitan dengan kemewahan.

Pandangan masyarakat akan kemewahan pada merek iPhone menjadikan seri iPhone sebagai salah satu syarat dalam mendukung strata sosial di Indonesia. Bahkan, sering terjadi di lingkungan sekolah, bahkan di lingkungan masyarakat, bahwa strata sosial itu dipatok pada penggunaan merek handphone.

Seperti, ketika kelompok pengguna merek iPhone akan dipandang lebih tinggi daripada kelompok pengguna merek handphone yang lainnya. Pandangan kemewahan dan keistimewaan pada merek iPhone ini juga bukan hanya sekadar pandangan saja, namun beberapa kali terjadi secara nyata di masyarakat.

Kepemilikan perangkat iPhone juga menjadi salah satu aspek yang berperan penting di dalam keprofesionalitasan di dunia pekerjaan. Ketika individu sudah bekerja di instansi atau perusahaan tertentu, seringkali seseorang dilihat profesional atau tidaknya berdasarkan pada perangkat yang mereka gunakan, dalam kasus ini adalah perangkat handphone atau laptop.

Dalam hal ini, contohnya dalam industri kreatif yang berkembang pesat seperti bidang media sosial dan rumah media. Pekerjaan-pekerjaan seperti graphic designer, video editor, social media admin, sound editor, dan creative designer cenderung memiliki waktu kerja yang fleksibel, namun pekerjaan mereka sangat bergantung pada alat-alat elektronik, seperti handphone maupun laptop.

Seringkali pekerjaan-pekerjaan ini cenderung terlihat menggunakan produk Apple seperti macbook, iPad, dan iPhone. Hal ini karena keistimewaan yang ada pada produk Apple yang mendukung pekerjaan mereka. Atau pada kasus lain, para selebgram menggunakan produk Apple untuk sarana pekerjaan mereka.

Terlebih pandangan masyarakat melihat bahwa selebgram yang menggunakan iPhone lebih terlihat profesional. Hal ini membuat sebagian besar selebgram akan menggunakan iPhone sebagai merek handphone mereka. Selain itu, seseorang cenderung dikatakan lebih profesional ketika mereka menggunakan perangkat kerja yang bermerek Apple, seperti iMac, iPhone, dan lainnya.

Hal ini membuat banyak pekerja yang merasa “harus” memiliki iPhone sebagai perangkat kerja mereka. Hal yang mereka lakukan tersebut bertujuan untuk mencapai standar pekerja yang profesional. Hal tersebut berarti banyak individu yang membeli iPhone untuk mendapatkan identitas profesional tersebut.

Walaupun, sebelumnya ia sudah memiliki perangkat handphone yang masih layak digunakan. Apa yang mereka lakukan dapat dikatakan sebagai suatu bentuk tindakan konsumerisme yang terjadi di dunia kerja. Secara garis besar, konsumerisme yang timbul dari seorang individu itu terjadi untuk mendapatkan identitas tertentu, dalam hal ini adalah identitas profesional.

Seorang individu akan berusaha untuk mendapatkan suatu barang atau suatu hal yang dapat mendukung mereka dalam mendapatkan sebuah identitas di masyarakat. Di dalam masyarakat, identitas yang sudah ditentukan tersebut akan menjadi nilai pada diri individu.

Sehingga, masyarakat terus menerapkan sikap konsumerisme untuk mendapatkan identitas tersebut. Gaya hidup tersebut dikenal dalam sosiologi sebagai gaya hidup konsumerisme, di mana seorang individu akan menganggap gaya hidup mewah sebagai tolak ukur dalam mencapai kebahagiaan dan tolak ukur untuk mendapatkan peran di masyarakat.

Sehingga dalam kasus ini, pembelian iPhone 15 digunakan sebagai alat untuk mendapatkan identitas individu yang “mewah” atau “eksklusif” di masyarakat. Karena bagaimana pun, individu cenderung ingin “masuk” ke dalam kelompok sosial atau strata sosial yang dianggap lebih eksklusif dibanding kelompok/ strata yang lain.

Maka, ketika penggunaan iPhone dianggap lebih eksklusif, masyarakat cenderung akan berbondong-bondong untuk membeli iPhone demi mendapatkan “jalur masuk” ke dalam kelompok/ strata eksklusif tersebut.

Di mana kadang kali, pembelian tersebut bukanlah suatu keharusan atau kebutuhan, melainkan hanya sebuah keinginan. Sehingga, ketika sifat tersebut ada di dalam individu, artinya hal tersebut merupakan sifat konsumerisme.

Secara keseluruhan, perkembangan teknologi pada alat komunikasi, yaitu iPhone merupakan sebuah proses globalisasi. Globalisasi teknologi alat komunikasi dengan munculnya produk Apple, yaitu iPhone membawa perubahan pada cara pandang masyarakat.

Dahulu, masyarakat akan tidak akan menganggap bahwa merek handphone itu menentukan identitas seseorang. Namun, dengan munculnya produk iPhone, membuat pandangan masyarakat mulai berubah, di mana penggunaan iPhone akan membawa pada pemberian identitas seseorang.

Sehingga, masyarakat berbondong-bondong membeli iPhone seri terbaru, dalam kasus ini iPhone 15, hanya untuk mendapatkan identitas eksklusif di masyarakat.

Ketika pembelian suatu barang hanya didasari pada keinginan tertentu, serta untuk mencapai gaya hidup mewah yang dapat memberikan identitas diri eksklusif, maka hal itu sebagai bentuk sifat konsumerisme seseorang.

Adanya sifat konsumerisme yang muncul, berarti globalisasi yang terjadi dalam masyarakat bukan menimbulkan dampak positif bagi masyarakat itu pula, melainkan dampak negatif berupa sifat konsumerisme masyarakat.

Penulis:
1. Dominikus Evan Wisnu Aji
2. Patricia Chelsea Anindya Wahyudi
3. Sebastian Alden Novallino
Siswa Jurusan IPS SMA Kolese Gonzaga

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses