Dampak Kualitas Jaringan Internet Buruk Terhadap Produktivitas Akademik Mahasiswa

Pada era digital, internet menjadi bagian penting dalam menunjang aktivitas akademik mahasiswa, terutama pasca pandemi COVID-19 yang mengharuskan pembelajaran beralih ke sistem daring.

Namun, kualitas jaringan internet yang buruk menimbulkan berbagai kendala dalam proses belajar, seperti keterlambatan akses materi, gangguan komunikasi, dan keterbatasan akses informasi digital.

Ketergantungan tinggi terhadap internet tidak diimbangi dengan infrastruktur yang memadai, terutama di daerah tertinggal, sehingga menciptakan ketimpangan dalam akses pendidikan.

Fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa koneksi internet bukan lagi sekadar penunjang pembelajaran, tetapi telah berubah menjadi pilar utama dalam mendukung keberhasilan studi mahasiswa secara keseluruhan.

Bacaan Lainnya

Opini tersebut bertujuan membahas dampak koneksi internet yang buruk terhadap produktivitas akademik mahasiswa, melalui tiga aspek utama: Tingkat ketergantungan terhadap internet, hambatan dalam pembelajaran, dan upaya penanggulangan yang dilakukan mahasiswa.

Mahasiswa sangat bergantung pada internet untuk perkuliahan daring, pengumpulan tugas, pencarian literatur, hingga komunikasi akademik.

Platform seperti LMS, Zoom, Turnitin, dan Mendeley hanya dapat diakses dengan koneksi internet yang baik.

Tanpa akses internet yang memadai, mahasiswa menghadapi hambatan serius dalam menjalankan kewajiban akademiknya secara maksimal.

Keterbatasan jaringan menyebabkan banyak hambatan seperti keterlambatan mengakses materi, sulit mengikuti diskusi, atau kesulitan mengunduh jurnal.

Ketergantungan internet juga membuat mahasiswa lebih rentan terhadap gangguan teknis yang sewaktu-waktu dapat menghambat proses belajar mereka.

Kemudahan akses juga membawa tantangan. Kecanduan internet menyebabkan mahasiswa terdorong melakukan aktivitas non-akademik, seperti bermain media sosial dan gim daring.

Hal tersebut mengarah pada prokrastinasi akademik, serta rendahnya pemahaman etika dan orisinalitas karya ilmiah.

Literasi digital mahasiswa yang rendah memperparah keadaan, karena tidak semua mahasiswa memahami batas-batas penggunaan informasi secara etis dan bertanggung jawab.

Baca juga: Perkembangan Teknologi Informasi: Internet of Things (IoT)

Meskipun internet memberikan fleksibilitas dan kemudahan dalam pembelajaran mandiri, hal tersebut menuntut kedisiplinan dan manajemen waktu yang baik.

Tanpa kemampuan tersebut, mahasiswa berisiko kehilangan fokus dan produktivitasnya. Banyak mahasiswa mengalami kendala jaringan, terutama yang tinggal di wilayah pedesaan dengan infrastruktur internet yang terbatas.

Studi menyebutkan bahwa 75% mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan daring karena gangguan koneksi.

Gangguan ini tidak hanya menyebabkan keterlambatan atau ketidakhadiran dalam kelas daring, tetapi juga mempengaruhi penilaian.

Mahasiswa dengan koneksi buruk sering dianggap kurang aktif, padahal mereka menghadapi hambatan teknis yang berada di luar kendali.

Ketidakadilan ini menyebabkan ketimpangan capaian akademik dan mencederai prinsip inklusivitas dalam pendidikan tinggi.

Persepsi negatif dari dosen dan teman sejawat terhadap mahasiswa yang kurang aktif akibat kendala koneksi juga bisa memperburuk kondisi psikologis.

Selain dampak akademik, gangguan internet juga menimbulkan tekanan psikologis. Mahasiswa merasa frustasi, stres, bahkan kehilangan motivasi karena kesulitan mengikuti perkuliahan atau menyelesaikan tugas.

Kecemasan meningkat seiring dengan ekspektasi nilai dan ketatnya tenggat waktu, yang tidak selalu mempertimbangkan hambatan koneksi.

Beberapa mahasiswa merasa enggan menyampaikan kendala mereka kepada dosen karena khawatir dianggap mencari alasan.

Akibatnya, mereka memilih diam dan menanggung tekanan sendiri, yang berdampak pada kesejahteraan mental dan performa akademik mereka.

Baca juga: Peran Internet sebagai Media Komunikasi Bisnis yang Mengubah Dunia Digital

Menghadapi gangguan koneksi, mahasiswa melakukan berbagai strategi: Mencari tempat dengan sinyal lebih baik, menggunakan modem tambahan, memanfaatkan internet kampus, atau memilih belajar di malam hari saat trafik internet rendah.

Namun, solusi ini tidak selalu efektif dan hanya bersifat jangka pendek. Mahasiswa juga mulai membentuk komunitas belajar daring sebagai bentuk solidaritas.

Komunitas ini membantu mahasiswa saling mendukung dalam berbagi materi dan semangat belajar. Beberapa bahkan menginisiasi proyek sosial seperti donasi modem, Wi-Fi komunitas, dan pelatihan literasi digital.

Ide yang  mencerminkan kemampuan mahasiswa dalam beradaptasi serta membangun sistem pendukung di tengah kondisi yang tidak ideal.

Namun, inisiatif individu dan kolektif ini tidak cukup jika tidak didukung oleh pihak kampus dan pemerintah.

Peran institusi sangat penting dalam menyediakan fasilitas seperti hotspot gratis, ruang belajar dengan Wifi stabil, atau subsidi kuota internet.

Di sisi lain, pemerintah perlu mengembangkan infrastruktur jaringan, terutama di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), serta menjalankan program afirmatif seperti pemberian kuota gratis dan peningkatan kapasitas digital mahasiswa.

Jaringan internet yang buruk memberikan dampak besar terhadap produktivitas akademik mahasiswa. Ketergantungan terhadap konektivitas tinggi, namun tidak semua mahasiswa memiliki akses yang setara.

Dampaknya tidak hanya teknis seperti sulit mengikuti kelas atau mengakses materi tetapi juga psikologis, berupa stres, cemas, dan turunnya motivasi.

Mahasiswa telah menunjukkan upaya luar biasa untuk bertahan di tengah keterbatasan, namun solusi jangka panjang tetap harus berasal dari kebijakan institusional dan dukungan pemerintah.

Penyediaan infrastruktur digital yang merata adalah kunci untuk memastikan bahwa semua mahasiswa, di mana pun berada, memiliki kesempatan pendidikan yang sama.

Pemerataan konektivitas bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga tentang keadilan sosial dalam pendidikan.

Kualitas internet yang baik bukan hanya kebutuhan teknis, tetapi bagian dari hak dasar mahasiswa untuk memperoleh pendidikan yang layak.

Baca juga: Teknologi dalam Literasi Digital: Pilar Kunci Masyarakat Cerdas di Era Modern

Sinergi antara mahasiswa, kampus, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk menciptakan sistem pendidikan digital yang adil, inklusif, dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Adanya dukungan yang tepat, hambatan konektivitas dapat diatasi, mahasiswa dapat berkembang menjadi generasi pembelajar yang resilien, mandiri, dan siap menghadapi tantangan global di masa depan.

 

Penulis: Fidyrica Ercyla Frisky Izzah

Dosen Pengampu: Robby Cahyadi, M.Pd

Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses