Dampak Teori Behaviorisme pada Strategi Pembelajaran di Indonesia

Teori Behaviorisme
Penguatan Kegiatan Literasi Digital Peserta Didik SMPN 4 Koto Gasib, Kab. Siak, Provinsi Riau dengan Memanfaatkan Gawai (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Behaviorisme, sebuah teori psikologi yang menekankan perilaku yang dapat diamati dalam pembelajaran, dimana teori ini memberikan dampak yang besar pada praktik pendidikan dan strategi pembelajaran di Indonesia.

Tulisan ini bertujuan untuk mengkritisi sekaligus meninjau kembali implikasi behaviorisme terhadap strategi pembelajaran, dengan menyoroti kekuatan dan keterbatasannya.

Salah satu implikasi utama dari behaviorisme terhadap strategi pembelajaran adalah penekanan pada penguatan dan hukuman.

Bacaan Lainnya
DONASI

Menurut prinsip-prinsip behaviorisme, perilaku yang diberi penguatan akan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang dihukum akan cenderung tidak terjadi lagi.

Gagasan ini telah menyebabkan meluasnya penggunaan penguatan positif dalam lingkungan pendidikan, dimana peserta didik diberi penghargaan karena menunjukkan perilaku yang diinginkan atau mencapai keberhasilan akademis sesuai dengan yang diharapkan.

Sebagai contoh, memberi pujian, penghargaan, dan reward di kelas dapat memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan belajar dan berkinerja baik secara akademis.

Selain itu, behaviorisme juga telah mempengaruhi pengembangan strategi instruksional yang berfokus pada pembentukan dan pemodelan perilaku.

Guru sering menggunakan teknik seperti pemodelan, stimulus dan pembentukan perilaku untuk membimbing peserta didik menuju hasil pembelajaran yang diinginkan sehingga tercapai hasil yang maksimal.

Dengan mengurai tugas-tugas yang kompleks menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan mudah dikelola serta memberikan dukungan saat peserta didik mengalami kemajuan, para pendidik dapat secara efektif membentuk dan memperkuat perilaku dan keterampilan yang diinginkan.

Namun, penting untuk mengakui keterbatasan behaviorisme dalam membentuk strategi pembelajaran.

Salah satu kritik utama adalah fokus yang sempit pada perilaku yang dapat diamati, yang sering kali mengabaikan proses kognitif seperti berpikir, pemahaman, penganalisisan, serta pemecahan masalah.

Sehingga hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran ke arah pendekatan pembelajaran yang lebih holistik yang mempertimbangkan interaksi yang kompleks antara perilaku, kognisi, dan lingkungan belajar.

Berbanding terbalik dengan teori konstruktivisme, menekankan peran aktif peserta didik dalam membangun pemahaman mereka sendiri tentang dunia.

Lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil belajar yang mendorong pengembangan strategi pembelajaran peserta didik dengan berpikir kritis, berpikir tingkat tinggi (HOTS), pembelajaran berbasis inkuiri, dan refleksi.

Pembiasaan Peserta didik SMPN 4 Koto Gasib, Kab. Siak, Provinsi Riau Melaksanakan Kegiatan Keagamaan pada Jumat Pagi di Sekolah

Selain itu, ketergantungan behaviorisme pada penguatan eksternal dan reward telah ditentang karena kekhawatiran tentang efektivitas jangka panjang dan dampaknya terhadap motivasi intrinsik.

Meskipun pada awalnya hadiah dapat memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, ada resiko bahwa mereka mungkin menjadi tergantung pada reward eksternal dan kehilangan minat untuk belajar demi kepentingannya sendiri.

Hal ini mendorong para pendidik untuk mengeksplorasi pendekatan alternatif yang dapat menumbuhkan motivasi intrinsik, seperti menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, meciptakan kemandirian, dan memaksimalkan kompetensi serta penguasaan yang dimiliki peserta didik.

Kesimpulannya, behaviorisme telah secara signifikan mempengaruhi strategi pembelajaran dengan menekankan peran penguatan, pembentukan perilaku, dan pemodelan.

Meskipun prinsip-prinsip ini telah berkontribusi pada pengembangan praktik instruksional yang efektif pada teknik manajemen kelas.

Penting untuk mengetahui keterbatasan behaviorisme serta mempertimbangkan pendekatan pembelajaran yang lebih komprehensif yang membahas mengenai aspek kognitif, afektif, dan sosial pembelajaran.

Dengan mengintegrasikan wawasan dari berbagai perspektif teoritis, pendidik dapat menciptakan strategi pembelajaran yang memenuhi beragam kebutuhan dan motivasi peserta didik, yang pada akhirnya menumbuhkan pemahaman yang mendalam, pemikiran kritis, dan keterampilan belajar sepanjang hayat.

Penulis:

  1. Eko Wiand Adi Saputro, S.Pd, Gr
  2. Reni Herlin, S. Pd, Gr
  3. Lailatul Khomariah, S. Pd.I, Gr

Mahasiswa Magister Pedagogi, Universitas Lancang Kuning

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI