Kampus tidak hanya sekadar tempat menimba ilmu akademik, tetapi juga merupakan merupakan ekosistem dinamis di mana mahasiswa mempunyai kesempatan emas untuk mengembangkan berbagai kecakapan lunak (soft skills) yang krusial untuk masa depan mereka.
Dari sekian banyak wadah yang tersedia, organisasi mahasiswa muncul sebagai medium paling efektif untuk mengasah kemampuan non-akademik, sekaligus jadi laboratorium nyata dalam menumbuhkan budaya demokrasi Pancasila. Ini karena di dalam organisasi, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi langsung merasakan dinamika kepemimpinan, kerja sama tim, hingga pengambilan keputusan yang melibatkan banyak kepala.
Bayangkan saja, organisasi mahasiswa itu bisa diibaratkan seperti miniatur sistem kenegaraan dalam skala kecil. Struktur kepemimpinan yang ada di dalamnya, secara unik mereplikasi tatanan pemerintahan kita.
Misalnya, ketua divisi di suatu organisasi bisa kita analogikan sebagai kepala desa yang mengelola lingkup kecil, ketua unit kegiatan mahasiswa (UKM) itu seperti wali kota yang mengurus berbagai kepentingan anggotanya, ketua BEM fakultas bisa kita pandang sebagai gubernur yang mengkoordinasikan berbagai elemen di tingkat fakultas, bahkan ketua BEM universitas bisa menjadi representasi presiden yang memimpin seluruh mahasiswa.
Perumpamaan ini tidak hanya sekadar perumpamaan biasa, namun hal ini dapat memberikan pemahaman yang konkret mengenai struktur dan mekanisme penyelenggaraan negara secara lebih dekat.
Dalam lingkungan organisasi ini, mahasiswa mendapatkan peluang yang berharga untuk terlibat secara langsung dalam menciptakan dan menerapkan nilai-nilai demokrasi. Mereka belajar untuk menyuarakan pendapat secara lugas dan terstruktur, tidak hanya asal berbicara, tetapi juga mampu menyusun argumen yang logis dan berdasarkan fakta.
Diskusi-diskusi yang intens dalam rapat atau forum menjadi ajang yang penting untuk mengasah kemampuan berdialog, mendengarkan perspektif yang beragam, serta mencari titik temu demi kepentingan bersama. Tidak hanya itu, organisasi mahasiswa juga mengajarkan signifikansi bernegosiasi skill yang sangat penting di dunia nyata.
Mahasiswa belajar bagaimana mempengaruhi keputusan secara etis, membangun koalisi yang solid, dan mencapai konsensus melalui komunikasi yang efektif dan persuasif.
Setiap proses internal organisasi, mulai dari pemilihan pemimpin yang kompetitif hingga penyusunan anggaran dan penetapan program kerja, adalah simulasi langsung dari sistem politik yang lebih besar, tempat mereka bisa merasakan langsung dinamika kekuasaan, tanggung jawab, dan partisipasi.
Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa mahasiswa juga memainkan peran utama dalam mengembangkan budaya demokrasi Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wahana penyelenggaraan negara yang sejahtera dan berkeadilan.
Demokrasi pancasila memiliki ciri khas yang membedakan dari demokrasi di negara lain. Prinsipnya tidak hanya mengedepankan hak individu, tetapi juga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta kepentingan individu dan bersama.
Demokrasi sangatlah penting bagi setiap mahasiswa untuk memiliki pemahaman teguh mengenai hakikat, instrumentasi, dan praksis demokrasi Indonesia ini. Demokrasi yang kita miliki bukan sekedar mekanisme pemilu, tetapi sistem nilai yang berakar pada kedaulatan rakyat, musyawarah mufakat, gotong royong, dan penghargaan terhadap keberagaman.
Organisasi mahasiswa menjadi ruang latihan yang nyata bagi mereka untuk melihat AD/ART sebagai konstitusi mini, rapat sebagai proses legislasi, dan pemilihan pengurus sebagai simulasi pemilu. Budaya demokrasi yang kuat di kampus ini akan membentuk karakter mahasiswa yang kritis, partisipatif, toleran, inklusif, bertanggung jawab, akuntabel, dan berorientasi keadilan sosial.
Untuk mewujudkan ini, diperlukan upaya operasional yang terukur, seperti pendidikan dan sosialisasi nilai Pancasila dan demokrasi UUD 1945, penerapan transparansi dan akuntabilitas, mendorong partisipasi aktif anggota, membangun mekanisme kontrol dan koreksi internal, mengedepankan musyawarah dalam penyelesaian konflik, serta mengadakan simulasi pemilu dan debat yang realistis.
Pengalaman ini membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam tentang demokrasi Pancasila, serta pentingnya partisipasi aktif demi terwujudnya negara yang demokratis, adil, sejahtera, dan berkeadilan.
Penulis:
- Rona Nasywa Mahira (J500230028)
- Rengganis Sungsang Kosala (J500230080)
- Aurora Revi Samantha (J500230085)
Mahasiswa Kedokteran Umum, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dosen Pengampu: Drs. Priyono, M.Si.
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News