Developer Game Indonesia: Emas yang Tidak dianggap

Developer Game Indonesia
Ilustrasi Developer Game Indonesia (Sumber: Penulis)

Siapa di sini pernah bermain video game? Hampir semua orang pernah memainkan video game, baik itu video game yang bersifat single player atau bersifat kompetitif seperti game online yang banyak digemari oleh orang-orang saat ini.

Game-game yang beredar di pasaran hampir semuanya dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan dan individu luar negeri, jarang sekali kita memainkan atau bahkan sekadar mengetahui bahwa Indonesia juga memiliki developer-developer berbakat yang bisa menciptakan game-game apik layaknya game-game yang dibuat oleh perusahaan luar negeri.

Hal ini dapat terlihat dari game buatan developer lokal Indonesia asal Surabaya yaitu game dengan judul “A Space for the Unbound” yang berhasil masuk nominasi “Games for Impact” dalam ajang The Game Awards 2023 November lalu.

Bacaan Lainnya

Memang game “A Space for the Unbound” tidak memenangkan penghargaan tersebut tetapi hal ini mulai menunjukkan bahwa developer Indonesia tidak bisa dianggap sebelah mata lagi.

Sayangnya industri game lokal ini belum mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Pemerintah sebenarnya sudah memiliki program untuk mencoba memberikan dukungan kepada industri game di Indonesia, tetapi industri game yang paling banyak mendapat dukungan adalah industri game e-sport yang bersifat kompetitif.

Kucuran dana yang dijanjikan oleh pemerintah juga seakan perlahan-lahan hilang sejak perencanaannya di tahun 2021 silam, hal inilah yang menyebabkan developer game lokal harus bertahan dengan budget seadanya.

Alasan kenapa industri game Indonesia terutama game-game non-kompetitif adalah sulitnya birokrasi di negeri sendiri.

Sebagai contoh developer Indonesia yang sedang mengembangkan konsol di luar negeri terpaksa harus membayar pajak untuk konsol yang masih dalam bentuk dev-kit (Development Kit/Produk yang masih berbentuk perkembangan) ketika membawanya pulang ke Indonesia pada tahun 2018 silam, padahal dev-kit tersebut bukanlah barang jualan yang bisa dikenai pajak bea cukai.

Sulitnya birokrasi ini membuat developer-developer Indonesia memilih untuk berkarir di luar negeri ketimbang di Indonesia.

Hal lain yang menyebabkan mengapa developer Indonesia lebih senang dengan pasar luar negeri daripada pasar lokal adalah karena konsumen lokal itu sendiri?

Konsumen lokal dan mungkin ini telah menjadi ciri-ciri buruk bagi Indonesia adalah mereka tidak suka dengan hal membayar, mereka akan melakukan segala cara bahkan sampai harus membajak suatu game.

Budaya pembajakan ini yang menyebabkan sulitnya industri game lokal Indonesia untuk berkembang karena konsumen lokal yang diharpkan mampu membuat sebuah game lokal menjadi terkenal malah berbalik mematikan sebuah industri game lokal dengan tidak menghargai developer lokal.

Kebiasaan konsumen Indonesia lainnya yang selain suka gratisan adalah suka judi. Kenapa bisa dianggap demikian?

Rata-rata pemain game Indonesia terutama di usia remaja cendenrung menyukai game-game kompetitif ketimbang game-game yang memuat unsur cerita dan progres di dalamnya, dan jikapun menyukai game-game yang ada unsur ceritanya mereka cenderung meng-skip percakapan dalam cerita dan langsung fokus ke permainan dengan dalih jika menyimak cerita akan bosan.

Apa yang dimiliki game kompetitif adalah langsung menghasilkan gameplay tanpa perlu banyak memasukkan embel-embel lore atau cerita, dan game kompetitif ini rata-rata bisa langsung dimainkan alias gratis, tidak seperti game-game cerita yang dianut developer lokal yang kita harus membayar untuk memainkan gamenya.

Bagaimana cara game-game online ini mendapatkan keuntungan? Ya tentu dengan menghadirkan judi di dalam gamenya atau yang sering kita kenal sebagai micro transaction. Mereka tau bahwa konsumen Indonesia suka yang gratisan dan memerasnya dengan sistem judi atau gacha di dalam gamenya.

Dari berbagai masalah tersebut tidak heran bahwa developer game Indonesia memilih berkarir di luar negeri ketimbang di Indonesia.

Sulitnya birokrasi, hampir tidak adanya dukungan pemerintah untuk developer game lokal serta rendahnya penghargaan dari masyarakatnya sendiri menjadi alasan utama.

Selain itu, ekspektasi yang terlalu tinggi dari pemerintah ynag menginginkan developer game lokal untuk menguasai pasar lokal tetapi enggan membantu juga menjadi pukulan terakhir, padahal potensi industri kreatif game lokal Indonesia terbilang sangat menjanjikan baik itu dari segi seni dan juga ekonomi nasional.

Penulis: Muhammad Rifkie Sabitul Noerzaman
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Brawijaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.