Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan eksistensialisme? Eksistensialisme adalah sebuah aliran pemikiran filsafat yang menekankan pentingnya pemahaman tentang kehidupan seseorang, atau lebih tepatnya tentang keberadaan manusia.
Pemikiran ini menekankan pelajaran pentingnya pilihan dalam kehidupan seseorang dan juga mengajarkan bahwa manusia bertanggung jawab atas tujuan dan makna hidup yang dipilihnya.
Artikel ini bertujuan untuk mengkorelasikan hubungan antara eksistensialisme dan dampaknya terhadap kesehatan mental di Indonesia, serta bagaimana perspektif ini bisa menjadi hal baru dalam mengatasi masalah kesehatan mental.
Titik pembahasan pada artikel ini bertumpu pada masalah bagaimana eksistensialisme dapat berpengaruh besar dalam krisis eksistensial dalam pemaknaan tentang hakikat kehidupan, yang sebenarnya itu dapat sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Aliran eksistensialisme memiliki latar belakang yang panjang dan cukup kontroversial. Pemikiran ini bermula dari tokoh filsafat yaitu Jean-Paul Sartre, Martin Heidegger, dan Søren Kierkegaard, yang mana mereka semua meragukan peran sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam mempersiapkan generasi masa depan.
Hal ini disebabkan oleh sistem yang digunakan sekolah dianggap tidak memberikan kebebasan kepada siswanya. Sistem pendidikan yang dipenuhi dengan aturan, tata tertib, serta batasan dianggap menutup jalan keinginan dan imajinasi siswa
Sebuah kritik tajam itu didasari dengan adanya realitas objektif, yang dimana sekolah hanya memperhatikan ospek otak semata, sehingga melupakan eksistensi diri siswa yang seharusnya mereka miliki, kebebasan dalam belajar dan berimajinasi siswa dihilangkan begitu saja dengan adanya kebijakan yang dilakukan oleh sekolah.
Itulah yang menyebabkan para filsuf terdahulu membuat sebuah pemikiran yang saat ini kita kenal dengan eksistensialisme.
Baca Juga:Â Membangun Personal Boundaries sebagai Upaya Menjaga Kesehatan Mental
Eksistensialisme sendiri menekankan pentingnya keberadaan diri dalam mencari makna kehidupan yang dijalani. Secara istilah, eksistensi berarti menganggap segala sesuatu sebagai realitas yang ada, termasuk diri kita sebagai makhluk yang mampu bertindak, memilih, dan mengekspresikan apa yang kita inginkan.
Lalu, bagaimana eksistensialisme dipandang oleh masyarakat Indonesia? Eksistensialisme sebenarnya bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan di Indonesia. Aliran pemikiran ini sudah banyak diterapkan di berbagai lembaga pendidikan di tanah air.
Agama yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia tidak mengubah atau menghilangkan eksistensi dari aliran pemikiran tersebut, melainkan agama memberikan bantuan kepada masyarakat dalam berfikir dan bertindak untuk memilih sesuatu hal yang akan menjadi jalan kehidupannya.
Eksistensialisme memiliki konsep utama yang berkaitan dengan tanggung jawab, perasaan, dan pemaknaan hidup seseorang. Hal ini sangat berhubungan dengan masalah kesehatan mental.
Penekanan pemikiran terhadap pemaknaan hidup menjadi hal yang berdampak besar terhadap kesehatan mental, khususnya di Indonesia, banyak sekali orang yang seakan-akan lupa terhadap hakikat dia diciptakan sehingga orang tersebut melupakan eksistensi terhadap dirinya sendiri.
Gangguan kesehatan mental di Indonesia sendiri banyak terjadi karena seseorang tersebut lupa akan eksistensi terhadap dirinya.
Baca Juga:Â Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Akses dan Kualitas Layanan Kesehatan Mental
Selain itu, banyak juga kasus gangguan mental yang terjadi disebabkan oleh adanya tekanan batin yang didapatkan oleh orang tersebut sehingga dia hidup tanpa adanya kebebasan di dalam dirinya, dan juga cukup banyak orang yang mengalami gangguan mental atau depresi akibat kehilangan sesuatu yang sangat berharga didalam dirinya.
Dalam penerapannya, eksistensialisme dapat membantu seseorang dalam mencari makna hidup, baik dalam keadaan bahagia maupun dalam keadaan sulit. Mereka yang mampu menemukan makna hidup akan lebih mudah menjaga keseimbangan mentalnya.
Selain itu, penerapan eksistensialisme juga dapat dilakukan dengan cara mengenal tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan juga menyadari kebebasan manusia untuk memilih jalan di dalam kehidupannya, serta menerima segala bentuk kejadian yang dialaminya.
Pemahaman yang baik akan makna kehidupan dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan jiwa dan raga seseorang, mereka akan merasakan kebebasan dalam hidup tanpa adanya tekanan didalamnya, juga saat mereka dapat menemukan makna kehidupan pada dirinya, mereka akan bisa melewatkan segala macam masalah yang ada.
Dalam mengatasi masalah kesehatan mental, penting bagi kita untuk mengenal diri terlebih dahulu. Kita harus memperhatikan eksistensi diri kita, memahami tanggung jawab yang ada dalam diri, serta menyadari bahwa kebebasan yang kita peroleh merupakan tanggung jawab besar.
Tahap terakhir yang tidak kalah penting adalah dengan menyadari bahwa setiap hal yang terjadi memiliki makna di baliknya. Belajar untuk menerima ketidakpastian dan melakukan introspeksi diri agar kita dapat hidup lebih maju.
Meskipun eksistensialisme membawa harapan dalam mengatasi masalah gangguan mental, juga cukup banyak tantangan yang terjadi dalam penerapannya.
Tantangan tersebut bisa kita rasakan dengan kurangnya pemahaman seseorang tentang eksistensi, banyaknya tekanan sosial budaya sehingga sulitnya mencari sebuah kebebasan, dan juga kesadaran seseorang yang kurang dalam menerima sebuah ketidakpastian.
Tantangan yang terjadi memang cukup banyak sehingga kita perlu mengedukasi masyarakat agar dapat bisa mengenal dirinya sendiri, dan juga menyadari akan eksistensi diri di dalam hidupnya.
Eksistensialisme dalam penekanannya di dalam pembahasan eksistensi diri dan juga kebebasan di dalamnya, memiliki harapan cukup besar untuk bisa mengatasi masalah gangguan mental yang sekarang banyak terjadi.
Edukasi dalam mengenal diri sendiri bisa membuat seseorang sadar akan tanggung jawab dan hak yang mereka miliki sehingga jika hal itu terjadi, keputusasaan, depresi, serta kekosongan diri yang sering terjadi akan banyak mengurang. Sebab, setiap orang sadar akan keberadaan dirinya sendiri serta sadar atas tanggung jawab dan juga ketidakpastian yang akan dialaminya.
Penulis: Al Muzammil Bil Ilham
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hadits, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News