“Hamba yang Membutuhkan Raja” Naskah Nasihat Al-Gildaki

Manuskrip Kuno
Ilustrasi Manuskrip (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

‘Iz Ad-Din Aidamir Bin Ali Al-Gildaki (عز الدين الجلداكى) merupakan seorang cendekiawan Islam di bidang alkemis abad ke-14 yang lahir dari keluarga keturunan kerajaan Mamluk Turki.

Ia lahir di Mesir dan tumbuh menjadi ahli kimia produktif yang telah memiliki beberapa karya cetak yaitu Al-Misbah fi ‘Ilm al-Miftah (المصباح فی علم المفتاح, Kunci Ilmu Cahaya) dan risalah alkimia Kitab al-Burhan fi asrar ‘ilm al-mizan (کتاب البرهان فی اسرار علم المیزان, Bukti Mengenai Rahasia Ilmu Keseimbangan), yang telah dimiliki oleh Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat. Ia wafat di Mesir pada tahun 743 Hijriyah/1342 Masehi (Holmyard, 2016).

Gambar 1. Halaman cap basah kitab Nihāyat aṭ-ṭalab fī šarḥ al-muktasab

Kegiatan ilmiah menganalisis atau mengkaji teks naskah terdahulu dapat disebut sebagai tahqiq dan orang yang mengkaji disebut muhaqqiq (Hanafi, 2020).

Pada saat ini dikenal dengan ilmu filologi, yaitu studi yang mendalami teks manuskrip terdahulu berdasarkan pembahasan isi teksnya seperti budaya, bahasa, sejarah, nasihat, dan lain sebagainya (Abdullah, 2019).

Bacaan Lainnya
Gambar 2. Halaman watermark kitab Nihāyat aṭ-ṭalab fī šarḥ al-muktasab

Perjalanan (kitab) kedua dari Nihāyat aṭ-ṭalab fī šarḥ al-muktasab dalam rangkaian karya Imam Aydamir bin ‘Ali Al-Gildaki rahimahullah.

Gambar 3. Halaman 1 kitab Nihāyat aṭ-ṭalab fī šarḥ al-muktasab

Baca juga: Manuskrip Sa’ru Ibadat (Puisi Agama)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah yang menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang mulia, yang menunjukkan bahwa Dia adalah Dzat yang Ada untuk dirinya, dan yang menjadikan pemikiran ilmu pengetahuan yang cemerlang, yang menunjukkan julukan keagungan dan sifat-sifat-Nya. —.

Dan melimpahkan rahmat-Nya yang tampak dan tersembunyi pada setiap individu dari ciptaan-Nya, yaitu Ahmad (Muhammad) pujilah dia dengan rahmat Allah, Dia (Allah) yang tidak bergantung pada yang lain, dan Dia tidak memiliki kekurangan dalam usia kehidupan-Nya.

Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, yang tidak memiliki pasangan, yang melimpahkan keberkahan kepada hamba-hamba-Nya dengan karunia-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang dipilih untuk kebijaksanaan dan Al-Qur’an serta wasiat ayat-ayat-Nya, Allah melimpahkan sholawat (kasih sayang) kepadanya, keluarga dan sahabatnya, yang masing-masing dikenal dengan namanya dan sifat-sifatnya.

Apa yang akhirnya dicari oleh setiap penuntut ilmu untuk mencapai harapannya, tujuan yang diinginkannya, dan akhir dari kebutuhannya, dan damai sejahtera baginya yang berlimpah. Maka saya katakan, demi Allah, kesuksesan, petunjuk, dan bimbingan.

Bahwasanya di antara syarat-syarat ilmu pengetahuan adalah memberikan kemaslahatan atau manfaat untuk pemiliknya (ilmu), dan dari syarat ulama (seorang berilmu) bahwa ia tidak menyembunyikan apa yang Allah SWT ajarkan kepadanya (ilmu agama) demi kepentingan yang bermanfaat bagi pribadi dan masyarakat.

Kecuali anugerah ini, syaratnya adalah tidak mengungkapkan atau menunjukkannya secara terus terang selamanya.

Raja-raja tidak mengetahuinya, apalagi mereka yang tidak mengerti dan tidak berakal seperti raja-raja zaman ini, karena mungkin orang-orang yang lebih buruk dari mereka telah memerintah mereka.

Gambar 4. Halaman [424] 210v kitab Nihāyat aṭ-ṭalab fī šarḥ al-muktasab

Dan berbuat baiklah kepada hamba-hamba-Nya, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan takutlah akan larangan-Nya dan bertakwalah kepada-Nya.

Dan berpegang teguhlah pada pintu muraqabah (mendekatkan diri kepada Allah) dan munajat (berdoa kepada Allah), karena tidak ada yang lain selain Allah, agar Dia membukakan pintu (muraqabah dan munajat) untukmu.

Dan kamu duduk di barisan orang-orang yang dicintai dengan penuh kehormatan yaitu orang-orang yang memiliki nama atau gelar terbaik dan keselamatan atau perdamaian. Dan Allah adalah penolong di setiap saat. Dan Al-Qur’an bagi kita untuk menyimpulkan buku kedua dari buku ini.

Dan Allah adalah penolong dan kepada-Nya segala puji dan syukur sampai hari kiamat, dan sholawat-Nya atas ciptaan-Nya yang paling sempurna, junjungan kami Muhammad dan kepada keluarganya yang baik dan para sahabatnya, dan salam sejahtera baginya, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Buku kedua dari buku Nihāyat aṭ-ṭalab fī šarḥ al-muktasab diikuti oleh buku ketiga dan permulaannya, bab pertama dari artikel pertama buku ini, menjelaskan apa yang disembunyikan oleh pemilik dan disembunyikan oleh penulisnya.

Hamba yang membutuhkan raja. Al-Jawad Suwaigi bin Ahmad Al-Jabal Al-Adawi, pada hari Sabtu ketiga bulan Muharram, penulisan 1301 Hijriah, semoga dilimpahkan rahmat dan berkah kedamaian yang suci.

Kajian Isi Naskah

Naskah ini ditulis dengan tinta hitam secara keseluruhan dan tinta merah pada kata-kata tertentu. Dengan judul asli نهاية الطلب في شرح المكتسب yang ditulis oleh ‘Iz Ad-Din Aidamir Bin Ali Al-Gildaki pada tahun 1301 Hijriah (1883 Masehi) dan disalin oleh Al-Jawad Suwaigi bin Ahmad Al-Jabal Al-Adawi.

Manuskrip ini ditulis di atas kertas berwarna putih tulang dengan aksara Arab dan berbahasa Arab sebanyak 437 halaman dengan 420 halaman berisi tulisan dan 17 halaman kosong, masuk ke dalam kategori manuskrip non-Eropa dan manuskrip Islam yang didigitalisasikan di Perpustakaan Negara Bagian Berlin-Warisan Budaya Prusia, Jerman. Diindeksasi pada tanggal 7 Juli 2022 dengan tipe struktur naskah multi-volume.

Buku ini adalah seri buku kedua dari perjalanan buku pertama dan diikuti buku ketiganya. Ditulis oleh seorang alkemis Mesir dengan tema “Hamba yang membutuhkan raja”.

Penggambaran “raja” pada tulisan ini menuju kepada Allah SWT sebagai raja atau penguasa alam semesta.

Seorang hamba yang hendaknya selalu bermunajat kepada Allah untuk meminta apa yang dibutuhkannya. Tulisan ini juga berisikan tentang kisah raja-raja zaman dahulu dan nasihat-nasihat agama.

Jika hamba sebagai makhluk ciptaan Allah membutuhkan Allah sebagai Tuhan, itu tidak berlaku bagi seorang raja manusia. Manusia yang menjadi raja akan membutuhkan rakyatnya untuk membentuk negaranya.

Rasa syukur yang harus kita miliki atas segala nikmat yang telah Allah berikan, bertaqwa dengan menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya, mengingat bahwa Allah adalah penolong di setiap saat, selalu berupaya mendekatkan diri kepada Allah (muraqabah) dan berdoa (munajat), nasihat untuk selalu berbuat baik kepada sesama sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya, dan senantiasa duduk berkumpul bersama orang-orang yang berakhlak baik dan berilmu, serta tidak tenggelam dalam kekayaan dunia semata.

Dengan nasihat tauhid dan sosial, tulisan naskah ini memberikan kemaknawian secara empiris bahwa dalam kehidupan kita sebagai manusia.

Kita tidak hanya berhadapan dengan Tuhan kita Allah SWT dengan posisi kita sebagai hamba, namun juga sebagai manusia sosial yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Seperti kalimat yang kita ketahui bersama, hablu minallah wa hablu minannas.

Konsep “raja” yang dikiaskan Al-Gildaki pada naskah ini antara raja manusia dengan raja alam semesta yang  maknanya berbeda, membuat pembaca tertarik untuk mendalami pemahamannya.

Al-Gildaki mengiaskan nasihat ini dengan cerita raja-raja terdahulu yang hidup pada kala itu. Raja manusia akan membutuhkan rakyatnya untuk membentuk dan menghidupkan suatu wilayah, tetapi raja alam semesta yakni Allah SWT tidak membutuhkan siapapun dari ciptaan-Nya, firman Allah SWT dalam Alquran surat Fatir ayat 15.

Penulis:

  1. Fatimah Az Zahro
  2. Dr. Iin Suryaningsih, M. A

Mahasiswi Bahasa dan Kebudayaan Arab, Universitas Al Azhar Indonesia

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi:

Abdullah, M. (2019). PENGANTAR FILOLOGI.Universitas Diponegoro Semarang. 8-10. http://eprints.undip.ac.id/72723/1/Pengantar_Filologi_upload.pdf

Hanafi, A. (2020). DIKTAT FILOLOGI. Institut Agama Islam Negeri Jember. 1-4. http://digilib.uinkhas.ac.id/1282/1/diktat.pdf

Holmyard, E. (2016). Aidamir Al-Jildaki. Cambridge University Press. 4(1).  https://doi.org/10.2307/4241604

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses