Di masa pergantian presiden Prabowo membawa sukacita masyarakat Indonesia yang tentunya akan berdampak bagi perubahan, terutama dalam bidang pendidikan. Banyak masyarakat yang keberatan terhadap sistem pendidikan Indonesia saat ini semenjak digantinya kurikulum, penyalahgunaan KIPK, dan kesetaraan pendidikan.
Sebagai generasi muda, kita tentunya mendambakan perubahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan meningkatkan kualitas pendidikan, dapat mengatasi perkara tersebut untuk menciptakan generasi muda yang cerdas dan unggul di era pemimpin baru yang dapat membawa dampak positif untuk memajukan negara.
Model pembelajaran yang berubah dapat menyulitkan orang tua untuk membantu anak dalam belajar, sehingga perubahan kurikulum ini menuai pro kontra baik dari orang tua, guru, maupun anak didik itu sendiri. Dengan adanya perubahan kurikulum ini membuat pembelajaran harus lebih kreatif dan berinovasi agarmudah dipelajari dan dipahami oleh anak didik tersebut.
Selain itu, fasilitas dan sarana prasarana lain yang dibutuhkan untuk pembelajaran masih belum memadai, keterbatasan dalam hal belajar mengajar masih perlu diperhatikan. Dalam upaya ini pemerintah dapat menyeimbangkan tentang dampak dari perubahan tersebut. Akibatnya semua ikut berpartisipasi dalam perubahan kurikulum ini.
Baca juga:Â Mewujudkan Impian Pendidikan Generasi Muda di Era Presiden Baru
Kesetaraan pendidikan adalah prinsip fundamental yang menjamin bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, ras, gender, disabilitas, atau lokasi geografis, memiliki hak yang sama untuk mengakses pendidikan berkualitas. Ini bukan sekadar memberikan akses ke sekolah, namun juga memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang setara untuk belajar, tumbuh, dan mencapai potensi maksimalnya.
Di Indonesia kesenjangan sosial masih menjadi acuan dalam kesetaraan pendidikan yang ada. Banyak perbedaan yang signifikan antara daerah perkotaan dan daerah pelosok seperti keterbatasan fasilitas yang ada dan akses jalan yang kurang memadai sehingga banyak tenaga pengajar yang memilih di daerah perkotaan daripada dipelosok.
Dalam hal ini, pemerintah perlu memperhatikan upaya-upaya tersebut agar didaerah pelosok mendapatkan pendidikan yang layak seperti di perkotaan.
Dengan meningkatkan pembangunan yang ada dan pelatihan terhadap guru dapat membangun pendidikan yang lebih baik dan signifikan, selain pembangunan pemanfaatan teknologi, penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat meningkatkan akses terhadap materi pembelajaran yang berkualitas, bahkan di daerah terpencil.
Selain model pembelajaran, ini juga perlu diperhatikan, dana KIPK ini kerap disalahgunakan pihak penerima yang seharusnya digunakan untuk keperluan kuliah justru malah digunakan untuk membeli barang-barang mewah atau untuk kepentingannya sendiri.
Dengan adanya isu seperti ini kita berharap dengan tergantinya presiden RI ini untuk memperluas peluang beasiswa bagi pelajar Indonesia. Perluasan beasiswa tentu dapat membuka pintu bagi pelajar yang kurang mampu untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya sehingga mengurangi kesenjangan pendidikan. Dengan diadakan perluasan beasiswa ini maka akan meningkatkan kualitas SDM dan daya saing bangsa.
Penulis: Defi Rakhma Wati
Mahasiswa Akuntansi, Universitas Tidar
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News