Harmonisasi Budaya dan Agama dalam Perspektif Al-Qur’an

Ajaran Al-Qur'an
Sumber: pixabay.com

Islam adalah agama yang paling banyak diikuti di negara Indonesia, dibandingkan Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Islam memiliki ajaran Rahmatan lil ‘Alamin, yang berarti rahmat bagi seluruh alam. Artinya, rahmatnya mencangkup seluruh alam, tidak terkhusus hanya untuk umat manusia saja.

Islam dalam ajarannya terdapat nilai-nilai persaudaraan atau ukhuwah yang dijadikan pedoman dalam bersosial, meliputi:

Ukhuwah Islamiah (Persaudaraan Sesama Umat Islam)

Dalam ukhuwah yang pertama, persaudaraan yang mencangkup keseluruhan umat Islam di berbagai wilayah dunia. Jadi, orang Islam di wilayah Asia dengan orang Islam di wilayah Amerika itu bersaudara.

Bacaan Lainnya

Ukhuwah Wathaniyah (Persaudaraan Sesama Negara)

Dalam ukhuwah yang kedua, persaudaraan yang mencangkup keseluruhan warga suatu negara, katakanlah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, dengan berbagai macam suku dan budaya yang ada di Indonesia, itu terhubung dalam satu persaudaraan yaitu persaudaraan dalam satu warga negara.

Baca Juga: Akhlak terhadap Ulama: Perspektif Agama dan Tantangan di Era Modern

Ukhuwah Basyariyah (Persaudaraan Sesama Manusia)

Dalam ukhuwah yang ketiga, persaudaraan yang mencangkup keseluruhan umat manusia di dunia. Jadi, bisa dikatakan bahwa umat Islam yang ada di Indonesia merupakan saudara dari umat Buddha yang ada di Tiongkok.

Inti dari keseluruhan ukhuwah adalah setiap manusia saling bersaudara karena berasal dari leluhur yang sama, yaitu nabi Adam a.s. Sudah sepatutnya kita untuk menghargai satu sama lain, saling tolong menolong dalam kebaikan, dan menjaga satu sama lain.

Seperti yang terdapat pada potongan dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 3 berikut:

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ

“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”

Dapat dipahami dari potongan ayat di atas bahwasanya kita diperintah untuk saling tolong menolong antarsesama dalam hal kebaikan, contohnya seperti kerja bakti dalam membuat rumah tetangga.

Diperintah untuk jangan saling tolong menolong dalam menjalankan keburukan, contohnya seperti menolong para perampok agar bisa kabur dari kejaran polisi.

Terdapat juga keterangan dari Nabi Muhammad swt. di dalam Hadis Sahih Al-Bukhari No. 12:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan dari Husain Al Mu’alim berkata, telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri.”

Baca Juga: Akulturasi Budaya dan Agama di Kalimantan Selatan

Dapat dipahami dari hadis di atas bahwa seseorang dapat dikatakan orang yang beriman apabila orang tersebut mencintai saudaranya seperti halnya mencintai diri sendiri.

Maksud mencintai disini dapat diartikan sebagai kasih sayang atau empati kepada saudara atau tetangga. Jadi, ketika tetangga kita mengalami kesusahan maka kita akan turut berduka, sedangkan apabila tetangga kita mendapatkan kebahagiaan, kita akan turut bahagia.

Dari keterangan ukhuwah di atas, dapat diambil maksud bahwasanya harmonisasi atau upaya mencari keselarasan antara agama dengan budaya sangat melekat pada Islam.

Contohnya seperti ukhuwah, yang mana nilai-nilainya dapat diambil dari sumber keilmuan inti dari agama Islam, yakni Al-Quran dan As-Sunnah.

Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan ajaran yang dibawa dan disandarkan kepada Rasulullah. Untuk amaliah harian, Islam memiliki figur Nabi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai contoh aktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Rasulullah memiliki sifat-sifat yang lemah lembut, dermawan, baik tutur katanya, dan masih banyak lagi sifat mulia beliau.

 

Ridwan Fauzi

Penulis: Ridwan Fauzi

Mahasiswa Prodi Ilmu Hadits, UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan 

 

Editor: Siti Sajidah El-Zahra

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses