Bangunan menyumbang sekitar 35% emisi COâ‚‚, 49% sulfur dioksida (SOâ‚‚), dan 25% nitrogen oksida di atmosfer, menjadikannya salah satu sektor yang paling berdampak pada lingkungan (National Institute of Building Sciences, USA).
Dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap perubahan iklim dan degradasi lingkungan, konsep bangunan hijau (green buildings) dan penerapan teknologi inovatif seperti Internet of Things (IoT) menjadi kunci dalam pembangunan berkelanjutan.
Konsep ini mendukung berbagai tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 6 (air bersih dan sanitasi layak), SDG 7 (energi bersih dan terjangkau), serta SDG 9 (industri, inovasi, dan infrastruktur).
Bangunan Hijau dan Pemanfaatan Energi Surya
Bangunan hijau didefinisikan sebagai struktur yang memanfaatkan sumber daya secara efisien, mengurangi emisi karbon, dan menggunakan material ramah lingkungan. Salah satu teknologi kunci dalam bangunan hijau adalah pemanfaatan energi surya.
Teknologi surya, seperti solar water heating systems, solar space heating and cooling, serta sistem distilasi air menggunakan energi surya, memungkinkan bangunan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dalam konteks ini, panel surya memainkan peran penting. Sistem seperti flat-plate collectors atau concentrating solar systems memungkinkan pemanasan air, ventilasi ruangan, dan produksi energi dengan efisiensi tinggi. Namun, untuk mengoptimalkan kinerja dan mengintegrasikan teknologi ini ke dalam kehidupan sehari-hari, diperlukan sistem pengelolaan yang cerdas, di sinilah teknologi IoT memiliki peran yang masif.
Peran IoT dalam Bangunan Hijau
Internet of Things (IoT) merupakan jaringan perangkat pintar yang saling terhubung dan dapat berkomunikasi untuk mengumpulkan, menganalisis, dan bertindak berdasarkan data secara otomatis.
Dalam bangunan hijau, IoT dapat berperan dalam berbagai aspek; Teknologi IoT memungkinkan sensor yang terpasang pada panel surya untuk memantau intensitas cahaya matahari, kondisi cuaca, dan performa panel secara real-time.
Data ini digunakan untuk mengoptimalkan produksi energi surya dengan menangkap cahaya matahari secara maksimal dan IoT memungkinkan penyimpanan energi berlebih dengan jaringan listrik pintar (smart grid).
Internet of Things (IoT) juga dapat digunakan untuk optimatisasi dan efisiensi energi, contohnya sistem pencahayaan yang dilengkapi dengan sensor IoT akan mati secara otomatis ketika ruangan kosong. Sistem pemanas dan pendingin dioptimalkan berdasarkan data suhu dan kelembapan yang dikumpulkan oleh sensor.
Sebagai contoh, Suzlon One Earth di Pune, India, telah memanfaatkan teknologi otomatisasi pencahayaan berbasis energi surya untuk mengurangi konsumsi energi listrik. IoT juga mampu mengelola konsumsi energi secara real time yang memungkinkan penghuni bangunan untuk memantau konsumsi energi melalui aplikasi berbasis cloud.
Data ini memberikan wawasan tentang penggunaan energi dan efisiensi perangkat. CII-Sohrabji Godrej Green Business Centre di Hyderabad menggunakan panel surya yang terhubung IoT dan menyumbang hingga 20% pengurangan biaya energi total.
Penerapan Internet of Things (IoT) dan energi surya dalam bangunan hijau memberikan berbagai manfaat yang signifikan. Salah satunya adalah pengurangan emisi karbon, di mana pengelolaan dan pemantauan energi yang efisien dapat mengurangi jejak karbon bangunan.
Selain itu, bangunan hijau yang memanfaatkan teknologi IoT mampu mencapai efisiensi energi yang lebih tinggi, dengan penghematan energi yang dapat mencapai 30-40% dibandingkan dengan bangunan konvensional. Penerapan otomatisasi dan optimasi melalui sistem ini juga berkontribusi pada pengurangan biaya operasional, karena konsumsi energi dapat dikendalikan dengan lebih baik.
Tak kalah pentingnya, keberadaan sistem berbasis IoT meningkatkan kenyamanan penghuni dengan menciptakan lingkungan dalam ruangan yang lebih sehat dan nyaman, mendukung kualitas hidup yang lebih baik.
Simpulan
Integrasi teknologi IoT dalam bangunan hijau yang memanfaatkan energi surya menawarkan solusi holistik untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan sensor dan perangkat pintar, bangunan tidak hanya mampu mengurangi emisi karbon dan limbah, tetapi juga menciptakan efisiensi energi yang lebih baik.
Seiring dengan perkembangan teknologi, penerapan IoT pada bangunan hijau di negara berkembang seperti India menunjukkan potensi besar untuk mempercepat transisi ke masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, pengembang properti, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan bangunan hijau yang cerdas di masa depan.
Penulis:Â Erlina Agustin
Mahasiswa Teknologi Sains Data, Universitas Airlangga
Referensi:
Patel, A., Soni, A., & Baredar, P. (2024, June). Green Buildings Integrated with Solar Thermal Energy Systems in India–Concepts, Utilization and Potential. In 2024 IEEE 3rd International Conference on Electrical Power and Energy Systems (ICEPES) (pp. 1-5). IEEE.
Zuo, J., & Zhao, Z. Y. (2014). Green building research–current status and future agenda: A review. Renewable and sustainable energy reviews, 30, 271-281.
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News