Seperti yang kita ketahui nih, wisatawan bukan hanya berkunjung ke wisata yang viral-viral saja. Sebagian wisatawan memiliki tujuan untuk mengembangkan bentuk pariwisata yang ada disetiap titik terang yang bisa kita temui tanpa sengaja.
Dengan ketertarikan kita sebagai wisatawan membuat kita tertarik untuk menelusuri apa saja kebudayaan dan kearifan lokal di berbagai tempat di penjuru Indonesia.
Kampung Naga merupakan salah satu tempat yang memiliki beragam budaya hingga kearifan lokal lainnya.
Interaksi budaya yang terdapat di Kampung Naga memiliki ketertarikan bagi para pengunjung untuk lebih mengulik apa saja keunikan yang ada di Kampung Naga ini.
Fakta menariknya, penduduk lokal asli Kampung Naga ini masih menganut budaya yang dijalani oleh nenek moyang mereka. Kampung Naga sendiri memiliki upacara adat, kesenian hingga kebiasaan dari kelompok masyarakat ini.
Berikut keunikan yang ada di Kampung Naga mulai dari material hingga aturan adat
1. Sawen
Sawen merupakan replika bentuk dari ketupat kecil yang digantung setiap pintu pada rumah yang ada di Kampung Adat.
Penduduk lokal percaya bahwa sawen ini dapat mengusir roh halus atau biasa disebut tolak bala untuk menghindari dari kesialan yang datang. Sawen ini biasa mereka gunakan dalam jangka waktu pergantian kurang lebih satu tahun sekali saat bulan Hijriah.
2. Ani-Ani atau Etem
Alat tradisional ini merupakan alat pemotong padi secara satu persatu diperlakukan dengan lembut tidak boleh dibabat secara kasar. Ani-ani merupakan hasil dari peradaban jaman nenek moyang dengan tujuan agar lebih menjaga dan menghormati alam terutama tanaman.
3. Lesung dan Hau
Lesung merupakan wadah untuk menumbuk padi yang biasa digarap oleh kaum ibu-ibu pada masyarakat Kampung Naga. Lesung terdapat 2 bagian, bagian hau wadah besar untuk hamburan merupakan proses pelepasan padi yang siap untuk ditumbuk dan bagian lesung merupakan proses pelepasan antara kulit padi dan beras yang sudah dijemur.
4. Upacara Hajat Sasih
Hajat Sasih merupakan upacara yang berupa ziarah ke makam leluhur yang berkegiatan membersihkan makam dan mendoakan para leluhur yang terdahulu. Kegiatan ini dilakukan setiap 6 kali dalam setahun yaitu pada bulan Muharam, Maulid, Jumadil Akhir, Sya’ban, Idul Fitri dan Idul Adha.
Ziarah ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki dan untuk kaum perempuan menyiapkan makanan. Upacara ini rutin dilakukan masyarakat Kampung Naga memiliki perpaduan unsur kepercayaan nenek moyang dan kepercayaan Islam.
5. Upacara Hajat Karia
Hajat Karia merupakan sebuah tradisi arak-arakan yang dilakukan masyarakat Kampung Naga kepada anak kecil yang keesokan harinya akan di khitan. Tradisi ini bertujuan untuk syukuran dan mendoakan agar diberikan kelancaran selama proses khitan berlangsung.
6. Lokal Wisdom
Kampung Naga sendiri memiliki keunikan dalam berkehidupan. Dengan tradisi yang dilakukan secara turun temurun, masyarakat Kampung Naga percaya bahwa rumah harus dipisahkan dari kamar mandi atau tempat mencuci dengan maksud rumah yang ditinggali harus dalam keadaan bersih agar roh halus pun enggan untuk menempati rumah.
Sehingga masyarakat Kampung Naga memiliki istilah rumah adalah rumah jadi rumah dan kamar mandi harus ditempatkan secara terpisah.
7. Aturan Adat
Secara geografis, kampung adat memiliki 1,5 hektar, 110 bangunan dan 101 kepala keluarga. Kampung Naga sendiri memiliki aturan bahwa rumah yang dimiliki oleh masyarakat lokal harus satu kepala keluarga.
Maka setiap ada anggota Kampung Naga ada yang menikah, mereka diharuskan untuk pindah setelah seminggu acara berlangsung.
Budaya dalam kacamata masyarakat Kampung Naga sendiri adalah junjungan bukan tontonan. Landasan budayanya hidupnya bersama alam karena kerusakan alam bisa terjadi karena ulah dan sifat manusia.
Masih banyak lagi hal-hal unik lainnya yang perlu kalian eksplor di Kampung Naga. Pengalaman yang disajikan tak kalah seru dengan tempat wisata lainnya.
Berikut adalah penjelasan yang dapat di sampaikan mengenai interaksi budaya yang ada di Kampung Naga, rasakan dan coba hal-hal menarik lainnya ke tempat-tempat wisata yang tak kalah seru lainnya.
Penulis: Fairuz Nazihah Dwi Prapti
Mahasiswa Pariwisata, Universitas Pancasila
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi