Jangan Berputus Asa dari Kasih Sayang Allah

jangan berputus asa

Putus asa adalah putus harapan, tidak ada harapan lagi. Penyebab putus asa bisa terjadi karena adanya kegagalan yang berulang kali dalam mencapai suatu cita-cita. Kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda. Banyak ayat-ayat Allah yang melarang kita untuk berputus asa dalam firman-Nya:

“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87)

Contoh perilaku putus asa diantaranya adalah malas setelah mengalami kegagalan dalam suatu usaha, tidak ada niat untuk meneruskan usahanya yang gagal, tidak punya semangat untuk bangkit guna mencapai tujuan awal, hati dan pikiran mudah terpancing emosi.

Setiap manusia pasti pernah terjatuh ke dalam kemaksiatan. Melakukan perbuatan-perbuatan dosa bahkan hingga banyak. Mungkin berbohong, menghibah, tidak amanah, hingga berzina. Padahal kita telah mengetahui bahwa perbuatan tersebut dilarang oleh Allah.

Bacaan Lainnya

Banyaknya dosa yang kita lakukan terkadang memunculkan rasa bahwa kita tidak pantas untuk bertaubat. Jangan sampai hal ini membuat kita menjadi berputus asa terhadap rahmat dan kasih sayang Allah.

Hal ini karena kita diperintahkan untuk segera taubat apabila kita terjerumus ke dalam dosa. Walaupun dosa yang kita lakukan sudah sangat banyak dan besar. Walaupun kita mengulang kembali dosa tersebut suatu saat.

Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an:

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya: “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar: 53)

Kasih sayang Allah sangat luas. Tidak seperti manusia yang apabila kita berbuat salah kepadanya akan sulit untuk memaafkan.

Kita dapat mencontoh Umar bin Khattab radhiyallahuanhu. Salah satu sahabat yang paling mulia dan mendapatkan jaminan masuk surga. Betapa kejamnya dulu beliau sebelum masuk Islam. Sangat membenci Islam. Namun, setelah bertaubat, lihatlah bagaimana perubahannya. Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Baik di usia muda maupun tua. Jangan menunda-nunda bertaubat walaupun kita telah melakukan banyak kemaksiatan.

Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

Artinya: “Wahai anak Adam, jika Engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian Engkau tidak berbuat syirik pada-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi itu pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540)

Dalam bertaubat, kita perlu mencari teman yang shalih dan shalihah. Mereka yang dapat mendukung perjalanan menjadi diri yang lebih baik. Teman yang mengingatkan ketika kita salah dan juga memberi kita dukungan untuk semangat dalam beramal shalih. Hal ini karena seseorang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Apabila kita ingin bertaubat tetapi kita masih berada di lingkungan yang justru mendorong kita untuk maksiat maka tentu taubat kita akan terhambat.

Luasnya ampunan Allah bukan berarti menjadikan kita menyepelekan untuk berbuat dosa. Di samping oleh memiliki sifat kasih sayang, perlu kita pahami bahwa Allah juga memiliki adzab yang sangat pedih bagi orang-orang yang membangkang perintah-Nya. Maka, kita harus mampu menyeimbangkan perasaan harap akan ampunan Allah dan juga takut terhadap adzab Allah.

Lalu, bagaimana cara kita menghindari sikap putus asa?

  1. Mengambil pelajaran dari setiap kegagalan.
  2. Menjauhkan diri dari pergaulan orang-orang yang memiliki watak yang mudah putus asa.
  3. Mempunyai rasa optimis yang tinggi bahwa setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya.
  4. Senantiasa berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat putus asa.

Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ

Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mukminun: 60)

Tim Penulis:

1. Shafira Dhaisani Sutra
Penulis adalah Mahasiswa Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia

2. Nur Zaytun Hasanah
Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

Pos terkait