Kampung Naga sebagai Contoh Representatif untuk Kepedulian Iklim dan Pariwisata Berkelanjutan

Kampung
Kampung Naga.

Kampung Naga merupakan representatif yang baik untuk kepedulian terhadap iklim dan pariwisata berkelanjutan.

Isu mengenai perubahan iklim sedang mencuri perhatian masyarakat Indonesia. Perubahan iklim merupakan suatu proses peningkatan suhu bumi, hal ini mengakibatkan suhu udara yang ada di sekitar kita menjadi lebih hangat.

Menurut data analisis dari 116 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata bulan Juni 2023 adalah sebesar 27.0°C.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Menjaga Warisan Budaya Kampung Naga

Normal Suhu Udara Klimatologis untuk bulan Juni 2023 periode 1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 26.5°C (dalam kisaran normal 20.08°C-28.63°C). Peningkatan suhu tersebut membuktikan adanya perubahan iklim yang terjadi di Indonesia.

Perubahan iklim dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pemanasan global, efek gas rumah kaca, kerusakan lapisan ozon, penggunaan Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol, gas buang industri, banyaknya polusi dan karbon, serta kerusakan fungsi hutan.

Dari adanya perubahan iklim tersebut juga dapat mengakibatkan beberapa dampak yang merugikan bagi manusia seperti musim kemarau yang berkepanjangan, peningkatan volume air akibat dari mencairnya es di kutub, curah hujan yang tinggi, berkurangnya sumber air, banjir, tanah longsor, dan salah satu dampak perubahan iklim di Indonesia adalah kebakaran hutan.

Dengan adanya dampak yang dapat merugikan semua orang, maka diharapkan masyarakat Indonesia lebih peduli dengan lingkungan sekitar. Salah satu cara agar kita peduli terhadap lingkungan adalah dengan memiliki pola hidup yang sederhana dan menyatu dengan alam.

Masyarakat yang masih menerapkan kehidupan seperti itu adalah masyarakat pada Kampung Naga Tasikmalaya.

Kampung Naga adalah sebuah desa tradisional Sunda yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya. Desa ini berada pada suatu lembah yang subur dan dilalui oleh sungai yang bernama Sungai Ciwulan.

Karena keberadaannya yang berada di lembah, maka kita harus menempuh banyak anak tangga jika ingin mengunjungi lembah tersebut. Desa ini dikelilingi oleh hutan yang lebat dan masih sangat asri. Masyarakatnya masih kental akan tradisi dan hidup bergantung dengan alam.

Jumlah rumah di Kampung Naga tidak boleh lebih dari 33 buah, tidak boleh menggunakan listrik sebagai alat penerangan, tidak menanam padi umur pendek, tidak membuat rumah gedung, tidak memiliki toilet di masing-masing rumah, tidak menggunakan pupuk kimia, tidak boleh menebang pohon sembarangan, dan pola hidupnya sangat sederhana.

Baca Juga: Kampung Naga Adalah Contoh yang Representatif untuk Kepedulian Terhadap Iklim dan Pariwisata Berkelanjutan

Masyarakat Kampung Naga memiliki pola hidup sederhana yang seperti tidak menggunakan kendaraan bermotor, mengambil makanan dari alam (ikan yang ada di kolam atau padi yang sudah ditanam sendiri), tidak membuang limbah ataupun sampah ke sungai, dan adanya larangan merusak hutan.

Pola hidup sederhana tersebut dapat dijadikan contoh sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar.

Kehidupan yang dimiliki oleh masyarakat Kampung Naga dapat mengurangi polusi dan emisi karbon sehingga mampu mencegah terjadinya perubahan iklim. Terbukti dari hanya beberapa dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh Kampung Naga.

Dampak dari adanya perubahan iklim yang dirasakan seperti banjir. Banjir di Kampung Naga disebabkan oleh tingginya curah hujan yang ada di wilayah Tasikmalaya.

Selain kepedulian terhadap iklim, Kampung Naga juga dapat menjadi contoh baik untuk bidang pariwisata. Hal ini menyangkut dengan aspek pariwisata berkelanjutan yang ada di Indonesia. Pariwisata berkelanjutan adalah suatu pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang.

Dalam salah satu aspek pariwisata berkelanjutan adalah adanya aspek lingkungan. Aspek lingkungan yaitu kita harus mempertahankan alam dan melestarikan keanekaragaman hayati di suatu destinasi wisata.

Kampung Naga merupakan salah satu desa wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan, akan tetapi mereka tetap mempertahankan keanekaragaman hayati dengan tidak membangun infrastruktur dan tidak menebang hutan sembarangan.

Wisatawan yang berkunjung ke sana harus mengikuti adat istiadat dan pola hidup sederhana yang dijalani oleh masyarakat.

Aspek dari pariwisata berkelanjutan tersebut merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan dalam menyelamatkan perubahan iklim. Apabila pariwisata tetap berlanjut dengan mempertahankan keanekaragaman hayati dan lingkungan, maka iklim di sekitar tersebut juga akan terjaga.

Baca Juga: Efek Infrastruktur dan Bangunan pada Pariwisata Berkelanjutan di Kampung Naga

Kampung Naga merupakan salah satu wilayah yang dapat menjadi contoh yang baik untuk memperhatikan lingkungan sekitar. Perubahan iklim yang terjadi di Indonesia akibat adanya kerusakan fungsi alam dan emisi serta karbon yang tidak terkontrol.

Kampung Naga mampu mengatasi hal tersebut lewat hidup menyatu dengan alam dan memiliki pola hidup yang sederhana. Selain dapat mencegah terjadinya perubahan iklim, ternyata Kampung Naga dapat menjadi contoh yang baik bagi pariwisata berkelanjutan.

Menjaga keanekaragaman hayati dan menjaga agar alam tetap asri merupakan salah satu aspek agar pariwisata bisa bertahan dengan jangka panjang di sebuah destinasi wisata.

Diharapkan dengan adanya artikel ini maka semakin banyak orang yang menyadari akan pentingnya melindungi dan menjaga bumi ini.

Penulis: 

Madarena Afrah Saputro
Mahasiswa Pengelolaan Konvensi dan Acara (Fakultas Pariwisata) Universitas Pancasila

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI