Di era digital seperti sekarang, siapa yang tak kenal TikTok? Platform berbagi video singkat ini menjadi primadona di berbagai kalangan, tak terkecuali anak-anak usia sekolah dasar.
Gerakan tarian yang lucu, challenge seru, hingga video edukasi yang dikemas menarik, semua tersaji dalam waktu singkat dan mudah diakses kapan saja. Namun, di balik popularitasnya, TikTok ternyata menyimpan potensi bahaya yang cukup mengkhawatirkan bagi dunia pendidikan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Muria Kudus mengungkapkan fakta menarik sekaligus menggelisahkan: kecanduan TikTok pada anak-anak SD kini semakin nyata, dan orang tua mulai menyadari adanya penurunan semangat belajar pada anak mereka.
TikTok: Teman atau Pengganggu Belajar?
Penelitian ini melibatkan 113 siswa SD kelas IV, V, dan VI, 42 orang tua, dan 31 guru. Hasilnya menunjukkan bahwa cukup banyak siswa yang membuka TikTok hampir setiap hari, bahkan ada yang menghabiskan waktu lebih dari satu jam dalam sekali duduk. Meskipun sebagian besar siswa mengaku tidak sampai larut malam bermain TikTok, tetap saja banyak yang lebih tertarik menonton TikTok daripada belajar.
Menariknya, sebagian siswa mulai menyadari bahwa waktu belajarnya berkurang sejak mereka rutin menggunakan TikTok. Bahkan, ada kecenderungan mereka menunda mengerjakan tugas sekolah karena asyik bermain media sosial ini.
Fenomena ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa menonton video berdurasi pendek seperti TikTok dapat menurunkan kemampuan seseorang dalam mengingat tugas yang harus dilakukan di kemudian hari.
Namun, dari sudut pandang orang tua, tidak semua menganggap anak mereka kecanduan TikTok. Sebagian besar orang tua merasa anaknya masih bisa diajak belajar meski menggunakan TikTok. Meski begitu, hampir separuh orang tua setuju bahwa TikTok membuat anak menjadi kurang fokus dan prestasi akademiknya cenderung menurun.
Baca Juga:Â Apakah Kita Mengonsumsi TikTok atau TikTok yang Mengonsumsi Kita?
Apa Kata Para Guru?
Dari hasil observasi guru, TikTok benar-benar telah menjadi bagian dari keseharian siswa. Guru banyak menemukan bahwa anak-anak sering membicarakan TikTok di kelas, bahkan sampai kehilangan fokus saat pelajaran berlangsung. Lebih dari separuh guru yang terlibat dalam penelitian ini juga melihat adanya penurunan minat belajar sejak siswa aktif bermain TikTok.
Meskipun dampak pada nilai akademik belum sepenuhnya konsisten, karena ada guru yang melihat penurunan nilai, ada juga yang tidak, guru sepakat bahwa waktu belajar siswa semakin terganggu sejak TikTok hadir dalam kehidupan mereka.
Hampir semua guru juga setuju bahwa sekolah perlu memberikan edukasi literasi digital untuk membimbing anak dalam menggunakan media sosial dengan bijak.
Ada Sisi Positifnya, Tapi Tetap Perlu Pengawasan
Perlu dicatat, TikTok tidak selalu berdampak buruk. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa TikTok dapat membantu meningkatkan kreativitas, melatih keberanian berbicara di depan umum, bahkan menjadi sumber belajar yang menyenangkan jika diarahkan dengan benar. Sayangnya, di lapangan, penggunaan TikTok pada anak SD lebih sering tidak terkontrol, tanpa pendampingan yang memadai.
Di usia sekolah dasar, anak-anak sedang berada dalam tahap perkembangan di mana mereka butuh banyak interaksi nyata, bermain bersama teman, dan belajar melalui pengalaman langsung.
Terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar justru bisa menghambat proses ini. Mereka berisiko mengalami gangguan konsentrasi, kehilangan minat pada kegiatan belajar, hingga kesulitan bersosialisasi di dunia nyata.
Baca Juga:Â The Impact of Gadget to Early Child
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua dan Guru?
Dari hasil penelitian ini, jelas bahwa peran orang tua dan guru sangat penting untuk mendampingi anak dalam menggunakan TikTok. Membatasi waktu penggunaan, memantau jenis konten yang ditonton, serta mengajak anak berdiskusi tentang apa yang mereka lihat di TikTok menjadi langkah awal yang bisa dilakukan. Literasi digital tidak cukup diajarkan di sekolah saja, tetapi juga perlu diterapkan di rumah.
Sekolah juga diharapkan tidak sekadar memberikan larangan, tetapi menyediakan edukasi yang menyenangkan agar anak paham cara menggunakan media sosial dengan bijak dan bertanggung jawab.
Guru bisa mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran, sehingga anak-anak bisa memanfaatkan media sosial sebagai alat belajar yang produktif, bukan sekadar hiburan yang melalaikan.
Menemukan Titik Seimbang
Media sosial seperti TikTok memang sudah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak zaman sekarang. Melarang total tentu bukan solusi yang bijak, karena mereka tetap akan menemukan cara untuk mengaksesnya. Poin paling penting adalah bagaimana kita, sebagai orang dewasa, membantu mereka menemukan titik seimbang: kapan waktu bermain, kapan waktu belajar.
Dengan pendampingan yang tepat dan edukasi literasi digital yang konsisten, TikTok bisa menjadi teman yang menyenangkan bagi anak-anak, bukan ancaman bagi masa depan mereka.
Â
Penulis: Ika Hardiyan Aksari, S.Pd.
Guru SD Negeri Kebonagung 3
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News