Ketika Media Sosial Mengendalikan Hidup: Saatnya Gen Z Melawan FoMO

Ketika Media Sosial Mengendalikan Hidup

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang tumbuh bersama teknologi. Sejak kecil, mereka sudah akrab dengan internet, media sosial seperti Instagram, TikTok, hingga Twitter. Tapi, di balik serunya dunia digital, ada tekanan yang nggak sedikit. Banyak dari Gen Z merasa harus selalu tampil sempurna dan mengikuti tren, karena takut ketinggalan atau FoMO (Fear of Missing Out).

Melihat unggahan orang lain yang tampak “sempurna” seringkali bikin kita tanpa sadar membandingkan diri sendiri. Rasanya hidup kita kurang menarik, padahal yang ditampilkan di media sosial belum tentu sesuai kenyataan.

Baca juga: Sosialisasi Media Sosial Aman untuk Siswa SD

Akibatnya, banyak anak muda jadi merasa cemas, stres, bahkan kehilangan rasa percaya diri karena terlalu mengandalkan validasi dari like dan komentar.

Bacaan Lainnya

Tekanan ini nggak cuma berdampak ke mental, tetapi juga ke keuangan. Berdasarkan data dari Indonesia Gen Z Report 2022 oleh Hartanto dan Gen (2023), 65% Gen Z punya penghasilan di bawah Rp 4 juta per bulan.

Namun, demi gaya hidup yang terlihat keren di medsos, hampir 40% dari mereka nekat belanja berlebihan dan akhirnya terjebak utang (Laporan data dari Credit Karma (Wisernotify, 2015)). Ini yang dikenal sebagai doom spending atau FoMO spending.

Baca juga: Peran Media Sosial dalam Memperkuat Daya Saing dan Pemasaran UMKM

Nggak cuma itu, hubungan sosial juga bisa terganggu. Banyak yang secara fisik hadir dalam pertemuan, tetapi mentalnya sedang sibuk di ponsel. Fenomena ini disebut phubbing, yakni mengabaikan orang sekitar karena fokus ke layar. Akhirnya, kedekatan emosional tergantikan oleh koneksi digital yang dangkal.

Dampak lainnya? Kesehatan fisik pun kena. Karena keasyikan scroll media sosial sampai larut malam, pola tidur jadi berantakan. Tubuh lelah, semangat menurun, konsentrasi buyar. Ini semua bisa memengaruhi prestasi sekolah atau kerja.

Jadi, apa yang bisa dilakukan?

Pertama, coba lakukan digital detox yaitu luangkan waktu tanpa gadget untuk menyegarkan pikiran.

Kedua, latih mindfulness, supaya kita lebih hadir dan sadar dalam kehidupan nyata.

Ketiga, penting juga untuk sadar bahwa apa yang ada di medsos belum tentu nyata.

Dan terakhir, atur waktu main HP, dan jangan lupa untuk bersyukur atas hal-hal kecil di sekitar kita.

Kita semua butuh koneksi, tapi jangan sampai dunia digital mengambil alih kendali hidup kita. Saatnya Gen Z (dan kita semua!) lebih bijak dalam bersosial media, demi kesehatan mental, fisik, dan keuangan yang lebih baik.

Penulis: Nabhiel Prasetya Iswantara
Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Referensi

Hartanto, M., & Gen, I. S. (2023). Indonesia Gen Z Report 2022: Understanding and Uncovering the Behaviour, Challenges, and Opportunities. Center for Digital Society.

Wisernotify. (2025). 28 Impacrful fomo statistics (2025). 28 Impactful FOMO Statistics (2025)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses