Ketimpangan ekonomi yang semakin parah di Indonesia menimbulkan kekhawatiran terhadap kelas menengah. Sebagai tulang punggung negara, kelas menengah berperan penting dalam stabilitas ekonomi melalui daya beli yang kuat.
Namun, ketimpangan yang terus meningkat membuat posisi mereka terancam. Jika tidak ada solusi yang tepat, kelas menengah dapat kehilangan peran dalam menopang perekonomian. Kondisi ini akan berdampak pada akses mereka terhadap kebutuhan dasar.
Faktor yang memperbesar ketimpangan ini adalah terbatasnya akses kelas menengah terhadap kebutuhan dasar. Biaya yang terus meningkat pada akses pendidikan dan kesehatan menyerap sebagian besar pengeluaran mereka. Akibatnya, kemampuan untuk menabung atau berinvestasi semakin sulit bagi kelas menengah.
Hal ini melemahkan ketahanan finansial dan membuat mereka rentan terhadap krisis ekonomi. Ketidakstabilan ini semakin nyata ketika lapangan kerja yang berkualitas juga terbatas.
Kesulitan mendapat lapangan kerja yang stabil memperparah ketidakstabilan ekonomi kelas menengah. Sektor formal yang menyediakan pendapatan stabil dan jaminan sosial menjadi semakin sulit diakses. Sebagian besar kelas menengah terpaksa bekerja di sektor informal yang rentan dan berisiko.
Baca Juga:Â Meretas Ketimpangan Ekonomi: Peran Revolusi Pajak dan Redistribusi Pendapatan
Pandemi COVID-19 juga memperburuk keadaan ini, sehingga banyak dari mereka kehilangan sumber penghasilan. Akibatnya, daya beli mereka menurun dan ketimpangan ekonomi pun semakin tinggi.
Ketimpangan ini berdampak pada daya beli kelas menengah, yang berperan besar dalam perekonomian. Data OECD menunjukkan bahwa lebih dari setengah pendapatan kelas menengah habis untuk kebutuhan pokok. Dengan harga kebutuhan pokok yang terus naik, mereka terpaksa mengurangi pengeluaran untuk investasi, tabungan, dan asuransi.
Jika terus berlanjut, kelas menengah akan semakin sulit meningkatkan taraf hidupnya. Kesulitan ini semakin nyata karena kebijakan ekonomi yang belum memadai.
Kebijakan ekonomi pemerintah belum sepenuhnya mendukung kelas menengah. Pemerintah lebih fokus pada bantuan sosial untuk masyarakat berpenghasilan rendah, sementara kelas menengah sering terabaikan. Pajak yang diterapkan juga cenderung sama rata.
Hal ini membuat kelas menengah harus membayar pajak yang berat meskipun daya beli terbatas. Beban pajak ini memperlebar jurang ketimpangan dan memengaruhi struktur sosial masyarakat.
Dampak dari ketimpangan tidak hanya pada ekonomi tetapi juga pada struktur sosial masyarakat. Dengan daya beli yang terus menurun, peluang kelas menengah untuk mobilitas sosial menjadi lebih terbatas. Ketika ketimpangan ekonomi semakin besar, masyarakat cenderung tersegmentasi berdasarkan kelas.
Hal ini dapat menciptakan ketidakadilan dalam kehidupan sosial. Jika situasi ini terus dibiarkan, akan memicu perpecahan sosial yang dapat mengancam stabilitas nasional.
Krisis pandemi dan resesi global menambah beban kelas menengah yang semakin sulit mempertahankan stabilitas finansialnya. Tanpa perlindungan yang memadai, jumlah kelas menengah akan mengalami penurunan yang akhirnya melemahkan stabilitas nasional.
Padahal, stabilitas ini sangat penting untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Pentingnya peran kelas menengah dalam menjaga stabilitas perlu diakui dan diperkuat. Dukungan pemerintah harus diwujudkan melalui kebijakan ekonomi yang lebih adil.
Pemerintah harus mendukung kelas menengah melalui kebijakan yang berpihak pada mereka. Kebijakan pajak yang adil dan akses yang lebih mudah pada kebutuhan dasar dapat membantu kelas menengah bertahan di tengah kesulitan ekonomi.
Baca Juga:Â Pentingnya Integrasi Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Kebijakan yang melindungi mereka akan menciptakan kestabilan sosial. Stabilitas ini penting agar masyarakat tidak terpecah akibat ketimpangan yang semakin tajam. Dengan langkah ini, kelas menengah dapat memperkuat peran mereka sebagai penopang ekonomi nasional.
Sebagai konsumen terbesar, kelas menengah berperan penting sebagai penopang ekonomi nasional. Kelas menengah berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi, karena mereka menjadi penggerak utama dalam konsumsi dan penciptaan lapangan kerja.
Keberadaan mereka akan membantu perekonomian meski dalam situasi sulit. Namun, tanpa dukungan yang tepat, mereka akan berisiko tergerus. Oleh karena itu, menciptakan ekonomi yang berkelanjutan sangat penting agar kelas menengah terus bertahan.
Namun, tanpa kebijakan yang mendukung, ekonomi yang berkelanjutan bisa terancam. Ketimpangan yang semakin besar akan membuat kelas menengah semakin terjepit dan sulit untuk bertahan. Tekanan ekonomi ini mengurangi daya beli mereka serta mengurangi kontribusi mereka terhadap perekonomian.
Jika kelas menengah tidak diberi dukungan yang memadai, maka ekonomi berkelanjutan yang diharapkan tidak akan tercapai. Pada akhirnya, ketimpangan sosial yang terjadi akan semakin parah
Ketimpangan yang semakin parah akan memperburuk kondisi kelas menengah. Jika kesenjangan semakin lebar, maka kelas menengah akan berisiko turun kelas. Kelas menengah yang menjadi penggerak kesejahteraan sosial akan semakin sulit untuk bertahan.
Tanpa kebijakan yang tepat, kesenjangan ekonomi dan sosial akan semakin lebar, sehingga memperburuk keadaan. Akibatnya, kelas menengah terancam punah jika tidak ada upaya serius untuk meningkatkan akses mereka terharap peluang ekonomi.
Jika kelas menengah terancam punah, stabilitas sosial dan ekonomi Indonesia juga akan terganggu. Negara yang kehilangan kelas menengah akan lebih rentan terhadap krisis ekonomi. Hilangnya kelas menengah juga akan mengurangi daya saing negara di tingkat global.
Ekonomi yang berkelanjutan menjadi sulit tercapai tanpa kelas menengah yang kuat dan stabil. Hal ini akan menurunkan kualitas hidup bagi seluruh masyarakat, membuat turunnya kelas menengah menjadi masalah yang harus segera diatasi.
Penulis: Intan Muktiani
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Tidar
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News