Pertumbuhan Ekonomi dan Relevansinya terhadap Tingkat Kemiskinan

Kemiskinan
Ilustrasi: istockphoto

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari perubahan keadaan perekonomian dalam sebuah negara untuk mengarah pada keadaan yang lebih baik. Secara makro pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai bertambahnya Produk Domestik Bruto (PDB) yang artinya terjadi peningkatan pendapatan nasional.

Arah pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini cenderung kokoh di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2023 tetap mengalami pertumbuhan sebesar 4,94% (yoy), meskipun sedikit lebih lambat dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 5,17% (yoy).

Selanjutnya pertumbuhan ekonomi akan didukung oleh permintaan domestik, baik konsumsi swasta dan pemerintah, maupun investasi. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap pada kisaran 4,5-5,3%.

Bacaan Lainnya
DONASI

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga bukan berarti kesejahteraan masyarakatnya tercukupi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang dapat digapai dengan pertumbuhan ekonomi dan atau dengan redistribusi penghasilan.

Tingkat kemiskinan ialah presentase total penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan, yaitu minimum untuk mendapatkan standar hidup yang layak. Kemiskinan ini dapat terjadi karena rendahnya mutu sumber daya manusia, upah minimun yang tidak memadahi, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan meningkatnya angka pengangguran tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja yang luas.

Tingkat kesejahteraan masyarakat miskin sangatlah rendah, karena mereka tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan dan hak dasar mereka untuk melanjutkan keberlangsungan hidupnya. Meskipun begitu, Indonesia berhasil menurunkan tingkat kemiskinan.

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 adalah sebesar 25,90 juta orang berkurang sebesar 0,46 juta orang dari September 2022. Secara akumulatif, sejak Maret 2021 sampai Maret 2023 tercatat 1,6 juta orang yang sukses keluar dari garis kemiskinan.

Secara spasial, tingkat kemiskinan per Maret 2023 menurun baik secara merata di berbagai wilayah. Pemerintah juga memberikan bantuan sosial yang merata terhadap masyarakat kurang mampu di Indonesia, namun tak bisa diandalkan karena itu hanya berupa bantuan dan tidak bisa mengubah tingkat kesejahteraan.

Pertumbuhan ekonomi selalu bergandengan dengan tingkat kemiskinan, karena dua hal ini saling berkesinambungan. Apabila pertumbuhan ekonomi meningkat, maka tingkat kemiskinan dapat berkurang dan presentasenya rendah.

Namun, rendahnya tingkat pertumbuhan ini dapat disebabkan oleh produktivitas yang rendah sehingga mengakibatkan perekonomian menjadi tidak tangguh dan tidak berkembang dengan stabil.

Akibat dari tingginya inflasi ini dalam jangka pendek berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan dan dapat mengurangi pengangguran, karena inflasi ini disebabkan oleh permintaan yang banyak namun persediaan tidak memadahi sehingga perusahaan akan merekrut banyak tenaga kerja.

Namun, inflasi dalam jangka panjang dapat menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan dapat berdampak pada tingginya tingkat kemiskinan.

Sementara di negara-negara berkembang seperti di Indonesia pertumbuhan ekonominya tergolong lambat. Penduduknya masih menggantungkan perekonomian di bidang sumber daya alamnya dan sumber daya manusianya tergolong masih rendah.

Tak hanya itu, Indonesia juga masih terkendala dengan banyaknya penduduk yang berpengaruh juga terhadap pertumbuhan ekonomi. Kebanyakan mereka belum bisa untuk mengolah sumber dayanya menjadi produk yang mempunyai harga jual lebih tinggi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum bisa diterima dan diaplikasikan sepenuhnya sehingga tenaga ahlinya tidak banyak tersedia dan menjadikan perkembangan ekonomi negara lambat.

Dibanding dengan negara maju efisiensi perekonomiannya lebih tinggi dibanding dengan negara berkembang, karena mereka mempunyai jangkaun yang lebih unggul dan lebih luas terkait teknologi, modal, dan tenaga ahli yang berkualitas.

Bersamaan dengan itu, negara maju juga memiliki prasarana yang mumpuni untuk kepentingan penunjang ekonomi dan keterlibatan pemerintah yang efektif dalam mengelola kegiatan ekonomi. Negara industri juga mempunyai tingkat kreativitas buruh yang tinggi dan terampil.

Sedangkan di Indonesia lapangan kerja masih sangat terbatas. SDMnya kurang terampil dan inovatif. Perbandingan antara investasi dan PDB juga bisa menggambarkan parameter efisiensi perekonomian. Mengenai efisiensi perekonomian, ada sejumlah aspek yang perlu diperhitungkan, termasuk prasarana, kreasi, peraturan, dan sistem pajak.

Meskipun begitu, Indonesia telah berhasil memajukan efisiensi perekonomiannya. Dalam beberapa tahun belakangan ini, Indonesia telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 5% dan masih mempunyai potensi untuk mendorong perkembangan ekonominya lebih jauh, apalagi dalam menguatkan efisiensi sektor publik dan mengurangi birokrasi yang menghambat pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, Indonesia juga dapat meningkatkan investasi dalam infrastruktur, iptek dan keterampilan tenaga ahli agar dapat meningkat efisiensi yang lebih lagi dan meningkatkan daya saing mereka di pasar internasional. Tersedianya kekayaan alam yang melimpah juga bisa digunakan lebih efektif dan diolah secara maksimal.

Indonesia dapat memperbaiki peraturan dan skema lain untuk memberdayakan kekayaan alam yang tersedia dengan lebih efisien, dan membuktikan bahwa pelaksaannya terarah pada lapak dan bidang yang paling efektif untuk mengoptimalkan potensi ekonomi.

Penulis: Resa Aulia Putri
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Tidar

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI