Konflik antar PSHT dan Brajamusti: Tinjauan Pengaruh Sosial

Tinjauan Pengaruh Sosial
Ilustrasi Konflik (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita semua tidak pernah bisa lepas dari yang namanya konflik. Sebab manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berinteraksi satu sama lain. Konflik adalah proses sosial yang mana salah satu pihak akan berupaya menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya.

Secara etimologis kata konflik berasal dari bahasa Latin yaitu “con” yang artinya “bersama” dan “figere” yang berarti “memukul”. Dalam KBBI “konflik” diartikan sebagai percekcokan, perselisihan dan pertentangan.

Konflik dalam materi sosiologi diartikan sebagai suatu proses sosial yang terjadi antara dua orang ataupun kelompok yang berupaya saling menyingkirkan satu sama lain dengan membuat seseorang atau kelompok lain tidak berdaya atau bahkan dengan menghancurkan orang atau kelompok lain.

Umumnya, konflik akan timbul dari adanya perbedaan dalam kehidupan sehari-hari seperti perbedaan budaya, fisik, kepentingan nilai, kebutuhan, emosi dan pola-pola perilaku antar individu maupun kelompok dalam masyarakat.

Bacaan Lainnya

Perbedaan-perbedaan tersebut bisa memuncak menjadi sebuah konflik sosial ketika sistem sosial masyarakatnya tidak bisa mengakomodasi perbedaan yang ada dalam masyarakat itu sendiri.

Seperti hal nya yang terjadi di Yogyakarta beberapa waktu lalu, yaitu bentrokan yang terjadi di jalan Kusumanegara dan jalan Tamansiswa, kota Jogja pada Minggu 4/6/2023 melibatkan dua kelompok atau organisasi yaitu PSHT dan suporter bola PSIM Yogyakarta, Brajamusti.

Kabidhumas polda DIY KombesPol Nugroho Arianto mengatakan, kerusuhan dilatarbelakangi oleh penganiayaan terhadap anggota PSHT oleh anggota Bajamusti di Parangtritis, Bantul 28/05/2023.

“Bahwa benar peistiwa yang terjadi pada Minggu tanggal 4 Juni 2023, pukul 17.00 WIB di salah satu jalan di Yogyakarta terjadi suatu gesekan.

Hal ini dilatarbelakangi oleh perkara yang sebelumnya terjadi di Bantul yang berkaitan dengan penganiayaan terhadap salah satu simpatisan dari PH yang dilakukan oleh simpatisan BI yang terjadi pada hari Minggu tanggal 28 Mei 2023 di Parangtritis, Bantul” ungkap nugroho, dikutip dari tayangan YouTube konferensi pers Polda DIY.

Kronologi kejadian di Parangtritis, Bantul. Saat itu seorang anggota PSHT, Ali Susanto dan juga Komandan SAR Parangtritis, menjadi korban pengeroyokan sejumlah suporter bola, Brajamusti. Ali Susanto disebut hanya melerai keributan warga setempat dengan oknum suporter Brajamusti.

Keributan yang terjadi diduga dipicu oleh oknum Brajamusti yang tidak terima ditegur warga saat berada di Pantai Parangtritis. Kemudian, pada Minggu sore 4/6/2023 sekitar pukul 17.00, datang segerombolan orang yang berjumlah ratusan melalui jalan Kenari.

Diduga mereka bakal mendatangi markas suporter di seputaran Stadion Mandala Krida, mereka datang untuk menindaklanjuti permasalahan yang terjadi sebelumnya.

Agar tidak terjadi kericuhan, jajaran kepolisian dari Polsek Umbulharjo, Polresta Yogyakarta, Satuan Brimob Polda DIY, serta peserta Koramil Umbulharjo, menghadang mereka di Jalan Kenari.

Akan tetapi kericuhan tidak bisa terhindarkan, tetap saja ada aksi lempar batu yang membuat area Tamansiswa mencekam.

Tawuran di Jalan Tamansiswa dan Kusumanegara adalah buntut tawuran di Jalan Kenari pada Minggu sore. Awalnya keributan terjadi di sekitar Balai Kota Jogja di jalan Kenari, kemudian ke Jalan Kusumanegara hingga ke sekitar jalan Tamansiswa.

Hal ini dapat dikaitkan dengan teori dalam Psikologi Sosial yaitu teori Pengaruh Sosial. Pengaruh sosial adalah sebuah usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, kepercayaan, persepsi dan tingkah laku orang lain.

Pengaruh sosial merujuk pada dimana individu-individu dalam sebuah kelompok saling memengaruhi satu sama lain dalam perilaku, pikiran dan emosi.

Pengaruh sosial ini dapat terjadi dalam berbagai konteks, mulai dari keluarga, teman sebaya, lingkungan kerja, hingga masyarakat yang lebih luas. Pengaruh sosial dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku, sikap dan pandangan individu.

Baik anggota kelompok PSHT maupun Brajamusti, mereka terpengaruh dengan adanya kejadian di Parangtritis, Bantul. 

Kelompok PSHT tidak terima dengan kekerasan yang dilakukan oleh Brajamusti kepada anggotanya, sehingga menimbulkan dendam yang berakhir kericuhan dan saling melemparkan batu di Jalan Tamansiswa.

Hal ini menunjukkkan bahwa individu lebih mungkin untuk menuruti permintaan orang lain ketika permintaan tersebut dilakukan oleh orang yang mereka hormati atau ketika mereka berada dalam sebuah kelompok yang mendukung permintaan tersebut.

Dalam pengaruh sosial ada istilah yang disebut Konformitas. Konformitas adalah hal yang mengacu pada kecenderungan individu untuk menyesuaikan perilaku, sikap, atau keyakinan mereka dengan norma atau standar yang ada dalam kelompok sosial tempat mereka berada.

Menurut ahli psikologi sosial Brehm dan Kasin mengacu pada kecendrungan individu untuk mengubah persepsi, opini dan perilaku mereka sehingga sesuai atau konsisten dengan norma-norma kelompok tertentu.

Mereka menyatakan bahwa konformitas dapat terjadi karena adanya tekanan sosial yang berasal dari kelompok.

Tekanan sosial ini dapat bersifat langsung atau tidak langsung, dan dapat timbul dari berbagai faktor seperti adanya pengaruh kelompok, norma sosial, atau harapan orang lain terhadap individu.

Dalam konformitas, individu cenderung mematuhi norma kelompok atau meniru perilaku kelompok sebagai upaya untuk diterima dan dihargai oleh kelompok tersebut, menghindari konflik atau tekanan sosial, atau untuk menganggap bahwa tindakan mereka adalah yang benar.

Mengapa Orang Cenderung Melakukan Konformitas?

Dalam buku Pengantar Psikologi Sosial karya Suryanto dkk, individu cenderung melakukan konformitas karena adanya tekanan sosial yang berasal dari kelompok di mana mereka berada.

Ada dua kajian yang menunjukkan bahwa individu cenderung melakukan konformitas dengan dua alasan yang berbeda (Crutchfield 1955; Deutsch & Gerrad 1955), yaitu; informasional dan normatif. Dalam konteks psikologi sosial, informasional dan normatif

Ini adalah dua jenis tekanan sosial yang dapat mempengaruhi perilaku individu dalam situasi sosial tertentu.

1. Tekanan Informasional

Tekanan Informasional adalah tekanan yang muncul dari ketidakpastian atau ketidakjelasan situasi, di mana individu mencari informasi dari orang lain untuk membuat keputusan atau menentukan perilaku yang tepat.

Tekanan informasional dapat mempengaruhi konformitas, di mana individu cenderung menyesuaikan perilaku mereka dengan orang lain karena mereka menganggap orang lain memiliki pengetahuan atau informasi yang lebih baik.

Contoh dari tekanan informasional adalah ketika seseorang berada dalam situasi yang tidak familiar dan tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan.

Maka, mereka cenderung melihat dan meniru orang lain di sekitarnya untuk mengetahui bagaimana seharusnya bertindak. Inilah yang terjadi pada kelompok PSHT, mereka tidak melihat kejadian tindakan kekerasan secara langsung.

Namun informasi yang mereka dapat cenderung membuat mereka meniru tindakan yang dilakukan oleh kelompoknya. Akibatnya terjadilah kekacauan, bentrokan dan saling lempar batu antar kelompok tersebut.

2. Tekanan Normatif

Tekanan Normatif adalah tekanan yang muncul dari keinginan individu untuk disetujui atau diterima oleh kelompok, sehingga mereka menyesuaikan perilaku mereka dengan norma atau nilai-nilai sosial yang dianggap penting oleh kelompok tersebut.

Tekanan normatif dapat mempengaruhi konformitas, di mana individu cenderung menyesuaikan perilaku mereka dengan orang lain karena mereka ingin disetujui atau diterima oleh kelompok.

Contoh dari tekanan normatif adalah ketika seseorang merasa perlu untuk menyesuaikan pakaian atau gaya rambut mereka dengan teman-teman mereka, karena mereka ingin diterima dan disetujui oleh kelompok tersebut.

Tekanan normatif seringkali muncul dalam situasi sosial di mana individu merasa bahwa perilaku atau pandangan mereka mungkin berbeda dari yang diharapkan oleh kelompok, dan mereka merasa perlu untuk menyesuaikan perilaku mereka agar sesuai dengan norma atau nilai-nilai kelompok.

Hal-Hal yang Mempengaruhi Konformitas

Hal-hal yang mempengaruhi Konformitas dalam kelompok ada dua, yaitu:

1. Pengaruh Mayoritas

Pengaruh mayoritas terhadap konformitas ditentukan oleh ukuran kelompok, kesadaran akan norma kelompok, kehadiran teman, usia dan jenis kelamin serta budaya. Mayoritas dapat mempengaruhi konformitas karena adanya tekanan sosial yang kuat dari banyak orang dalam kelompok.

Individu cenderung menyesuaikan perilaku mereka dengan norma atau tuntutan mayoritas, meskipun perilaku tersebut mungkin tidak sesuai dengan keyakinan atau nilai pribadi mereka.

Hal ini dapat terjadi karena individu merasa bahwa mayoritas memiliki pengetahuan atau informasi yang lebih baik, atau karena mereka ingin diterima dan disetujui oleh mayoritas tersebut.

2. Pengaruh Minoritas

Pengaruh minoritas terhadap konformitas yaitu kekuatan gaya atau sesuatu yang memberikan efek atau pengaruh. Dalam efek minoritas, minoritas yang konsisten dan memiliki keyakinan yang kuat dapat mempengaruhi mayoritas untuk mengubah pandangan atau perilaku mereka.

Hal ini terjadi karena minoritas dapat memperkenalkan sudut pandang baru atau alternatif yang tidak dipikirkan oleh mayoritas sebelumnya.

 

Penulis: Meganada Reformis
Mahasiswa Interdisciplinary Islamic Studies, UIN Sunan Kalijaga

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Referensi:

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Suryanto dkk, Pengantar Psikologi Sosial, Cet. 1, Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga 2012 : Surabaya

Shelley E. Taylor dkk, Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT), Kencana 2009 : Jakarta

Crutchfield, R. S. (1955). Conformity and characterAmerican Psychologist

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses