Kota Tangerang Selatan Jadi Ladang Polusi Terburuk di Jabodetabek: Apakah Pemerintah Terkait Paham tentang Permasalahan yang Terjadi?

Polusi Bumi
Ilustrasi Polusi Bumi (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Kota Tangerang Selatan, sebuah kota satelit yang menjadi bagian dari wilayah metropolitan Jabodetabek, saat ini menghadapi tantangan serius terkait kualitas udara.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Lingkungan Hidup, kota ini dinobatkan sebagai daerah dengan tingkat polusi tertinggi di kawasan Jabodetabek. Situasi ini menimbulkan pertanyaan mendesak: apakah Pemerintah Daerah memahami dan siap menangani masalah polusi udara yang semakin mengkhawatirkan?

Masalah polusi di Tangerang Selatan tidak muncul secara tiba-tiba. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan industrialisasi yang tidak terkontrol telah memperburuk kualitas udara. Pembangunan perumahan dan kawasan industri baru seringkali mengabaikan aspek lingkungan.

Bacaan Lainnya

Emisi dari kendaraan bermotor yang kian bertambah setiap harinya juga menjadi kontributor utama polusi udara. Hal ini diperparah oleh minimnya ruang terbuka hijau yang bisa berfungsi sebagai paru-paru kota.

Menurut data dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) setempat, kualitas udara di Tangerang Selatan seringkali berada di atas ambang batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Peningkatan polutan seperti PM2.5 dan PM10 menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, di mana partikel-partikel kecil ini dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti asma, bronkitis, hingga penyakit kardiovaskular.

Keberadaan ruang hijau yang minim juga memperburuk situasi. Tangerang Selatan mengalami urbanisasi yang cepat, di mana lahan hijau banyak yang dikonversi menjadi area perumahan dan komersial. Ruang hijau yang tersisa tidak cukup untuk menyerap polutan dan menyediakan oksigen yang cukup bagi penduduk. Ini menyebabkan kualitas udara semakin memburuk dan berdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah polusi ini. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pengawasan terhadap industri- industri yang beroperasi di wilayahnya.

Mereka juga mendorong penggunaan transportasi umum dan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi. Namun, langkah- langkah ini masih jauh dari cukup untuk mengatasi masalah yang sudah mencapai tingkat krisis.

Kesadaran akan pentingnya penanganan polusi harus ditingkatkan tidak hanya di kalangan pemerintah, tetapi juga masyarakat. Kampanye kesadaran lingkungan perlu digalakkan untuk mengedukasi warga tentang dampak negatif polusi dan cara-cara sederhana yang dapat mereka lakukan untuk mengurangi jejak karbon mereka.

Misalnya, meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi dan lebih memilih berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum.

Baca juga: Waspada Polusi Udara! Pembangunan Jalan Lintas Provinsi di Prambanan

Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mencari solusi jangka panjang. Program penghijauan kota, penegakan regulasi yang lebih ketat terhadap industri, dan inovasi teknologi ramah lingkungan harus menjadi prioritas utama.

Pemerintah juga perlu menyediakan insentif bagi industri dan perusahaan yang berkomitmen untuk menerapkan praktik ramah lingkungan.

Perlunya kebijakan yang lebih tegas dan konsisten menjadi poin penting dalam menghadapi krisis polusi ini. Regulasi yang ada harus diperketat dan penegakan hukumnya harus dijalankan dengan serius. Industri yang melanggar ketentuan harus diberikan sanksi yang tegas agar memberikan efek jera dan mendorong kepatuhan.

Di sisi lain, monitoring kualitas udara harus dilakukan secara rutin dan transparan. Data yang diperoleh perlu dipublikasikan kepada masyarakat agar mereka dapat memahami situasi yang sebenarnya dan ikut serta dalam upaya pengendalian polusi. Penggunaan teknologi pemantauan modern bisa membantu dalam mendapatkan data yang akurat dan real-time.

Tangerang Selatan juga perlu belajar dari kota-kota lain di dunia yang telah berhasil mengatasi masalah polusi mereka. Misalnya, kota-kota seperti Singapura dan Tokyo telah berhasil mengurangi tingkat polusi dengan penerapan kebijakan yang ketat dan teknologi canggih. Studi banding dan penerapan praktik terbaik dari kota-kota ini dapat menjadi solusi yang efektif.

Tidak bisa dipungkiri bahwa tantangan mengatasi polusi di Tangerang Selatan sangatlah besar. Namun, dengan komitmen yang kuat dari semua pihak, masalah ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk diatasi. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta harus bekerja sama dalam sebuah kerangka kerja yang terpadu dan berkelanjutan.

Penting bagi pemerintah untuk menunjukkan kepemimpinan yang kuat dalam menangani isu polusi ini. Kepemimpinan yang mampu menginspirasi dan memotivasi semua lapisan masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya perlindungan lingkungan. Dengan demikian, Tangerang Selatan tidak hanya akan menjadi tempat yang lebih sehat untuk ditinggali, tetapi juga akan menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam menangani masalah polusi.

Jika tidak segera diatasi, dampak dari polusi udara ini bisa berakibat jangka panjang bagi generasi mendatang. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk berisiko mengalami gangguan perkembangan dan kesehatan yang serius.

Oleh karena itu, tindakan cepat dan nyata sangat diperlukan untuk memastikan bahwa Tangerang Selatan tidak lagi menjadi ladang polusi terburuk di Jabodetabek.

 

Penulis: Zaidan Rahman Thariq Ramadhan
Mahasiswa Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI