Di balik hiruk pikuk wisata kuliner Yogyakarta yang didominasi oleh bakpia, geplak, dan yangko, tersembunyi sebuah warisan kuliner mungil bernama Kue Kipo.
Kue tradisional berukuran tak lebih besar dari ibu jari ini ternyata punya sejarah istimewa, bahkan konon menjadi santapan favorit Sultan Agung, penguasa Mataram Islam pada abad ke-17.
Kue Kipo merupakan makanan khas Yogyakarta yang berasal dari Kotagede, walaupun bentuknya kecil, namun kue ini memiliki banyak pesona.
Kue Kipo dibungkus kulit hijau lembut yang terbuat dari tepung ketan, di dalamnya tersimpan enten-enten, yaitu parutan kelapa yang dicampur dengan gula jawa sehingga menciptakan perpaduan rasa manis yang khas.
Ketika digigit, kulit kenyal Kipo akan menyatu dengan isiannya yang lumer di mulut, sehingga menghadirkan sensasi tekstur dan rasa yang tak terlupakan.
Sebelum disajikan, Kue Kipo biasanya dipanggang menggunakan daun pisang, sehingga menambah aroma khas yang menggugah selera.
Baca juga: Seblak Rumahan, Rezeki Menjanjikan: Ibu Rumah Tangga Berdaya dengan Kuliner
Berbeda dengan klepon yang sering disalahartikan sebagai saudaranya, Kipo memiliki keunikan tersendiri. Ukurannya yang jauh lebih kecil, bentuknya yang pipih melengkung, serta cara pembuatan yang berbeda menjadikan Kipo punya karakter tersendiri dalam khazanah kuliner tradisional Yogyakarta.
Pembuatan Kue Kipo memerlukan ketelitian dan kesabaran. Adonan kulit dibuat dari tepung ketan yang dicampur dengan air daun suji untuk mendapatkan warna hijau alami yang menarik.
Sementara isian enten-enten dibuat dengan memasak parutan kelapa bersama gula jawa hingga mengental.
Setelah adonan kulit dibentuk pipih, enten-enten diletakkan di tengahnya lalu dilipat membentuk setengah lingkaran.
Kue kemudian dibungkus dalam daun pisang dan dipanggang hingga matang. Proses tradisional ini memberikan cita rasa dan aroma khas yang tidak bisa digantikan oleh teknik modern.
Nama “Kipo” sendiri pun memiliki cerita yang unik. Menurut kisah yang beredar, ketika para bangsawan pertama kali disuguhi kue mungil ini, mereka bertanya dalam bahasa Jawa, “Iki opo?” (Ini apa?).
Seiring waktu, pertanyaan tersebut melekat dan berubah menjadi nama kue itu sendiri yaitu Kipo. Berdasarkan catatan dari laman resmi Warisan Budaya Takbenda Indonesia, kue ini telah ada sejak abad ke-16 dan menjadi hidangan kesukaan Sultan Agung.
Di era modern ini, keberadaan Kue Kipo semakin langka. Tidak seperti bakpia yang mudah ditemui di hampir setiap sudut toko oleh-oleh di Yogyakarta, Kue Kipo tergolong langka keberadaannya dan sulit untuk ditemukan.
Salah satu produsen yang masih setia melestarikan kue ini adalah “Kipo Bu Djito” yang berada di Jalan Mondorakan, No. 27 Prenggan, Kotagede.
Pemilik toko Kipo Bu Djito sedang melayani pembeli/Mutyas Putri Panuntun/1 Mei 2025
Kipo Bu Djito merupakan pionir pertama Kue Kipo dan sudah eksis sejak 1946. Konon, kue Kipo dulunya dibuat oleh Mbah Mangun Wirono dan Bu Djito Soeharjo yaitu nenek dan ibu dari pemilik toko Kipo Bu Djito yang sekarang.
Harga per bungkus Kue Kipo di toko ini pun sangat terjangkau, hanya perlu merogoh kocek sebesar 3.300 saja.
Begitu menginjakkan kaki di toko Kipo Bu Djito, pengunjung akan disambut oleh aroma harum Kue Kipo yang baru matang. Para pelanggan silih berganti berdatangan untuk membeli kue kecil tersebut.
“Saya hampir tiap pagi pasti selalu beli kipo di sini mbak, enak soalnya. Orang rumah pada suka semua,” ujar seorang pembeli sambil tersenyum ramah.
Setiap harinya, Kue Kipo Bu Djito selalu habis terjual, terlebih lagi jika sedang musim liburan, peminat Kue Kipo akan semakin meningkat.
“Ya kalau hari biasa sih sering habis kiponya, paling kalau lagi musim liburan itu, kita produksi kipo lebih banyak dari hari biasa, soalnya biasanya yang beli juga tambah banyak.
Yang beli juga biasanya nggak beli cuman satu bungkus, kadang satu orang bisa beli 10 bungkus atau lebih,” jelas pemilik toko Kipo Bu Djito.
Meski jarang ditemukan di tengah banyaknya makanan modern, Kue Kipo merupakan harta kuliner Yogyakarta yang wajib dijaga.
Kelezatan kue kecil ini menyimpan sejarah panjang yang bahkan sampai ke meja makan para raja. Bagi pengunjung yang datang ke Yogyakarta, mencari dan mencicipi Kue Kipo di Kotagede bisa menjadi pengalaman yang spesial.
Dengan harga yang sangat terjangkau, kita bisa menikmati rasa warisan budaya yang hampir hilang ini sekaligus berpartisipasi dalam upaya pelestarian kuliner tradisional Indonesia.
Penulis: Mutyas Putri Panuntun
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News