Novel “Ikhlas Penuh Luka” Merupakan novel terbaru karya Boy Candra dengan cetakan pertamanya di bulan Mei 2025. Sukses dengan novel-novel sebelumnya seperti novel “Tulus Untuk Orang yang Salah”, “Bertemu di Temaram”, “Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini”, “Cinta Paling Rumit”, dan karya Boy Candra lainnya.
Bahkan beberapa dari karya-karya Boy Candra ini sudah ada yang difilmkan. Saat ini, Boy Candra juga sukses menarik perhatian publik melalui novel “Ikhlas Penuh Luka” terutama bagi pecinta novel populer.
Nilai Kedekatan ceritanya dengan kehidupan yang ada pada masyarakat, dan juga banyak memberikan pesan mendalam kepada pembaca.
Tiap bab dari novel ini memberikan nilai-nilai moralitas mendalam, dibalut dengan kata-kata indah yang dirangkai sedemikian rupa.
Nilai-nilai moralitas inilah yang menjadi keindahan tersendiri pada novel “Ikhlas Penuh Luka” karya Boy Candra.
Baca juga: Sulit Fokus saat Membaca? Berikut 7 Teknik Cepat Menyelesaikan Bacaan untuk Mahasiswa!
Memiliki tema sosial dan keluarga, novel ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Basri yang baru saja kehilangan sang ibu.
Basri berprofesi sebagai juru foto gubernur, dan dia memiliki mimpi untuk bisa jadi pemusik hebat.
Dia menghabiskan waktu untuk bekerja dan menggarap album musik pertamanya yang sedikit terhambat karena jadwal kerja yang padat.
Kehilangan ibu, membuat Basri ditempa rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam karena kesibukannya, dia telah kehilangan momen kebersamaan dengan sang ibu.
Ia merasa kesibukannya selama ini, hanyalah ambisi hampa.
Kini hanya ayah yang dimiliki Basri.
Saat ini, Basri hanya ingin berada di dekat ayahnya, menemani sang ayah, dan mencoba menghidupkan kembali agar peran ibu tidak hilang di dalam keluarga mereka.
Dalam perjalanannya untuk meikhlaskan, Basri juga bertemu dengan Genia, seorang gadis yang memiliki kisah hampir sama dengannya.
Keindahan moral yang terdapat pada novel “Ikhlas Penuh Luka” karya Boy Candra dapat dilihat dari kutipan-kutipan tiap awal bab cerita maupun isi percakapan antar tokoh yang ada pada cerita.
“Bagi Ayah, ikhlas bukan soal melupakan sepenuhnya.
Ikhlas adalah soal merawat ingatan baik dan kebahagiaan yang pernah ada di dalam ingatan-ingatan baik.
Ikhlas adalah soal memaafkan rasa sakit dan luka hati, serta tidak mendendam atas kepahitan yang telah terjadi.”(Boy Candra : 153)
kutipan ini merupakan salah satu nilai moralitas yang disampaikan dalam novel, yang mengajarkan tentang keikhlasan.
Di dalam novel ini juga terdapat kritik sosial seperti dalam kutipan “Kalian ini! Orang jatuh butuh bantuan, bukannya dibawa ke rumah sakit malah di videoin.
Manusia aneh kalian ini! Tidak punya rasa kemanusiaan!” melihat kondisi sekarang yang serba digital, novel ini juga mengkritik bagaimana rasa empati yang sudah mulai pudar pada masyarakat saat ini.
Banyak kasus di luar sana ketika terjadi musibah, masyarakat hanya mementingkan konten pribadi daripada keselamatan dirinya sendiri dan orang lain.
Novel “Ikhlas Penuh Luka” karya Boy Candra mengajarkan pada pembaca untuk menerima dan tidak menyembunyikan rasa yang ada, seperti rasa sedih, senang, maupun rasa marah.
Baca juga: Pria tidak bercerita!: Sebuah Konstruksi Budaya yang Mempengaruhi Gaya Bahasa
Mungkin saja keadaan yang ada tidak seperti yang kita harapkan, namun ketika kita mau untuk menerima dan belajar meikhlaskan, pelan-pelan rasa sedih dan tidak nyaman itu akan segera berlalu.
Pada faktanya hidup akan terus berjalan, mau seburuk apapun hari atau pengalaman yang kita alami.
Pengajaran-pengajaran hidup seperti inilah yang menjadikan novel karya Boy Candra menjadi novel populer yang menarik untuk dibaca.
Tidak hanya sebatas hiburan teman minum kopi di sore hari, namun juga sebagai guru tentang nilai-nilai kehidupan sehingga membuat keindahan tersendiri bagi pembaca novel ini.
Penulis: Berli Istiqomah
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News