Gastrodiplomasi Kuliner sebagai Sarana Diplomasi Publik serta Penunjang Penguatan Perekonomian di Indonesia

cooking
Ilustrasi: istockphoto

Gastrodiplomacy merupakan soft power diplomacy yang kuat. Kegiatan ini juga yang dapat meningkatkan citra Indonesia di luar negeri dan memajukan industri pangan Indonesia di luar negeri. Selain untuk membangun citra positif bagi negara, diplomasi gastronomi juga bertujuan untuk menjangkau kepentingan nasional negara tersebut.

Suatu negara tidak dapat mencapai kepentingan nasionalnya, kecuali jika negara tersebut berinteraksi melalui kerjasama dengan negara lain. Oleh karena itu, penting bagi suatu negara untuk membentuk citra positif negaranya sendiri.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tanggapan yang baik dari negara lain dan membuat perbedaan positif di negara tersebut.

Bacaan Lainnya
DONASI

Secara umum, gastrodiplomasi didefinisikan sebagai diplomasi publik yang dilakukan dengan memadupadankan diplomasi budaya, diplomasi kuliner, dan esensi nation branding untuk membuat budaya asing (budaya makanan, narasi makanan, dan lain-lain) menjadi nyata di negara lain melalui sentuhan dan rasa.

Menurut Paul Rockower dalam Recipes for Gastrodiplomacy, Place Branding and Public Diplomacy (2012), praktik gastrodiplomasi identik dilakukan oleh negara-negara dengan kekuatan menengah atau middle power, seperti Indonesia.

Gastrodiplomasi memanfaatkan kuliner khas suatu negara untuk menarik selera masyarakat di seluruh dunia atau masyarakat internasional, ini juga bertujuan untuk meningkatkan brand awareness dan reputasi nasional.

Sudah banyak sekali negara di dunia yang menerapkan diplomasi gastronomi, seperti Thailand, Korea Selatan, Amerika Serikat, Taiwan, dan Australia. Negara-negara tersebut memperkenalkan kuliner khasnya kepada dunia dan berhasil mengubah citra negaranya ke pandangan yang lebih positif.

Setiap negara yang menerapkan kegiatan diplomasi ini pastinya memiliki strategi yang berbeda guna mencapai tujuan dan kepentingan nasionalnya dalam menggunakan diplomasi gastronomi ini.

Salah satu contoh gastrodiplomasi di Indonesia melalui bidang kuliner yaitu rendang. Rendang merupakan salah satu kuliner asli Indonesia yang memiliki cita rasa yang khas, asin, dan kaya akan rempah, sehingga memerlukan pengetahuan tentang pengolahan kuliner rendang.

Rendang adalah kuliner atau olahan masakan daging sapi Indonesia yang berasal dari Minangkabau (Provinsi Sumatera Barat). Menurut pemeringkatan 50 Makanan Terbaik Dunia 2017, rendang dan nasi goreng menduduki peringkat nomor satu dan nomor dua dalam dunia kuliner.

Pemeringkatan akan ditentukan melalui jajak pendapat yang diselenggarakan di jejaring sosial. Hasil survei, rendang dan nasi goreng menduduki puncak daftar dan mengumpulkan 35.000 suara.

Pencapaian tersebut tidak lepas dari penerapan gastrodiplomasi yang dilakukan chef Indonesia William Wongso melalui rendang yang direkomendasikannya pada tahun 2010. William Wongso berhasil membawa rendang ke dunia internasional pada World Food Conference di California, AS.

Sampai saat itu, rendang sudah mendunia. Indonesia juga melakukan diplomasi gastro, salah satunya dengan mempromosikan rendang sebagai kuliner khas Indonesia di luar negeri. Selain tumbuhnya restoran Indonesia  di luar negeri, Indonesia juga mencipta ungkapan “Rendang goes to Europe” melalui rendang.

Sandiaga S. Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, meluncurkan program Rendang Goes to Europe pada 25 Maret 2022. Program ini juga merupakan turunan dari program Indonesia Spice Up the World (ISUTW).

Rendang Goes to Europe merupakan program yang diluncurkan oleh Duta Besar Indonesia untuk Bulgaria, Makedonia Utara, dan Albania Iwan Bogananta.

Indonesia mengekspor dari kawasan Balkan ke negara-negara Eropa lainnya dengan bekerja sama dengan perusahaan Bella dari Bulgaria untuk membangun pabrik memasak rendang di atas tanah tersebut.

Menurut Menteri Sandiuno, seiring berjalannya program Rendang Goes to Europe, Indonesia telah berkomitmen untuk mengekspor rempah-rempah senilai US$2 miliar atau 28,72 triliun rubel (kurs 14.360 rubel/US$) pada tahun 2024.

Kegiatan gastrodiplomasi ini juga dapat dianggap sebagai sebuah cara untuk meningkatkan branding nation suatu negara. Indonesia memiliki kekuatan dalam kegiatan ini sebagai sarana memperluas dan menyalurkan kebudayaan negara. Ini harus dilakukan, agar negara mendapatkan simpati dari masyarakat internasional.

Pada kenyataanya, Indonesia memang memiliki potensi dalam sektor kuliner, di mana Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan kebudayaan tentunya juga memiliki keragaman kuliner nasional yang dapat menarik masyarakat internasional.

Keberhasilan beberapa negara berkembang meningkatkan brand nasional dan ekonominya dengan dukungan diplomasi gastronomi menimbulkan panggilan bagi Indonesia untuk segera mengembangkan strategi yang serupa.

Kementerian Luar Negeri juga perlu menyusun grand plan diplomasi kuliner Indonesia dalam soft power diplomacy Indonesia. Pertunjukan kuliner melalui diplomasi bukan hanya menjadi sebuah pertunjukan budaya, tetapi juga bermanfaat bagi kepentingan ekonomi Indonesia.

Upaya mengembangkan diplomasi gastronomi merupakan misi dari sejarah nasional. Masakan Indonesia sudah sangat terkenal di berbagai negara, dari buah-buahan seperti kopi, teh, udang, rambutan, pepaya, dan nanas, hingga rempah-rempah dan bumbu masak.

Masyarakat Indonesia telah mulai menyadari pentingnya diplomasi kuliner. Secara khusus, Kementerian Luar Negeri yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Amerika Serikat dan Eropa (AMEROP) mengadakan “Focus Group Discussion (FGD)” tentang “Promosi Masakan Indonesia di Luar Negeri” di Hotel J.W. Marriott Jakarta pada tanggal 14 November 2011. 

Negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk melakukan kerja sama antar negara melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Kerjasama terjadi di luar batas kemampuan nasional melalui diplomasi untuk menegakkan kepentingan nasional.

Dalam melaksanakan diplomasi dan mewujudkan kepentingan nasional, Kementerian Luar Negeri memajukan Indonesia dan negara Indonesia di berbagai bidang. Terutama dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, militer, pendidikan, dan adat istiadat masyarakat.

Diplomasi didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan, hubungan baik, saling menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, penolakan kekerasan dan konsultasi, serta mengutamakan konsensus dalam proses pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, peran pemerintah khususnya Kementerian Luar Negeri yang harus dijalankan yaitu: Pertama, mendorong pemerintah dan DPR RI untuk mengintegrasikan kebijakan ekonomi nasional dengan politik luar negeri ekonomi, pemangku kepentingan, terutama dari unsur pemerintah. Integrasikan elemen swasta dan  publik melalui payung kemitraan.

Kedua, Departemen Luar Negeri dan misi luar negerinya harus menjadi leading sector dalam melakukan diplomasi ekonomi. Dengan kata lain, Departemen Luar Negeri berkewajiban mengoordinasikan berbagai hal yang terkait dengan perdagangan luar negeri, investasi, dan pariwisata.

Artinya Kemlu akan mengarahkan keseluruhan kemampuan dan kinerja perwakilan Indonesia di luar negeri. Upaya ini merupakan bentuk diplomasi ekonomi yang bersumber dari sektor pangan dan pangan.

Makanan adalah cara termudah untuk menghubungkan negara lain dengan warga dan budaya Indonesia. Dari makanan hingga media yang memberikan banyak informasi tentang dinamika dan perubahan domestik dan internasional.

Penulis: 
1. Tiara Harmonika Karo
2. Dhyva Stepyona Angelin Phatamuan
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI