Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata culture juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia (Muhaimin, 2001); (Aslan & Yunaldi, 2018).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya adalah pikiran, akal budi, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah, serta keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya (Departemen Pendidikan Nasional RI, 2008: 214).
Budaya sendiri muncul melalui berbagai proses, salah satunya ialah evolusi sosial, yang dimana budaya sendiri merupakan hasil interaksi antar individu dalam suatu kelompok masyarakat yang terung berkembang seiring berjalannya waktu.
Budaya tidak diwariskan secara biologis, namun melalui proses pembejalaran sosial, contohnya seperti para anak-anak belajar tentang budaya melalui orang tua mereka, dan orang tua mereka belajar melalui pengalaman dari lingkungan sekitar mereka. Budaya juga dapat terjadi karena faktor geografis, kondisi sejarah, dan interaksi yang dilakukan antar kelompok yang satu dengan yang lainnya.
Baca juga: Mengenal Makanan Khas Yogyakarta: Gudeg sebagai Salah Satu Kuliner yang Melegenda
Kuliner bukan sekadar urusan mengisi perut, tetapi juga menjadi representasi dari identitas suatu daerah. Setiap sajian menyimpan cerita sejarah, adat, bahkan filosofi hidup masyarakat setempat. Dalam konteks ini, kuliner merupakan salah satu bentuk ekspresi budaya yang paling otentik dan dinamis.
Medan, sebagai ibu kota Sumatra Utara, dikenal sebagai melting pot berbagai suku dan etnis seperti Batak, Melayu, Tionghoa, Minang, dan Jawa. Keberagaman ini tercermin jelas dalam kekayaan kulinernya. Kuliner Medan terkenal dengan rasa yang kuat, bumbu rempah yang kaya, dan variasi yang menggoda selera.
Di jalanan Medan, kita bisa menjumpai aneka makanan khas yang menggoda: Bika Ambon, kue legit beraroma pandan yang ikonik; Lontong Medan dengan kuah santan yang gurih; Soto Medan yang kental dan beraroma; hingga Lapet dan Arsik khas Batak Toba yang menggugah rasa. Medan juga punya sajian khas Tionghoa seperti Kwetiau Ateng atau Bakmie Titi yang tidak kalah populer.
Penyebaran kuliner di Medan tidak hanya terbatas di rumah makan atau warung kaki lima. Banyak pelaku usaha kuliner yang memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan dagangan mereka.
Kuliner Medan pun menembus batas wilayah, viral di TikTok, Instagram, hingga dijajakan di luar daerah melalui layanan pesan antar atau frozen food. Contohnya adalah Mie Gomak, yang kini sudah bisa ditemukan di luar Sumatera berkat promosi digital.
Beberapa kuliner yang belakangan viral antara lain Durian Ucok, yang menjadi ikon wisata kuliner Medan dan wajib dicoba bagi setiap pelancong; serta Roti Ganda, yang sempat booming karena kelembutannya dan isi selai khas yang menggoda.
Tak ketinggalan Kopi Saring Medan dan Teh Susu Tarek yang menjadi tren di kalangan anak muda. Adanya kuliner-kuliner ini membawa manfaat nyata. Dari sisi ekonomi, kuliner menjadi sumber penghidupan bagi ribuan orang.
Dari sisi budaya, kuliner memperkuat identitas lokal dan mempererat hubungan antarsuku di Medan. Bahkan secara pariwisata, kuliner khas ini menjadi daya tarik tersendiri yang mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara.
Kuliner Medan bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga warisan budaya yang hidup. Ia mencerminkan keberagaman, kreativitas, dan kekayaan rasa yang dimiliki masyarakat Sumatra Utara.
Dari Durian Ucok hingga Soto Medan, setiap suapan mengajak kita menyelami sejarah dan harmoni antarbudaya yang telah lama terjalin di Medan. Maka, menjaga dan melestarikan kuliner ini adalah bagian dari menjaga identitas bangsa.
Akhir kata, mari bangga dengan kekayaan kuliner daerah masing-masing. Karena di balik setiap rasa, tersimpan jejak budaya yang layak dihargai dan diwariskan.
Penulis: Livia Rachel Leatemia
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Brawijaya
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News