Layanan PayLater (pembayaran nanti) kini semakin populer dikalangan masyarakat khususnya generasi milenial mahasiswa. Berdasarkan data di IdScore, per Juni 2024 pengguna PayLater di Indonesia tercatat sebesar 14,37 juta pengguna.
Metode pembayaran PayLater memungkinkan pengguna untuk membeli barang atau jasa dengan menunda pembayaran hingga waktu yang ditentukan dalam bentuk cicilan dengan bunga yang ringan, konsep layanan ini mirip dengan kartu kredit hanya saja tidak memerlukan kartu fisik.
Namun, meskipun layanan ini menawarkan kenyamanan bagi pengguna, PayLater menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap kondisi finansial individu yang disebabkan oleh kebiasaan berbelanja pengguna.
Apakah layanan PayLater mempercepat keinginan atau malah memperburuk kondisi keuangan di masa depan dengan menambah beban hutang?
Pada kehidupan mahasiswa, PayLater bisa memberikan kemudahan yang luar biasa. Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu belum lagi biaya hidup mahasiswa, PayLater memungkinkan kita bisa membeli barang atau jasa yang kita butuhkan tanpa harus menunggu lama atau menabung terlebih dahulu.
Contohnya, jika mengalami kondisi mendesak seperti harus membeli keperluan tugas dalam kondisi kita tidak mempunyai uang, kita bisa langsung membelinya dan melunasi di kemudian hari.
Dengan cara ini PayLater memberikan fleksibilitas keuangan yang sangat membantu, terutama bagi mahasiswa yang rata-rata tidak memiliki penghasilan dan anak kos dengan kondisi krisis keuangan pada akhir bulan.Â
Namun, di sisi lain, Paylater berpotensi menambah hutang penggunanya. Fleksibilitas yang ditawarkan layanan ini bisa membuat pengguna menjadi semakin impulsif dalam membuat keputusan untuk melakukan pembelian suatu produk.
Banyak mahasiswa cenderung membeli barang yang tidak mereka butuhkan guna memenuhi gengsi, hal ini menyebabkan pengeluaran mereka tidak terencana yang berakhir dengan tagihan yang menumpuk.
Baca Juga:Â Dampak Paylater terhadap Kemandirian Ekonomi Gen Z
Tanpa pengelolaan uang yang bijak akan membuat kebutuhan tidak terpenuhi, kita juga bisa terperangkap oleh hutang yang sulit untuk dilunasi.
Selain itu, meskipun layanan PayLater menawarkan bunga yang ringan, tidak jarang terdapat biaya tersembunyi jika terlambat melakukan pembayaran. Denda keterlambatan bisa membuat hutang semakin membengkak.
Hal ini berbahaya bagi mereka yang kurang disiplin dalam mengatur pengeluaran serta perencanaan pembayaran yang jelas. Dalam kasus tertentu, keterlambatan pembayaran membuat nama seseorang memiliki riwayat yang buruk, tentunya ini bisa menyulitkan akses ke fasilitas keuangan lain di masa depan.
Baca Juga:Â Shopee Paylater Bikin Kecanduan; untuk Kebutuhan atau Keinginan?
Secara keseluruhan, layanan Paylater sangat membantu pada kondisi tertentu tetapi bisa memperburuk keadaan jika tidak bijak menggunakannya. Bagi mereka yang bijak mengelola keuangan, layanan ini mungkin sangat membantu.
Tetapi, bagi mereka yang boros dan tidak berhati-hati, layanan ini bisa menambah beban hutang yang memberatkan di kemudian hari. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam menggunakan layanan PayLater, agar tidak hanya fokus mempercepat keinginan, tetapi juga menghindari beban hutang yang menumpuk.
Penulis: Arrel Luki Artasyah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pancasakti Tegal
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News