Layanan Transportasi Umum di Tengah Digitalisasi: Bagaimana Lansia Menghadapinya?

Layanan Transportasi Umum di Tengah Digitalisasi: Bagaimana Lansia Menghadapinya?
Sumber: freepik.com

“Maaf Ibu, pembayarannya sekarang tidak bisa menggunakan uang cash. Hanya menerima pembayaran menggunakan uang elektronik.”

Pernahkah kalian mendengar kalimat seperti itu? Sepertinya kalimat itu sudah sering kali terucap oleh sebagian besar orang.

Di era serba digital ini, semuanya menggunakan teknologi. Tidak hanya untuk mengirimkan pesan, teknologi sudah digunakan untuk membantu berbagai bentuk transaksi di segala sektor.

Berbagai sektor termasuk layanan publik menjadi sasaran dari kemajuan metode transaksi berbasis teknologi ini, termasuk transportasi umum.

Bacaan Lainnya

Perubahan metode transaksi yang awalnya menggunakan uang tunai, sekarang kebanyakan hanya dengan menempelkan kartu ke layar atau menggunakan barcode.

Metode transaksi ini semakin berkembang seiring dengan majunya teknologi, yang mana hal ini juga membuat masyarakat harus dapat beradaptasi di tengah kemajuan teknologi ini.

Berbagai kalangan tentunya harus berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman.

Kalimat semua kalangan, yang berarti semua masyarakat baik dari remaja sampai lanjut usia.

Sebagian masyarakat mungkin sudah hidup berdampingan dengan teknologi sejak ia kecil, seperti generasi Milenial dan Generasi Z.

Akan tetapi, bagaimana dengan Generasi Z dan Baby Boomers? Yang mana selama hidupnya tidak terlalu banyak beradaptasi dengan teknologi.

Terlebih lagi, jika di masa sekarang, generasi tersebut sudah masuk ke dalam kategori lanjut usia.

Sebab selama hidupnya tidak berdampingan dengan teknologi, membuat sebagian generasi harus mempelajari teknologi.

Jika masih dalam usia yang prima, mungkin akan dengan mudah menangkap ilmu yang baru, namun jika sudah lanjut usia, tentunya tidak akan dengan mudah untuk mempelajari teknologi.

Lantas, bagaimana masyarakat lansia dapat beradaptasi?

Transportasi Umum sebagai Layanan Publik

Penggunaan transportasi umum, sudah menjadi andalan masyarakat sejak dulu.

Dahulunya kendaraan umum seperti angkutan kota, menjadi andalan untuk bepergian, namun seiring berjalannya waktu, angkutan kota tidak tersedia lagi di kota-kota besar.

Dan juga sebagai inovasi dari kemajuan layanan publik, hadirnya bus dan juga kereta cepat merupakan bentuk dari inovasi tersebut.

Pemerintah mempermudah upaya masyarakat untuk bepergian dengan adanya transportasi umum.

Tujuan inovasi pada transportasi umum tentu saja agar mempermudah dan membuat nyaman para masyarakat.

Ketersediaan transportasi umum sudah sangat banyak, masyarakat hanya perlu menunggu di halte-halte terdekat dan tanpa menunggu lama,

Transportasi umum akan menghampiri dan membantu mengantarkan sampai tujuan.

Biasanya, harga transportasi umum lebih murah dibandingkan ojek online yang ramai digunakan, maka dari itu transportasi umum masih eksis hingga sekarang.

Digitalisasi Pembayaran Transportasi Umum

“Untuk naik MRT hanya bisa bayar pakai QRIS.”

“Busnya sekarang cuma bisa bayar pakai tap kartu.”

Beberapa kalimat tersebut benar adanya, kebanyakan transportasi di zaman sekarang hanya menerima pembayaran dengan menggunakan uang elektronik, sebab dianggap lebih mudah dan tidak rumit.

Dengan menggunakan uang elektronik, para pengemudi tidak sulit untuk memberikan kembalian uang penumpang, sebab dengan barcode ataupun tap kartu, tarif perjalanan sudah ditentukan secara otomatis.

Transportasi umum sudah menerapkan pembayaran secara digital sejak ramai digunakannya teknologi, biasanya barcode akan diletakkan di beberapa tempat yang dapat dijangkau penumpang.

Lalu, dengan mudah penumpang dapat melakukan tangkapan layer pada barcode atau yang akrab disapa dengan ‘scan’.

Setelah melakukan scan barcode, secara otomatis perangkat elektronik akan menampilkan tagihan biaya yang harus dibayar.

Dari proses tersebut, penumpang dapat langsung menekan pin untuk melaksanakan pembayaran.

Tidak hanya dengan cara scan barcode, biasanya terdapat kartu fisik yang didalamnya sudah berisikan saldo bank, kartu ini dikenal dengan sebutan e-wallet.

Biasanya metode pengisian kartu ini, semacam ‘top-up’ atau memasukkan uang ke nomor tujuan via transfer, ataupun melakukan top-up dengan beberapa gerai minimarket yang menyediakan.

Kerja kartu ini lebih mudah, biasanya hanya perlu menempelkan kartu ke mesin yang sudah disediakan, mesin akan otomatis membaca kartu dan menyelesaikan pembayaran, namun pastikan saldo Anda cukup, ya!

Bentuk digitalisasi pembayaran ini, sudah dianggap lumrah atau umum bagi sebagian orang, sehingga sudah sering terlihat bahkan dilakukan.

Dengan pembayaran menggunakan metode digital ini pun, berbagai dampak positif banyak dirasakan, salah satunya ialah dengan mempercepat perputaran penumpang.

Namun, bagi sebagian kalangan, metode ini masih kurang dimengerti.

Kesulitan Warga Lanjut Usia Menghadapi Digitalisasi

Jarang sekali terpikirkan oleh kita, jika dalam menghadapi digitalisasi ini, terdapat beberapa kalangan yang merasakan sulit untuk beradaptasi.

Kalangan lanjut usia, sering sekali terabaikan dalam proses digitalisasi. Padahal, di usia mereka yang sudah lanjut, akan menjadi tantangan bagi mereka untuk mempelajari kemajuan teknologi.

Mirisnya, masih minim perhatian yang diberikan kepada kalangan lanjut usia dalam menghadapi digitalisasi.

Seorang lansia tentunya tidak selalu bepergian dengan anaknya, ataupun kerabat dekatnya.

Dan juga, tidak semua lansia memiliki kesempatan untuk belajar menggunakan teknologi dan menghadapi perubahan layanan publik.

Transportasi umum sudah menjadi andalan masyarakat sejak dahulu, sehingga tidak jarang para lansia masih menggunakan transportasi umum hingga sekarang.

Dalam konteks tersebut, transportasi umum dipandang sebagai layanan publik yang mereka percaya, walau sudah terdapat beberapa perubahan sistem didalamnya.

Sebagian kalangan lanjut usia ini, mengalami kesulitan secara langsung, seperti pembayaran dengan menggunakan kartu.

Para lansia pasti mengandalkan anaknya untuk mengisi saldo terhadap kartu yang mereka miliki, dan pastinya mereka tidak mengetahui dengan pasti terkait jumlah saldo yang ada di dalam kartu tersebut.

Sulit dibayangkan jika saat mereka menggunakan kartu tersebut, tanpa mereka sadari saldo di dalam kartu tersebut sudah habis, sehingga pembayarannya akan gagal.

Dan posisi transportasi umum tersebut tidak dapat menggunakan uang tunai, lalu bagaimana seorang lansia ini dapat membayar?

Sungguh menyedihkan jika dibayangkan, hal tersebut membuktikan salah satu contoh kesulitan yang kemungkinan dialami lansia dalam menghadapi digitalisasi transportasi umum.

Alternatif untuk Membantu Para Lansia

Untuk mengatasi permasalahan ini, terdapat beberapa kebijakan yang dapat diterapkan untuk membantu para lansia.

Salah satu alternatif ini ialah dengan menyediakan kotak transparan namun tetap dilengkapi dengan gembok sebagai pengamanan kotak, untuk pembayaran secara tunai.

Dengan memberikan catatan kepada masyarakat, terkhusus penumpang lanjut usia untuk membayar menggunakan uang pas sesuai dengan tarif transportasi.

Dengan satu alternatif ini, diharapkan dapat membantu memudahkan lansia untuk tetap aktif menggunakan transportasi umum.

Sehingga, kemajuan teknologi tidak hanya berpihak kepada yang bisa saja. Inovasi yang ada sudah semestinya membawa dampak baik bagi semua masyarakat.

Jika masih terdapat alternatif lain untuk mempermudah sesama, maka alternatif tersebut dapat dilakukan untuk mewujudkan inovasi yang setara.

 

Penulis: Fathi Rizqika
Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik, Universitas Airlangga

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses