Mahasiswa IPB Beri Dukungan kepada UMKM Madu Pak Agus di Sukarame, Pacet, Bandung: Optimalisasi Branding, Promosi, Manajemen Risiko, dan Bantuan APD

UMKM Madu Pak Agus
Tim Kelompok KKN-T Inovasi IPB Desa Sukarame (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Bandung, 22 Juli 2024 – Dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) telah meluncurkan program inovatif yang berfokus pada pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Sukarame, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung.

Salah satu UMKM yang menjadi perhatian utama dalam program ini adalah usaha madu milik Pak Agus, yang dikenal dengan produk madunya yang berkualitas tinggi.

Pengenalan Merek Qaisha Madu

Merek madu yang dipasarkan oleh Pak Agus dikenal dengan nama Qaisha Madu”. Pak Agus menjelaskan bahwa pemilihan nama Qaisha diambil dari salah satu nama anaknya. “Qaisha” adalah nama yang cantik dan memiliki arti yang baik. “Kami ingin produk madu kami memiliki nama yang indah dan bermakna,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Dalam usahanya, Pak Agus mengelola empat jenis madu yang memiliki karakteristik dan manfaat yang berbeda. Keempat jenis madu tersebut adalah Apis Cerana (Nyiruan), Apis Dorsata (Odeng), Apis Malifera, dan Trigona (Klanceng).

Pak Agus menjelaskan bahwa meskipun setiap jenis madu memiliki karakteristik yang berbeda, manfaat dari keempat jenis madu ini kurang lebih sama. “Madu dari jenis apapun memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa. Namun, setiap jenis memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya istimewa,” ujar Pak Agus.

Pak Agus memiliki lebih dari 100 kotak penangkaran madu. Namun, dari jumlah tersebut hanya sekitar 40 kotak yang terisi penuh dengan koloni lebah. Jarak antar kotak penangkaran minimal lima meter untuk memastikan setiap koloni lebah memiliki ruang yang cukup untuk berkembang dan menghasilkan madu dengan optimal.

Pak Agus menjelaskan bahwa penempatan kotak yang teratur dan menjaga jarak antar kotak sangat penting dalam budidaya lebah. “Jika kotak terlalu dekat, lebah akan merasa terganggu dan produksinya bisa menurun. Oleh karena itu, jarak antar kotak minimal lima meter itu sangat penting,” jelasnya.

Proses budidaya lebah bukanlah pekerjaan yang mudah. Pak Agus dan timnya harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perubahan cuaca yang ekstrem hingga serangan hama yang bisa mengancam koloni lebah. Selain itu, mereka juga harus memastikan bahwa setiap kotak penangkaran tetap bersih dan bebas dari penyakit yang bisa menyerang lebah.

Foto Lebah Madu Pak Agus

Salah satu hal yang sangat dijaga oleh Pak Agus adalah keaslian dan kualitas madunya. “Madu yang saya hasilkan murni 100%,” tegas Pak Agus. Keaslian madu sangat penting karena banyaknya madu palsu atau campuran yang beredar di pasaran.

Pak Agus memastikan bahwa madu yang dihasilkan dari penangkarannya benar-benar alami dan tidak dicampur dengan bahan lain. Ia juga menjelaskan bahwa proses panen madu dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menjaga kualitas dan keaslian produk.

Pak Agus tidak hanya fokus pada budidaya dan produksi madu, tetapi juga aktif dalam berbagai komunitas peternak madu. Ia bergabung dengan komunitas madu tingkat nasional bernama ILMI (Inspirasi Lebah Madu Indonesia) dan komunitas di tingkat Jawa Barat bernama PMH (Pemburu Lebah Madu Hutan).

Dengan bergabung dalam komunitas ini, Pak Agus dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan peternak madu lainnya, serta mendapatkan informasi terbaru tentang teknik budidaya dan pemasaran madu. “Bergabung dalam komunitas sangat membantu saya dalam mengembangkan usaha. Kami bisa belajar dari pengalaman peternak lain dan mendapatkan banyak informasi yang berguna,” ungkap Pak Agus.

Dukungan Mahasiswa IPB

Melihat potensi besar dari usaha madu Pak Agus, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) turun tangan untuk memberikan dukungan dalam berbagai aspek.

Dalam program ini, mereka memberikan pelatihan intensif tentag menciptakan identitas merek yang kuat, termasuk desain logo, kemasan yang menarik, dan strategi pemasaran visual yang efektif. Mahasiswa IPB membantu Pak Agus dalam pembuatan logo, katalog dan video promosi untuk merek Qaisha Madu.

Kami membantu Pak Agus untuk menciptakan merek yang dapat dikenali dan dipercaya oleh konsumen,” ujar Felda Cahya Fuadi selaku koordinator KKN-T Inovasi IPB Desa Sukarame.

Dalam era digital ini, mahasiswa IPB juga menekankan pentingnya promosi melalui platform online. Mereka membantu memberikan pemahaman kepada Pak Agus tentang cara menggunakan media sosial seperti Facebook dan WhatsApp untuk melakukan penjualan.

Baca juga: Inovasi Visual Branding untuk Pengembangan Marketing UMKM

Dengan bantuan mahasiswa IPB, branding dan promosi Qaisha Madu semakin optimal. Logo yang dibuat oleh mahasiswa IPB memberikan identitas yang kuat dan profesional bagi produk Qaisha Madu.

Katalog yang dihasilkan juga memberikan informasi yang jelas dan menarik tentang berbagai jenis madu yang ditawarkan oleh Pak Agus. Melalui media sosial, diharapkan Qaisha Madu dapat menjangkau lebih banyak konsumen dan meningkatkan penjualan.

Bantuan APD untuk Keselamatan Pemanenan

Saat ini, pemanenan madu di UMKM Qaisha Madu belum menggunakan alat pelindung diri (APD) yang memadai, yang berpotensi menimbulkan risiko keselamatan bagi para pekerja.

Menyadari pentingnya aspek keselamatan ini, mahasiswa IPB berinisiatif untuk memberikan bantuan APD guna melindungi para pemanen madu selama proses panen. “Kami sangat berterima kasih atas bantuan APD dari mahasiswa IPB. Ini sangat membantu kami dalam bekerja dengan lebih aman dan nyaman,” ungkap Pak Agus.

Foto Serah Terima APD dari Mahasiswa IPB kepada Pak Agus

Bantuan APD dari mahasiswa IPB sangat berharga. Penggunaan APD saat proses pemanenan madu sangat penting untuk menjaga keselamatan dan kesehatan Pak Agus dan timnya. Dengan menggunakan APD, risiko terjadinya kecelakaan atau gangguan kesehatan dapat diminimalkan. Keselamatan kerja sangat penting. Dengan bantuan APD, kami bisa bekerja dengan lebih aman dan tenang,” ujar Pak Agus.

Selain itu, salah satu aspek penting yang juga diperhatikan oleh mahasiswa IPB adalah manajemen risiko. Mereka membantu Pak Agus dalam mengidentifikasi potensi risiko dalam budidaya dan produksi madu, serta memberikan solusi untuk mengatasinya. Dengan adanya manajemen risiko yang baik, Pak Agus dapat menjalankan usahanya dengan lebih efisien dan aman.

Program dukungan ini diharapkan dapat menjadi contoh kolaborasi yang baik antara institusi pendidikan dan UMKM dalam mendukung perekonomian lokal. Mahasiswa IPB berharap agar UMKM Madu Pak Agus dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi UMKM lainnya untuk terus berinovasi dan berkembang meskipun di tengah berbagai tantangan.

Kami berharap kolaborasi ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk turut serta dalam mendukung UMKM. Dengan sinergi antara akademisi dan pelaku usaha, kita bisa menciptakan ekosistem bisnis yang lebih kuat dan berdaya saing,” tutup Felda Cahya Fuadi selaku koordinator KKN-T Inovasi IPB Desa Sukarame.

 

Penulis: Tim KKN-T Inovasi IPB Desa Sukarame

  1. Geby M. Simanjuntak
  2. Maydina Putri Wibowo
  3. Amanda Putri Kurnianingsih
  4. Tantri Larasati
  5. Felix Fernando
  6. Felda Cahya Fuadi
  7. Reinada Maulidia
  8. Rafli Ananta Zikri

Mahasiswa IPB University

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI