Sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mengembangkan inovasi berbasis teknologi untuk mendukung peningkatan produktivitas tanaman pertanian di KWT Sumber Rejeki, Kulon Progo.
Inovasi yang mereka kembangkan adalah produk fertilizer bernama EcoBlend, yang diaplikasikan melalui sistem irigasi otomatis sprinkler bertenaga surya.
Berawal dari keresahan akan masalah pertanian yang kian kompleks, lima mahasiswa UGM dari berbagai fakultas bersatu untuk menciptakan solusi inovatif.
Mereka adalah Fransisco Yamonaha Harefa (Fakultas Pertanian 2022), Lulu Nazhifa (Fakultas Pertanian 2022), Meila Dwi Nurini (Fakultas MIPA 2022), Nazzwa Aliefa Herdianti (Fakultas Pertanian 2022), dan Imam Novariansyah Aziz (Fakultas Pertanian 2023).
Mereka mendapatkan bimbingan dari Angga Prasetya, S.P., M.Sc., dosen Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, UGM, serta didukung oleh pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) 2024.
EcoBlend lahir dari pemikiran kreatif tim untuk mengatasi tantangan dalam sektor pertanian di Kulon Progo, khususnya pada KWT Sumber Rejeki.
Inovasi ini menggabungkan proses pemupukan dan penggunaan Photosynthetic Bacteria (PSB) dalam satu sistem fertigasi sprinkler.
Tim Fransisco meyakini bahwa potensi pertanian di Kulon Progo sangat besar, namun membutuhkan teknologi yang tepat guna untuk mengoptimalkannya.
Dengan EcoBlend, petani tidak hanya dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk organik cair, tetapi juga dapat memastikan keberlanjutan lingkungan.
“Kami berharap EcoBlend dapat menjadi solusi efektif bagi petani di Kulon Progo dan membantu meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil pertanian,” ujar Fransisco, Senin (15/7)
Pengembangan EcoBlend dengan metode fertigasi otomatis berangkat dari permasalahan yang dihadapi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Sumber Rejeki di Dusun Wora-Wari, Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
KWT yang bergerak di bidang pertanian hortikultura ini telah menjual banyak hasil panen kepada masyarakat sekitar maupun warung-warung.
Tanaman hortikultura yang dipasarkan meliputi bayam, kangkung, cabai, dan pepaya. Namun, proses penanaman sering kali tidak maksimal dan hasilnya cenderung sedikit.
Selain itu, para pengurus KWT Sumber Rejeki merasa kewalahan untuk menyiram tanaman karena anggotanya yang tidak aktif.
Kondisi ini mengakibatkan penurunan kualitas dan mutu tanaman hortikultura di KWT Sumber Rejeki.
“Jadi di lahan KWT kami ini permasalahannya seperti seperti serangan hama, anggotanya juga kurang aktif karena memiliki kesibukan lain, jadinya cuman pengurus saja yang sering mengurusi lahan KWT,” ujar Siti Aminah selaku ketua KWT Sumber Rejeki, Senin (19/1).
Fransisco dan rekan-rekannya berinisiatif membuat inovasi dengan sistem otomatisasi terintegrasi sehingga pengurus KWT tidak perlu repot saat penyiraman dan alat tersebut akan menyala pada waktu yang ditentukan.
Siti Aminah mengungkapkan bahwa sangat terbantu dengan adanya EcoBlend yang diterapkan menggunakan metode fertigasi otomatis dengan panel surya. Sistem fertigasi sprinkler ini akan secara otomatis menyiram lahan pada pukul 08.00-08.10 dan 16.00-16.10.
Baca juga: Peningkatan Ketahanan Pangan: Tranformasi Sistem Pertanian Indonesia
Dengan penerapan EcoBlend, KWT Sumber Rejeki tidak hanya mengurangi beban kerja anggota untuk menyiram tanaman secara berkala, tetapi juga mendukung keberlanjutan lahan pertanian karena dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Penulis: Imam Novariansyah Aziz
Mahasiswa jurusan Ilmu Tanah, Universitas Gadjah Mada
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News