Manfaat Madu (Genus Apis) sebagai Penyembuh Luka pada Kulit

Manfaat Madu
Sumber: media.istockphoto.com

Madu telah menjadi bagian penting dari sejarah manusia selama ribuan tahun. Manusia purba telah mengumpukan madu dari lebah liar sejak zaman batu. Zaman Mesir kuno dan Yunani kuno telah mencatat penggunaan madu dalam mengobati luka. Orang Yunani dan Mesir kuno menggunakan madu untuk mengobati luka kulit dan luka bakar dengan mengoleskan  cara topikal pada bagian kulit.

Karena sifat antimikroba dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan jaringan yang baru, madu di anggap sebagai obat yang efektif untuk membantu dalam penyembuhan luka dan digunakan juga sebagai pengobatan berbagai penyakit.

Sejak zaman kuno, seperti yang ditemukan di makan Raja Tut (Abad ke-14 SM), Madu telah menempati tempat yang penting di obat tradisional dan sudah disebut-sebut sebagai obat produk dalam karya yang tidakterhitung jumlahnya, madu pertama kali disebutkan sebagai pengobatan untuk luka oleh “Papirus Edwin Smith” (2600-2200 SM. (Vandamme L, dkk. 2013).

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Mengungkap Rahasia Daun Sirsak (Annona Murirata L): Mengandung Senyawa-Senyawa Aktif yang dapat Melawan Sel Kanker

Madu (genus apis )merupakan suatu cairan kental, dengan kandungan gula jenuh, yang berasal dari nektar bunga yang telah dikumpulkan dan dimodifikasi oleh lebah madu apis mallifera. Secara umum, madu memiliki kandungan utama kurang lebih 30 % glukosa, 40% fruktosa, 5% sukrosa, dan 20% air. Selain itu, terkandung juga sejumlah senyawa seperti asam amino, vitamin, mineral, dan enzim. (Jull AB, dkk.2015)

Madu (genus apis) memiliki sifat antibakteri dan antijamur yang membantu dalam melawan infeksi. Kandungan antioksidan dan sifat antibakteri dalam madu membantu melawan infeksi dan mempercepat dalam proses penyembuhan. Madu dapat meransang produksi sel-sel kekebalan tubuh, termasuk sel darah putih, yang berperan penting dalam melawan infeksi.

Setelah mengetahui sedikit sejarah dari madu (genus apis) dan kandungan senyawa yang terdapat di dalam madu serta manfaatnya. Sebelum masuk pada materi luka kulit terlebih dahulu kita memahami sedikit tentang apa itu luka. Luka adalah suatu kerusakan fungsi dan struktur dari anatomi normal kulit, sedangkan penyembuhan luka merupakan proses di mana dinamik kompleks yang menghasilkan perbaikan fungsi dan kontinuitas anatomi.

Jenis luka terbagi 2 yang pertama luka terbuka dan yang kedua luka tertutup. Luka terbuka adalah luka yang mengenai lapisan kulit terluar sehingga membuat jaringan di dalamnya terpapar udara.sedangkan Luka tertutup adalah luka yang biasanya berasal dari benturan benda tumpul. Ciri-ciri dari luka ini ditandai dengan munculnya memar tanpa perdarahan luar.

Baca Juga: Pengaruh Rebusan Daun Kelor (Moringa olifiera) pada Penderita Hipertensi

Luka bakar merupakan salah satu bentuk cedera yang bisa terjadi baik secara kontak langsung maupun paparan terhadap sumber panas, listrik, kimia, serta terpapar radiasi. Cedera luka bakar terjadi ketika suatu energi dari sumber panas dipindahkan ke jaringan tubuh. Kedalaman cederaa berhubungan lansung dengan suhu.

Manfaat madu dalam pengangkatan jaringan mati atau debridemen tidak lepas dari potensi antiinflamasinya, Manfaat madu dalam membantu debridemen telah terbukti dalam sejumlah uji coba klinis luka bakar.8 Madu terbukti mampu mencegah pembentukan eskar pada luka bakar; di lain pihak, pada luka yang dirawat menggunakan silver sulfadiazine justru dijumpai pembentukan eskar.

Secara umum, madu bersifat asam dan memiliki kisaran pH 3,2-4,5.8 Kondisi luka yang asam akan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin, sehingga dapat mendukung proses penyembuhan luka. Selain itu, pada rentang pH tersebut, aktivitas dari  protease dalam menghancurkan matriks kolagen yang diperlukan untuk perbaikan jaringan pun akan dihambat.

Osmolaritas madu yang tinggi akibat tingginya kandungan gula akan menimbulkan efek osmotik, sehingga akan menarik cairan dari permukaan luka; jika sirkulasi darah jaringan di bawah luka baik, efek osmotik gula justru akan dapat memperlancar aliran keluar cairan limfe. Mekanisme ini dapat dianalogikan dengan perawatan luka menggunakan tekanan negatif (negative pressure wound therapy/ NPWT) yang mana dinilai bermanfaat mempercepat penyembuhan luka.

Baca Juga: Daun Sirsak (Annona muricata), Daun Pegagan (Centella asiatica), dan Buah Manggis (Garcinia manggostana) yang digunakan dalam Alternatif Pengobatan Kanker

Ada beberapa cara yang dapat dipakai saat merawat luka menggunakan madu ( Molan, 2001),yaitu Gunakan jumlah madu yang sesuai dengan jumlah cairan atau eksudat yang keluar dari luka. Kemudian waktu penggantian balutan tergantung pada cepatnya waktu madu terlarut dengan eksudat luka. Jika tidak ada cairan pada luka, maka balutan dapat diganti 2 kali seminggu karena komponen antibakteri yang  terkandung di dalam madu dapat terserap ke dalam jaringan luka.

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, sebaiknya menggunakan balutan (second dressing) yang bersifat absorbent. Jika madu digunakan langsung pada luka, madu akan meleleh sehingga keluar dari area luka. Hal ini tidak efektif untuk merangsang proses penyembuhan luka. Gunakan balutan yang bersifat “oklusif” (menutup semua permukaan luka untuk mencegah agar madu meleleh keluar dari area luka).

Pada cairan luka yang sedang, sebaiknya gunakan transparan film sebagai pembalut (second dressing).  Pada abses (nanah) dan undermining (luka berkantong) dibutuhkan lebih banyak madu untuk mencapai jaringan di dalamnya. Dasar luka harus diisi dengan madu sebelum ditutup dengan pembalut (second dressing) seperti kasa atau dressing pad lainnya. Untuk memasukan madu pada luka berkantong sebaiknya menggunakan kasa atau dressing pad sehingga kerja kandungan madu lebih efektif.

Madu, khususnya yang dihasilkan oleh lebah genus Apis, telah lama dipercaya memiliki sifat penyembuhan luka kulit. Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan madu sebagai penyembuhan luka harus dilakukan dengan hati-hati. Madu yang digunakan harus steril dan bebas dari kontaminasi, karena madu yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi pada luka.

Selain itu, tidak semua jenis luka cocok untuk pengobatan dengan madu, dan sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum menggunakannya. meskipun madu memiliki potensi sebagai penyembuhan luka kulit karena sifat antimikroba dan antiinflamasinya, penggunaannya harus bijaksana dan dengan pertimbangan yang matang.

Penulis:

Maysarah
Mahasiswa Sarjana Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi  Padang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.