Manuskrip Dalā’ilul Khairat dari Pidie, Jejak Literasi Islam di Serambi Mekkah

Dalā'ilul Khairat
Sumber: lektur.kemenag.go.id

Di antara helai-helai kertas yang menguning dimakan waktu, tersimpan jejak-jejak peradaban yang tak ternilai.

Naskah kuno, bagai jendela waktu yang membawa kita menyelami lautan kebijaksanaan masa lalu, menjadi saksi bisu perjalanan intelektual para ulama dan cendekiawan Nusantara.

Setiap goresan tinta yang terukir di dalamnya menyimpan kisah perjuangan, pemikiran, dan warisan spiritual yang terus bergema hingga kini.

Dalam khazanah naskah kuno Nusantara, setiap lembar adalah permata pengetahuan yang menanti untuk ditemukan kembali.

Bacaan Lainnya

Masing-masing naskah membawa keunikannya sendiri—ada yang tertulis di atas daun lontar yang rapuh, kulit kayu yang mengeras, atau kertas Eropa yang menguning.

Namun, di balik media yang beragam itu, tersimpan mutiara-mutiara kebijaksanaan yang tetap berkilau menembus waktu.

Baca Juga: Manuskrip Al-‘Azīrī: Kajian Filologis Naskah Tata Bahasa Arab

Di tengah kekayaan khazanah naskah kuno tersebut, Dalā’ilul Khairat dari Pidie Jaya hadir sebagai salah satu bukti kejayaan tradisi literasi Islam di Aceh.

Naskah yang awalnya disimpan oleh Amir di Teupin Raya, Pidie dan kini menjadi koleksi Masykur di Gampong Blang Glong, Bandar Baru Pidie Jaya ini menyimpan keunikan yang memikat para peneliti dan pecinta sejarah.

Teks yang terdiri dari 64 halaman dengan 11 baris per halaman ini masih terbaca dengan baik, meski kertas telah menguning kecoklatan dimakan usia.

Ditulis di atas kertas Eropa berukuran 19 x 15 cm, naskah ini menampilkan keindahan kaligrafi Arab dengan penggunaan dua warna tinta—hitam untuk teks utama dan merah untuk penekanan kata-kata penting.

Yang menarik dari naskah ini adalah penggunaan sistem kata alihan (catchword) pada setiap halaman rekto, sebuah teknik cerdas yang memudahkan pembaca untuk melacak halaman.

Link manuskrip: https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-aceh2015-mkr13.html#ad-image-0

Baca Juga: Manuskrip Kitab Al-Fath Al-Rabbani dalam Manuskrip Arab Koleksi Pribadi Mohd Khairudin di Kuala Lumpur, Malaysia

Berikut penjelasan berupa transkripsi, transliterasi dan arti dari halaman teks manuskrip diatas:

1) أي حافظًا

(ay ḥāfiẓan)

“Wahai yang terjaga/terpelihara”

2) روي عن النبي صلى الله عليه وسلم

(ruwiya ‘an al-nabī ṣallā allāhu ‘alayhi wa sallam)

“Diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw.”

3) أنه قال كنت نورًا بين يدي الله تعالى

(annahu qāla kuntu nūran bayna yaday allāhi ta’ālā)

“Bahwasanya beliau bersabda: Aku adalah cahaya di hadapan Allah Ta’ala”

4) قبل أن يخلق آدم بألفي عام

(qabla an yakhluqa ādam bi alfay ‘ām)

“Sebelum diciptakannya Adam dua ribu tahun”

5) فلم يزل ذالك النور يسبحه

(falam yazal dhālika al-nūr yusabbiḥuhu)

“Maka cahaya itu terus-menerus bertasbih kepada-Nya”

6) ذالك النور وتسبح الملائكة يسبحه

(dhālika al-nūr wa tusabbiḥ al-malā’ikah yusabbiḥuhu)

“Cahaya itu dan para malaikat bertasbih kepada-Nya”

Baca Juga: Kajian Naskah Kuno Manuskrip Karya Makrifat Iman

7) فلما خلق الله تعالى آدم جعل

(falammā khalaqa allāhu ta’ālā ādam ja’ala)

“Maka ketika Allah Ta’ala menciptakan Adam, Dia menjadikan”

8) ذالك النور في صلبه فأهبطه إلى صلب

(dhālika al-nūr fī ṣulbihi fa ahbaṭahu ilā ṣulb)

“Cahaya itu di dalam tulang sulbinya, lalu menurunkannya ke tulang sulbi”

9) في صلب إلى أن صار في صلب عبد الله في نوح

(fī ṣulb ilā an ṣāra fī ṣulbi ‘abdillāh fī nūḥ)

“Dalam tulang sulbi hingga sampai pada tulang sulbi Abdullah pada (masa) Nuh”

Link manuskrip: https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-aceh2015-mkr13.html#ad-image-0

Berikut penjelasan berupa transkripsi, transliterasi dan arti dari halaman kanan teks manuskrip di atas:

1) فطابوا به سكرل وفى حسنه تاهو

(faṭābū bihi sakral wa fī ḥusnihi tāhū)

“Mereka terbuai dalam kemanisannya dan terpesona dalam keindahannya”

2) سليح حواي كل القلوب بحسنه

(salīḥ ḥawāy kull al-qulūb bi ḥusnih)

“Melingkupi seluruh hati dengan keindahannya”

3) فراحت وراح القلب سن بعض اسراه

(farāḥat wa rāḥ al-qalb sin ba’ḍ asrāh)

“Maka hati pun menjadi senang dan tenang dalam sebagian rahasianya”

Baca Juga: Kisah Perang Khaybar dalam Manuskrip Kuno

4) رخيبت به مولى على كل حالة

(rakhībat bihi mawlā ‘alā kulli ḥālah)

“Aku berserah kepada Tuhanku dalam segala keadaan”

5) فقل لبعيد الداردعني واياه

(f aqul liba’īd al-dār da’nī wa iyyāh)

“Katakanlah kepada yang jauh: Biarkanlah aku bersamanya”

6) يواسدني طورا وطورا يصدني

(yuwāsidunī ṭawran wa ṭawran yaṣuddunī)

“Terkadang ia menghiburku dan terkadang menghalangiku”

7) وهاانا راحن باللذي هم يهواه

(wa hā anā rāḥin billadzī hum yahwāh)

“Dan di sinilah aku, tenang dengan apa yang mereka cintai”

8) فلولاه ساطاب اهوى المتيم

(falawlāhu sāṭāb ahwā al-mutayyam)

“Kalau bukan karenanya, tidaklah indah cinta yang menggetarkan”

9) ولااستعذب الطرف المداسع لو لاه

(wa lāsta’dhab al-ṭarf al-mudāsi’ law lāh)

“Dan tidaklah manis pandangan mata yang berlinang tanpanya”

Baca Juga: Manuskrip Kuno: Bab Al-Aql Kepada Segala Orang-Orang Besar

Berikut penjelasan berupa transkripsi, transliterasi dan arti dari halaman kiri teks manuskrip diatas:

1) ولولاه ماحن انحداة بحاجر

(wa lawlāhu mā ḥann inḥidāh bi ḥājir)

“Dan tanpanya tidak akan merindulah sang pengembara di Hajir”

2) ولااستعشوالعشاو يوما خراماه

(wa lāsta’syā al-‘asyāw yawman kharāmāh)

“Dan tidak akan mencari petunjuk di malam hari para pengembara”

3) صلاة وتسليم على خير مرسل

(Ṣalāh wa taslīm ‘alā khayr mursal)

“Shalawat dan salam atas sebaik-baik utusan”

4) محمد الدافى الى سبل اهداه

(Muḥammad al-dāfī ilā subul ahdāh)

“Muhammad yang menunjukkan kepada jalan petunjuk-Nya”

5) عليه صلاة الله ماهبت السبا

(‘alayhi ṣalāt Allāh mā habbat al-sabā)

“Atasnya shalawat Allah selama angin Saba bertiup”

6) وما حثحث الحادي سخرا سطايا

(wa mā ḥathḥath al-ḥādī sakhrā saṭāyā)

“Dan selama penggembala unta menggiring kawanannya”

Baca Juga: Manuskrip Hal Ihwal Adat Minang Tinjauan Aksara Arab-Melayu

7) في حب سيدنا محمد

(fī ḥubb sayyidinā Muḥammad)

“Dalam cinta kepada junjungan kami Muhammad”

8) نور ببدر الهدى متيم

(nūr bibadril hudā mutayyam)

“Cahaya dengan purnama petunjuk yang memabukkan”

9) قلبي يحن الى محمد

(qalbī yaḥinnu ilā Muḥammad)

“Hatiku merindukan Muhammad”

10) مانرال من وجد متيم

(mā nazāl min wajd mutayyam)

“Masih tetap dalam kerinduan yang memabukkan”

Berdasarkan hasil analisis, manuskrip yang tersimpan di Puslitbang Lektur dan Khazanah Departemen Agama ini memuat dua tema utama dalam tradisi spiritualitas Islam.

Bagian pertama membahas konsep Nur Muhammad, yaitu cahaya kenabian yang diyakini telah ada sejak dua ribu tahun sebelum penciptaan Nabi Adam a.s.

Baca Juga: Manuskrip Hikayat Sira Panji Citra dalam Manuskrip Jawi di Koleksi Perpustakaan Prancis

Cahaya ini senantiasa bertasbih kepada Allah dan diturunkan melalui generasi hingga sampai kepada Abdullah, ayah Nabi Muhammad saw.

Bagian kedua berisi kumpulan syair indah (qasidah) yang mengungkapkan cinta dan kerinduan mendalam kepada Nabi.

Syair-syair ini menggambarkan keindahan spiritual dan fisik Nabi dengan metafora puitis, memanjatkan doa serta shalawat, dan menegaskan peran Nabi sebagai pembawa petunjuk bagi umat manusia.

Secara keseluruhan, manuskrip ini menggabungkan aspek teologis, historiografi, sastra, dan spiritualitas.

Ia mencerminkan tradisi penulisan Islam yang mengharmoniskan narasi sejarah dengan ekspresi sastra indah.

Keberadaannya menunjukkan pentingnya pelestarian warisan intelektual Islam di Indonesia serta bagaimana para ulama dahulu mengekspresikan kecintaan mereka kepada Nabi melalui tulisan yang artistik dan mendalam.

 

Penulis:
1. Nadya Ashila Putri
2. Dr. Iin Suryaningsih, S.S., M.A.
Mahasiswa Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab, Universitas Al-Azhar Indonesia

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses