Medan, Ibu Kota Sumatera Utara, telah mengalami banyak transformasi dalam beberapa dekade terakhir.
Perkembangan kota ini yang pesat membawa banyak peluang dan tantangan, terutama bagi generasi muda.
Salah satu tantangan terbesar yang kini dihadapi adalah krisis moral yang semakin meluas di kalangan generasi muda, khususnya terkait pergaulan bebas.
Pergaulan bebas yang dimaksud mencakup berbagai bentuk perilaku yang melanggar norma sosial dan agama, seperti berhubungan seks pra-nikah, menyalahgunakan narkoba, serta menjalani gaya hidup yang tidak sehat lainnya.
Tribun News melaporkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, pergaulan bebas di kalangan remaja Medan menjadi perhatian utama.
Data yang tersedia menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam perilaku seks pranikah di kalangan remaja.
Baca Juga:Â Dilema Moral di Balik Senyum Pasien: Menyikapi Tabir Etika dan Profesionalisme
Berdasarkan penelitian jurnal umji.ac.id, sekitar 40% remaja di Medan telah melakukan hubungan seks sebelum menikah, menurut survei tahun 2015.
Selain itu, penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 menemukan bahwa 81,5% remaja Medan pernah berpacaran, dan seratus persen mengaku pernah melakukan aktivitas seksual seperti berpegangan tangan, berciuman, dan berhubungan intim.
Pengaruh kemajuan teknologi dan budaya di seluruh dunia adalah komponen utama yang mendorong pergaulan bebas di Medan.
Media sosial, yang sering terlibat dalam kehidupan sehari-hari generasi muda, sering kali memengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak.
Sebagian besar remaja menganggap hal-hal yang tidak sehat, seperti gaya hidup hedonis, penggunaan narkoba, atau perilaku seksual yang bebas, adalah hal normal.
Media sosial, yang seringkali tidak memiliki filter yang cukup, memungkinkan penyebaran nilai-nilai yang bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Medan, yang mayoritas dipengaruhi oleh adat budaya dan agama yang kuat.
Baca Juga:Â Maraknya Kasus Pergaulan Bebas di Jakarta
Tindakan yang Tepat
Dalam mengatasi pergaulan bebas di kalangan remaja, memerlukan pendekatan yang menyeluruh yang melibatkan banyak pihak, seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pertama dan terpenting, institusi pendidikan harus memulai program pendidikan karakter dengan memasukkan materi pelajaran yang membahas moralitas dan dampak pergaulan bebas.
Selain itu, siswa dapat memperoleh wawasan yang berharga melalui workshop dan seminar dengan pembicara dari berbagai latar belakang, seperti psikolog dan tokoh agama.
Di era media sosial, juga perlu dilakukan kampanye besar yang inovatif dan edukatif dengan melibatkan influencer lokal untuk menyampaikan pesan dengan bahasa yang dekat dengan remaja.
Selain itu, orang tua harus dididik tentang cara mendampingi anak remaja zaman sekarang, seperti mengawasi aktivitas mereka di media sosial dan berkomunikasi dengan baik.
Remaja juga dapat melaksanakan kegiatan alternatif yang bermanfaat, seperti pelatihan keterampilan, turnamen olahraga, program seni, atau kegiatan keagamaan, harus disediakan untuk memberikan ruang bagi remaja untuk menyalurkan energi mereka secara produktif.
Baca Juga:Â Dampak Pergaulan Bebas dan Penyalahgunaan Narkoba
Lembaga agama dan tokoh masyarakat dapat berperan aktif dalam menyuarakan nilai-nilai moral melalui ceramah rutin, pengajian, atau diskusi komunitas.
Penulis ingin menegaskan bahwa pergaulan bebas di Medan membutuhkan perhatian dan tindakan nyata.
Pendidikan moral, pengawasan orang tua, kampanye pendidikan, dan kegiatan positif untuk remaja semuanya harus dipromosikan.
Selain itu, pengawasan dan dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan tokoh agama sangat penting.
Dengan inisiatif bersama ini, generasi muda Medan diharapkan dapat berkembang dengan moral yang kuat dan masa depan yang lebih baik.
Selain itu, penulis mendorong semua pihak untuk bekerja sama untuk memerangi pergaulan bebas di medan.
Baca Juga:Â Suatu Refleksi Moral: Maraknya Budaya Seks Bebas di Era Globalisasi
Pendidikan moral, perhatian orang tua, kampanye edukatif yang inovatif, dan kegiatan positif harus menjadi prioritas utama.
Pengawasan tempat hiburan malam dan partisipasi tokoh agama adalah bagian penting dari menciptakan suasana yang sehat.
Dengan tindakan nyata ini, generasi muda Medan akan tumbuh menjadi orang yang beretika dan bertanggung jawab.
Penulis: Lhony Lovely Claudya Malau
Mahasiswa Prodi Ilmu Hukum, Universitas Katolik Santo Thomas
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News