Influencer: Agen Perubahan atau Manipulasi?

Influencer: Agen Perubahan atau Manipulasi?
Sumber: freepik

Saat menjelajahi media sosial kemudian anda menemukan unggahan dari salah satu influencer favorit sedang mempromosikan produk tertentu, mereka memuji, meyakinkan, dan merekomendasikan produk tersebut, kemudian anda terpengaruh dan akhirnya melakukan pembelian produk tersebut.

Tapi pernahkah anda bertanya apakah ini benar-benar rekomendasi jujur atau hanya semata-mata iklan tersembunyi untuk memanipulasi dengan tujuan menghasilkan uang saja. Fenomena influencer dan algoritma media sosial ini membuat kita semakin sulit membedakan antara keduanya, kemudian dari fenomena ini memunculkan pertanyaan mengenai etika dan transparansi.

Pengaruh Besar dan Dampaknya Influencer

Dengan popularitas media sosial yang terus tumbuh, influencer menjadi semakin berkuasa. Mereka memiliki penggemar setia yang mempercayai mereka, dan perusahaan melihat peluang untuk mencapai segment audiens mereka melalui kolaborasi. Strategi pemasaran influencer telah menjadi pemain kunci untuk membentuk perilaku dan sikap pengikutnya terhadap produk atau jasa tertentu.

Bacaan Lainnya
DONASI

Influencer yang paling berpengaruh dipandang sebagai orang yang kredibel, berpengetahuan luas, dan menarik. Pengikut lebih cenderung memercayai influencer yang mereka anggap berwibawa dalam bidang tertentu dibanding para ahli.

Influencer yang paling berpengaruh dipandang sebagai orang yang kredibel, berpengetahuan luas, dan menarik. Pengikut lebih cenderung memercayai influencer yang mereka anggap berwibawa dalam bidang tertentu dibanding ahli, sedangkan pengikut seringkali tidak tahu apakah influencer mempromosikan produk karena imbalan atau promosi berbayar.

Influencer mempunyai kekuatan sebagai agen perubahan karena dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pengikutnya.

Secara keseluruhan, influencer merupakan alat manipulasi yang kuat karena dampak yang ditimbulkannya sangat besar, pengaruh mereka ini menimbulkan pertanyaan penting tentang etika dan transparansi, karena pengikut sering kali memandang influencer sebagai teman yang berbagi opini dan pengalaman, namun terkadang influencer dibayar untuk mempromosikan produk dan tidak selalu transparan.

Efektif tetapi Dipertanyakan secara Etis

Sebagai seorang influencer, modal utama yang perlu dijaga adalah hubungan dan kepercayan pengikut. Meskipun strategi pemasaran influencer dapat menjadi cara yang efektif bagi perusahaan untuk menjangkau target audiens tertentu, terkadang beberapa hal yang kurang pertimbangan dapat dengan mudah merusak hubungan kepercayan yang rapuh antara influencer dan pengikutnya.

Banyak influencer tidak terbuka mengungkapkan konten yang diproduksi berisi promosi atau sponsor berbayar. Beberapa influencer bahkan mempromosikan produk yang tidak mereka miliki atau minati, hanya bertujuan untuk menciptkan “fake hype”, hal ini sebenarnya sangat merugikan audiens atau brand, harusnya pengikut berhak mendapatkan transparansi tentang hubungan bisnis dalam konten dan influencer haruslah bersikaplah terbuka, promosikanlah produk yang benar-benar disukai dan ingin digunakan.

Seorang influencer, memiliki tanggung jawab besar untuk memeriksa fakta sebelum membagikan sebuah konten karena terdapat peran penting algoritma dalam media sosial yang dirancang untuk mendukung penyebaran informasi yang bisa saja salah, dan berisiko dimanipulasi jika dilakukan terlalu jauh.

Sebagai influencer yang ingin melakukan perubahan positif, harus menjunjung standar etika yang tinggi. Bersikaplah transparan, autentik, jujur, dan hindari menyebarkan informasi yang salah.

Algoritma dan Filter Bubble Membatasi Keberagaman

Sumber: http://freepik.com.

Algoritma dan filter bubble adalah topik hangat. Di satu sisi, algoritma mendukung banyak hal yang kita gunakan sehari-hari, algoritma membantu menghubungkan kita dengan informasi dan konten yang mungkin kita nikmati.

  • Namun, algoritma juga dapat membatasi keragaman informasi yang kita peroleh dengan menyaring sudut pandang atau minat khusus. Ini dikenal sebagai efek “Filter bubble”. Saat algoritma akan menyusun hasil penelusuran berdasarkan perilaku kita sebelumnya, dari hal ini kita mungkin akan kehilangan berita penting atau perspektif alternatif.
  • Meskipun perusahaan berpendapat bahwa algoritma membantu mempersonalisasi pengalaman pengguna, tapi algoritma dapat dapat menyebarkan misinformasi atau mendorong polarisasi.

Secara keseluruhan, algoritma telah merevolusi cara kita menemukan dan mengonsumsi konten. Namun seperti halnya teknologi lainnya, kita harus mempertimbangkan manfaat dan potensi ancaman dalam hal ini. personalisasi dan keberagaman mungkin menjadi salah satu tantangan terbesar dalam kehidupan digital kita. Kuncinya adalah menggunakannya secara bertanggung jawab dan berpikir kritis tentang informasi yang kita hadapi.

Menjaga Integritas Jurnalistik di Era Otomatisasi

Menjaga integritas jurnalistik di era algoritma dan otomatisasi sangatlah penting. Meskipun teknologi telah memungkinkan otomatisasi beberapa proses produksi berita, manusia masih memainkan peran penting dalam memastikan kualitas dan integritas.

Dalam distribusi konten, algoritma digunakan untuk memberikan rekomendasi yang lebih relevan kepada pengguna. Namun, mereka juga dapat menciptakan “Filter bubble” dan polarisasi informasi. Penting untuk mencapai keseimbangan antara efisiensi algoritma dan keragaman informasi dalam menyaring dan mendistribusikan konten di internet.

Secara keseluruhan, teknologi dan algoritma telah mengubah lanskap pemasaran, produksi konten, dan distribusi informasi secara signifikan, meningkatnya pengaruh media sosial dan misinformasi yang viral, jurnalis mempunyai tanggung jawab untuk melawan “alternative facts” dan memverifikasi kebenarannya.

Jurnalis memainkan peran penting sebagai penjaga gerbang informasi di era informasi yang berlebihan. Teknologi seharusnya meningkatkan kualitas jurnalis, bukan menggantikan manusia. Manusia akan selalu diperlukan untuk menegakkan standar etika dan menghasilkan berita yang dapat dipercaya. Masa depan jurnalisme bergantung pada kemitraan harmonis antara manusia dan mesin.

Menemukan Keseimbangan Antara Efisiensi dan Etika

Menemukan keseimbangan yang tepat antara efisiensi dan etika di era digital dapat menjadi sebuah tantangan. Di satu sisi, algoritma dan otomatisasi telah membuat hidup kita lebih nyaman, memungkinkan kita terhubung satu sama lain, tetap mendapatkan informasi, dan mendapatkan rekomendasi produk dan layanan yang disesuaikan dengan minat kita.

Di sisi lain, algoritma dapat menciptakan “Filter bubble” dan menyebarkan informasi yang salah dengan hanya merekomendasikan konten yang sesuai dengan apa yang kita sukai atau yakini. Mesin mungkin kurang memiliki penilaian yang manusiawi. Influencer dan perusahaan semakin bergantung pada algoritma dan otomatisasi, penting untuk mempertimbangkan dampaknya.

  • Bersikaplah transparan tentang cara kerja algoritma. Bantu orang-orang memahami alasan mereka melihat informasi atau rekomendasi tertentu. Hal ini membangun kepercayaan dan memungkinkan pengguna untuk mempertimbangkan bias yang mungkin ada dalam sistem.
  • Libatkan moderator dan jurnalis. Meskipun algoritmanya efisien, editor manusia tetap diperlukan untuk memeriksa fakta informasi, mempertimbangkan isu-isu seperti keadilan dan akurasi, dan membuat penilaian editorial yang berbeda. Mereka juga dapat mengevaluasi apakah algoritma berfungsi sebagaimana mestinya dan melakukan perbaikan.
  • Pertimbangkan etika dan inklusifitas. Tim yang membangun algoritma dan otomatisasi harus memprioritaskan isu-isu seperti keadilan, akuntabilitas, dan menghindari kerugian atau bias yang tidak disengaja. perlu mempertimbangkan bagaimana sistem dapat memberikan dampak negatif atau mengecualikan kelompok marginal.

Secara keseluruhan, pendekatan seimbang yang menggabungkan manusia dan Al dengan transparansi, pengawasan, dan komitmen terhadap etika akan menjadi kunci untuk membantu influencer dan perusahaan membangun kepercayaan dan memberikan dampak positif.

Efisiensi dan kenyamanan memang penting, namun tidak boleh mengorbankan manipulasi atau kerugian. Dengan keterbukaan dan tanggung jawab, teknologi, dan algoritma dapat dikembangkan dan digunakan dengan cara yang bermanfaat bagi dunia usaha dan masyarakat.

Kesimpulan

Jadi, dengan bangkitnya influencer dan semakin besarnya kekuatan mereka, muncul pula tanggung jawab yang besar. Sebagai konsumen, tetap waspada terhadap siapa yang anda ikuti dan dukung. Pastikan nilai dan pesan mereka selaras dengan nilai dan pesan anda sebelum memberi mereka waktu, perhatian, dan uang anda.

Bagi para influencer, akui kekuatan luar biasa yang anda miliki dan gunakan dengan bijak untuk menyebarkan pesan-pesan yang mengangkat dan memberdayakan pengikut anda daripada memanipulasi mereka demi keuntungan anda sendiri.

Masa depan media sosial dan dampaknya terhadap masyarakat bergantung pada integritas dan etika. Meskipun influencer mungkin merupakan agen perubahan, kitalah yang harus memastikan bahwa perubahan tersebut membawa dampak yang lebih baik, sehingga  media sosial dapat menjadi tempat di mana kita terhubung dengan cara yang bermakna dan bukan sebagai alat untuk mengeksploitasi.

Penulis: Reksa Widuri
Mahasiswa Jurusan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI