Melawan Batas: Kisah Perempuan Teknik Mesin di Bangku Kuliah

Memilih jurusan Teknik Mesin bukanlah keputusan yang mudah bagi sebagian besar perempuan. Selain harus berhadapan dengan kurikulum yang menantang, mereka juga dihadapkan pada stigma sosial yang menganggap bidang ini “bukan untuk perempuan”.

Di banyak kampus, jumlah mahasiswi Teknik Mesin sering kali hanya segelintir dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki.

Kondisi ini menciptakan dinamika tersendiri, mulai dari rasa minder, canggung, hingga tekanan untuk selalu tampil sempurna.

Namun justru di situlah letak kekuatan mereka: bertahan, berkembang, dan bersinar di tengah ruang yang tidak selalu ramah.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Peran Teknik Sipil dalam Pembangunan Infrastruktur Masa Depan: Meningkatkan SDM melalui Pendidikan dan Inovasi Teknologi

Di dalam kelas maupun di bengkel praktik, perempuan Teknik Mesin menunjukkan bahwa kemampuan tidak punya jenis kelamin.

Mereka belajar mengelas, menggambar teknik, melakukan analisis fluida, hingga merancang mesin dengan penuh semangat dan tekad.

Walaupun kadang menghadapi komentar meremehkan atau merasa “sendiri”, solidaritas antarmahasiswa perempuan menjadi kunci untuk terus maju.

Banyak dari mereka bahkan berhasil menjadi asisten praktikum, juara lomba teknik, hingga aktif memimpin organisasi jurusan.

Mereka tidak sekadar mengikuti arus, tapi membentuk jalur baru yang inspiratif bagi generasi selanjutnya.

Baca juga: Mahasiswa Teknik Mesin ini Jadi Delegasi Terpilih Womenspirasi Summit 2025: Berkontribusi untuk Pemberdayaan Perempuan

Pada akhirnya, keberadaan perempuan di Teknik Mesin bukan hanya soal statistik, tetapi tentang representasi dan perubahan cara pandang.

Dunia teknik tidak lagi bisa didefinisikan oleh satu kelompok saja, keragaman justru memperkuat kreativitas dan inovasi.

Kampus seharusnya menjadi tempat tumbuh yang setara, di mana semua mahasiswa, tanpa memandang gender, bisa merasa dihargai dan diberi ruang berkembang.

Semakin banyak perempuan yang menempuh jalur ini, semakin dekat kita dengan masa depan teknik yang inklusif dan berdaya saing.

Baca juga: Merancang dan Membangun Robot Medis yang Aman dan Efektif: Kontribusi Teknik Mesin untuk Meningkatkan Layanan Kesehatan

Karena bagi mereka, menjadi perempuan di Teknik Mesin bukan tentang membuktikan diri, melainkan tentang menciptakan makna.

 

Penulis: Zahra widi

Mahasiswi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang

Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses