Menjadi warga negara yang baik seringkali diidentikkan dengan kewajiban membayar pajak atau mengikuti berbagai aturan atau kebijakan yang diatur oleh pemerintah. Meski semua itu benar dan merupakan bagian penting dari kewajiban sebagai warga negara, namun seringkali melupakan bahwa kekayaan budaya merupakan bagian dari identitas bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.
Sayangnya, banyak masyarakat yang menganggap kekayaan budaya kurang penting, bahkan cenderung diabaikan. Padahal, menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia bukan hanya tanggungjawab generasi tua saja, melainkan kewajiban seluruh masyarakat. Hal ini termasuk dalam bentuk nyata kontribusi sebagai warga negara yang baik.
Budaya yang terjaga dengan baik bukan hanya menjadi kebanggaan nasional saja, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. Di era globalisasi ini, arus informasi tentang kebudayaan dapat bergerak dengan cepat dan mudah diakses.
Terdapat risiko budaya-budaya tradisional diklaim oleh pihak asing. Contoh kasus yang sempat ramai beberapa waktu lalu di media sosial. Kasus tersebut berupa unggahan video yang menampilkan seorang warga negara asing dengan mudah mengklaim salah satu lagu daerah Indonesia.
Meski lirik tersebut sudah dimodifikasi sedikit, namun masyarakat Indonesia langsung merespon dengan menyebutkan bahwa lagu tersebut milik Indonesia. Untungnya, lagu daerah tersebut masih sering dinyanyikan dan popular di kalangan masyarakat, sehingga masalah tersebut dapat segera ditanggapi.
Baca Juga:Â Bahasa Slang: Pro dan Kontra Pendidikan Bahasa Indonesia
Dua hal mengapa masyarakat Indonesia khususnya generasi penerus harus memerhatikan kelestarian budaya setempat. Pertama, jika budaya lokal semakin terpinggirkan dan dilupakan oleh generasi penerus, maka semakin besar kemungkinan kekayaan budaya lokal diambil alih oleh pihak luar atau akan terdengar asing di telinga generasi selanjutnya. Oleh karena itu, melestarikan budaya lokal seperti lagu daerah, tarian tradisional, bahasa daerah, dan berbagai kesenian lainnya, merupakan kontribusi nyata dalam menjaga keutuhan bangsa. Kedua, menjaga kekayaan budaya tidak hanya semata-mata melindungi warisan leluhur, atau hanya menaati hukum saja, tetapi tentang mencintai dan menjaga identitas bangsa.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, Indonesia memiliki sedikitnya 633 kelompok suku besar. Jika data ini diperinci hingga tingkat subsuku, jumlahnya meningkat menjadi sekitar 1.331 kelompok. Setiap kelompok suku tersebut memiliki beragam warisan budaya yang kaya dan unik (Kusumaningtiyas & Nurazizah, 2022).
Berdasarkan pemetaan bahasa di Indonesia oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2019), terdapat 718 bahasa yang tersebar di seluruh Indonesia.
Keberagaman bahasa dan budaya ini menjadi kebanggaan besar bagi masyarakat Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” tetap menjadi pengikat persatuan bangsa yang terjaga dan terpelihara dengan baik (Peter & Simatupang, 2022).
Bahasa daerah merupakan salah satu aspek penting dari budaya lokal yang harus dijaga sebagai bagian dari identitas bangsa. Namun, saat ini banyak orang tua yang lebih memilih bahasa Indonesia menjadi bahasa ibu bagi anak-anak mereka.
Hal ini sebenarnya tidak salah, karena kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting untuk kehidupan masa depan generasi penerus. Namun, seringkali muncul anggapan bahwa mempelajari bahasa daerah bisa menghambat anak dalam belajar bahasa Indonesia.
Baca Juga:Â Pengakuan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Unesco: Pencapaian dan Dampak Positif di Kancah Intenasional
Padahal, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Anak-anak sebenarnya mampu mempelajari lebih dari satu bahasa sekaligus tanpa kesulitan, terutama jika mulai diajarkan dari sejak dini. Mengajarkan bahasa daerah tidak hanya mempertahankan kekayaan budaya, tetapi juga memperkaya kemampuan bahasa anak.
Beberapa kasus di Indonesia menunjukkan bahwa anak-anak yang sejak kecil diajarkan bahasa daerah atau menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu sering mengalami kesulitan dalam menguasai bahasa Indonesia ketika beranjak dewasa.
Tanpa disadari, para calon orang tua juga sering mendengar beberapa kosakata bahasa daerah yang terdengar asing di telinga. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya wawasan atau pengetahuan terhadap bahasa daerah yang digunakan. Bisa jadi, orang tua terdahulu juga jarang menggunakan kosakata tersebut, sehingga pengetahuan tentang bahasa daerah semakin ke sini semakin terbatas.
Data yang dimuat oleh Suryaningrum (2023), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan bahasa ibu memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan anak sekolah dasar dalam menguasai bahasa Indonesia.
Anak yang sering berbicara dengan bahasa ibunya cenderung memiliki penguasaan bahasa Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang jarang atau tidak pernah berbicara dengan bahasa ibunya. Tantangan ini menjadi perhatian besar bagi generasi muda, khususnya yang kelak akan menjadi orang tua.
Hingga saat ini, belum ada penelitian tentang solusi yang tepat untuk memastikan bahwa anak-anak bisa lancar berbahasa Indonesia, sekaligus tetap menguasai bahasa daerah dengan baik.
Permasalahan mengenai minimnya pengajaran bahasa daerah sejak dini tidak bisa dianggap remeh. Jika bahasa daerah semakin jarang digunakan, kekayaan budaya dan identitas lokal juga akan terancam hilang.
Bahasa daerah merupakan bagian penting dari warisan budaya, dan kehilangannya berarti juga hilangnya tradisi, nilai, serta pengetahuan lokal yang telah diwariskan generasi ke generasi. Untuk melestarikan bahasa daerah diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, baik masyarakat maupun pemerintah.
Salah satu peran pemerintah dalam melestarikan bahasa daerah yang sudah diterapkan, yaitu bahasa daerah menjadi mata pelajaran wajib di sekolah. Namun, peran utama tetap pada masyarakat.
Penggunaan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari di rumah, komunitas, dan kegiatan sosial sangat penting untuk menjaga keberlangsungan bahasa daerah setempat. Masyarakat juga dapat berperan dengan mendokumentasikan bahasa daerah yang terancam punah dalam bentuk tulisan seperti buku, sehingga dapat diwariskan kepada generasi penerus.
Baca Juga:Â Pengaruh Bahasa Gaul Indonesia bagi Anak Muda di Malaysia
Teknologi juga bisa menjadi alat bantu yang efektif, misalnya melalui aplikasi belajar bahasa atau platform media sosial yang mempromosikan penggunaan bahasa daerah. Maka dari itu, dengan dukungan dari semua pihak, baik melalui pendidikan, maupun pemanfaatan teknologi, bahasa daerah dapat tetap hidup dan terjaga sebagai bagian dari identitas budaya bangsa.
Agar keterampilan berbahasa Indonesia tidak terhambat, maka harus tetap dikuatkan agar generasi penerus fasih dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dapat menghubungkan masyarakat dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, solusi yang tepat dalam menghadapi tantangan ini adalah memastikan bahwa bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa utama yang digunakan di lingkungan sekolah, sedangkan bahasa daerah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di rumah.
Dengan pembagian peran ini, generasi muda tidak akan merasakan adanya hambatan dalam menggunakan bahasa Indonesia, tetapi tetap fasih dan bangga dalam menggunakan bahasa daerah sebagai bagian dari budaya mereka. Hal ini akan menjaga keseimbangan antara peran bahasa Indonesia sebagai symbol kesatuan dan bahasa daerah sebagai lambing kekayaan budaya Indonesia.
Penulis: Intan Hayatun Nufus
Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon
Referensi
Kusumaningtiyas, T., & Nurazizah. (2022). Perpustakaan Digital Budaya Indonesia: Peran Masyarakat Dan Komunitas Melindungi Dan Melestarikan Budaya Indonesia. Jurnal Pustaka Budaya, 9(1), 50–62. https://doi.org/10.31849/pb.v9i1.9178
Peter, R., & Simatupang, M. S. (2022). Keberagaman Bahasa Dan Budaya Sebagai Kekayaan Bangsa Indonesia. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra Dan Budaya, 9(1), 96–105. https://doi.org/10.33541/dia.v9i1.4028
Suryaningrum, S. (2023). Pengaruh Bahasa Ibu Terhadap Penguasaan Bahasa Indonesia Pada Siswa Sekolah Dasar di Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru. Jurnal Kata (Pendidikan Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya), 11. No 1.
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News