Memahami Bahasa sebagai Alat Komunikasi Manusia yang Paling Sempurna

Bahasa
Ilustrasi Bahasa sebagai Alat Komunikasi Manusia (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya memiliki kebutuhan bertukar informasi, berinteraksi, dan berbagi perasaan atau pikiran dengan sesamanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan yang sering kita sebut sebagai komunikasi.

Definisi komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Individu yang dapat berkomunikasi secara efektif akan merasakan dampak perkembangan diri yang baik.

Bacaan Lainnya
DONASI

Sebaliknya, individu yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif dan mengalami kegagalan dalam bertukar informasi dengan individu lain akan mengalami hambatan dalam perkembangan dirinya.

Keterampilan dalam berkomunikasi yang efektif tentunya tidak serta merta adalah bawaan sedari lahir. Komunikasi dapat dikatakan efektif saat makna yang ditangkap oleh penerima pesan sama dengan makna yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan.

Maka dari itu, manusia harus mempelajari cara berkomunikasi yang efektif agar tercipta hubungan antar individu yang berkualitas. Salah satu caranya ialah dengan mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi utama manusia.

Konsep Dasar Linguistik Umum

Salah satu cabang ilmu yang mempelajari bahasa ialah ilmu linguistik. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari tentunya kita menemui berbagai masalah yang berhubungan dengan bahasa.

Peran linguistik disini ialah sebagai ilmu yang akan memberi kemudahan kepada kita dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

André Martinet, seorang ahli bahasa asal Prancis, berpendapat bahwa linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.

Ada berbagai pendapat berbeda yang merumuskan pengertian linguistik, tetapi, selalu ada kesamaan yang dapat ditemukan yakni bahasa sebagai kajian linguistik.

Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang artinya bahasa. Dalam bahasa Prancis yang sebagian besar menyerap kata dari bahasa latin, ada dua istilah bahasa yaitu langue dan langage.

Perlu diperhatikan bahwa meskipun keduanya memiliki arti yang sama yakni bahasa, makna yang dimaksud oleh kedua istilah ini berbeda.

Langue bermakna bahasa yang merujuk pada bahasa tertentu, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa daerah, dan sebagainya.

Sedangkan, langage bermakna bahasa secara umum, yakni bahasa sebagai alat komunikasi manusia.

Lebih mudahnya, bahasa yang dimaksud langage adalah bahasa seperti dalam ungkapan “Manusia memiliki bahasa sedangkan hewan tidak”. Nah, langage inilah yang menjadi objek kajian ilmu linguistik.

Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum, karena linguistik tidak hanya mempelajari bahasa tertentu (langue) melainkan bahasa secara umum (langage) atau general linguistics.

Bahasa di dunia ini ada banyak jumlahnya dan tentunya memiliki ciri pembedanya masing-masing. Meskipun begitu, dibalik perbedaannya setiap bahasa tetap memiliki persamaan dan ciri yang universal.

Ciri universal ini yang menjadikan linguistik bersifat umum dan hal ini pula yang menjadikan ilmu linguistik biasa disebut linguistik umum.

Meskipun linguistik bukanlah satu-satunya ilmu yang mengkaji bahasa, pada dasarnya cara pandang ilmu lain terhadap bahasa berbeda dengan cara pandang linguistik.

Contohnya ilmu susastra yang memandang bahasa sebagai sarana untuk menciptakan keindahan, sama halnya dengan cara pandang seni terhadap garis dalam lukisan, bentuk-bentuk dalam patung, dan nada-nada dalam lagu.

Berbeda dengan ilmu susastra, linguistik memandang bahasa sebagai bahasa itu sendiri.

Pada hakikatnya bahasa ialah alat komunikasi berupa sistem lambang bunyi yang berasal dari alat ucap manusia, memiliki makna, bersifat arbitrer, konvensional, universal, unik, produktif, dinamis, variatif, dan menunjukkan identitas diri pengucapnya.

Bahasa sebagai Sarana Interaksi dan Komunikasi Manusia

Bahasa sebagai alat komunikasi manusia dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Dengan sifatnya yang sistemis, bahasa tidak berdiri sebagai suatu sistem tunggal, melainkan terdiri dari beberapa subsistem seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Kajian bahasa secara internal mencakup kajian terhadap struktur internalnya saja seperti beberapa subsistem yang telah disebutkan sebelumnya.

Sedangkan, kajian eksternal bahasa mencakup faktor-faktor diluar bahasa yang berkaitan dengan penuturnya di dalam kelompok sosial masyarakat.

Berbeda dengan kajian internal, pengkajian bahasa secara eksternal tidak hanya melibatkan ilmu linguistik saja, namun juga melibatkan disiplin ilmu lain.

Oleh sebab itu, sebelum terjun dalam kajian eksternal bahasa hendaknya menguasai terlebih dahulu kajian internalnya.

Karena tanpa pemahaman yang cukup mengenai kajian internal bahasa, kesulitan akan sering dihadapi.

Bahkan mungkin tidak akan bisa melakukan kajian eksternal. Salah satu kajian bahasa secara eksternal adalah sosiolinguistik yang merupakan gabungan antara ilmu sosiologi dan linguistik.

Menurut Chaer dan Agustina, sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur.

Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dipandang sebagai bahasa sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.

Setiap ilmu tentunya mempunyai kegunaan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia, hal ini berlaku pula pada sosiolinguistik.

Kegunaan sosiolinguistik salah satunya ialah sebagai pedoman dalam berkomunikasi menggunakan bahasa, contohnya pedoman pemilihan gaya bahasa yang tepat untuk digunakan pada waktu, orang, dan situasi tertentu.

Mengacu pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi manusia, maka dapat kita simpulkan tiga komponen yang harus ada dalam proses komunikasi, yaitu pihak yang berkomunikasi/partisipan (pengirim dan penerima informasi), informasi yang dikomunikasikan, dan alat yang digunakan untuk berkomunikasi seperti simbol/lambang (pada pembahasan ini berupa bahasa).

Dalam proses komunikasi bahasa terdapat tahapan-tahapan yang berlangsung sangat cepat dalam praktiknya, apalagi jika orang yang terlibat dalam proses komunikasi ini memiliki kemampuan berbahasa yang sangat baik.

Namun, meskipun tiga komponen dalam proses komunikasi telah terpenuhi atau kelancaran proses komunikasi telah terjadi, tidak menutup kemungkinan munculnya kesalahan dalam proses komunikasi (miskomunikasi).

Beberapa penyebabnya ialah kemampuan penggunaan bahasa yang kurang, daya pendengaran partisipan yang kurang baik, suara bising saat komunikasi berlangsung, atau tidak adanya kesadaran partisipan akan konteks pembicaraan.

Dapat disimpulkan bahwa agar komunikasi kita lebih berkualitas, kita perlu belajar cara berbicara dan mendengar dengan efektif. Ini bisa melibatkan pendidikan formal di sekolah, belajar secara autodidak, atau belajar dari pengalaman sehari-hari.

Kita juga bisa ikut pelatihan untuk meningkatkan keterampilan berbicara serta memahami kapan baiknya menggunakan bahasa yang sesuai konteks dan situasi. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan hubungan baik antar individu.

Penulis: Alicia Chairunisyah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI