Membuka Jendela Dunia melalui Membaca

Opini
Ilustrasi: istockphoto

“Buku adalah jendela dunia”, pepatah yang lama namun tak lekang oleh waktu. Pepatah ini mengandung makna bahwa dengan membaca buku, kita bisa mendapatkan beragam pengetahuan yang belum kita ketahui dan menambah wawasan kita. Makna tersebut menggambarkan betapa pentingnya “buku” karena memberikan banyak pengetahuan kepada manusia.

Pembuka jendela dunia yang sangat tidak asing dalam Islam adalah seruan membaca (iqra’) yang menjadi perintah pertama dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Iqra termuat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5.

Membaca menjadi perintah nomor satu dalam rangkaian penyampaian ayat-ayat Al-Qur’an, tentu mempunyai alasan penting, di mana membaca adalah kunci untuk menyibak apapun yang masih samar. Melalui membaca, manusia dapat berpikir reflektif yang dapat menemukan suatu pengetahuan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Sebelum adanya perkembangan teknologi informasi, bisalah kita berdalih karena keterbatasan akses terhadap bacaan yang ada, namun saat ini hal tersebut tidak bisa menjadi alasan untuk tidak tersedia bacaan.  Peradaban manusia di suatu negara akan menjadi lebih baik apabila generasi mudanya  gemar membaca.

Sebagai contoh, Jepang adalah negara yang membangun bangsanya dengan membaca untuk memberantas buta huruf dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Jepang meprogramkan membaca sejak usia dini, sehingga apabila kita berjalan-jalan ke negara tersebut akan didapati banyak masyarakat yang membaca di fasilitas-fasilitas umum.

Membaca adalah kunci untuk mempelajari semua ilmu, termasuk informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika kita menerima resep obat dari dokter, kita harus mengetahui atau memahami petunjuk bagaimana menggunakannya. Jika kita salah maka akan berakibat fatal.

Kemampuan membaca yang baik tidak hanya dapat membaca dengan lancar tetapi juga dapat memahami isi teks yang dibaca. Dalam membaca selain kata-kata, teks yang dibaca dapat berupa gambar, simbol, angka, atau grafik.

Sejak tahun 2015, di dunia juga digaungkan adanya penguasaan enam literasi dasar yang salah satunya adalah  literasi baca tulis. Literasi ini merupakan literasi fungsional yang memiliki manfaat besar dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memiliki kemampuan membaca dan menulis, seseorang dapat menjalani hidupnya lebih berkualitas. Terlebih lagi di era yang modern ini yang ditandai dengan persaingan ketat dan pergerakan yang cepat. Kemampuan individu sangat diperlukan agar dapat bertahan hidup dengan baik.

Membaca tidak hanya berbatas pada pengembangan pengetahuan, tetapi juga pada berkontribusi pada pembentukan karakter inividu. Buku juga sering kali menyampaikan nilai-nilai moral dan etika melalui ceritanya. Pembaca dapat mempelajari tokoh-tokoh yang ada di dalam buku, memahami konflik moral, dan mengembangkan pandangan hidup yang baik.

Selain itu, membaca merupakan sarana efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Pemahaman mendalam, penilaian konten, dan pembentukan perspektif diperlukan selama proses membaca. Hal ini sangatlah penting  untuk membuat keputusan yang bijak.

Membaca juga dapat meningkatkan komunikasi yang efektif. Dengan memahami struktur bahasa, kosakata, dan menyampaikan ide, kita dapat berkomunikasi dengan baik. Keahlian ini tidak hanya bermanfaat di lingkungan akademis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari dan tempat kerjanya kelak.

Selain memiliki manfaat individu, membaca juga berdampak pada masyarakat. Masyarakat yang gemar sekali dengan membaca akan lebih terbuka terhadap perbedaan, lebih toleran, dan memiliki wawasan yang lebih luas daripada yang kurang gemar membaca.

Mereka bisa menjadi agen perubahan yang positif dalam berkomunikasi. Mereka juga lebih paham tentang kompleksitas masalah sosial dan budaya.

Tentu saja, hal ini memiliki tantangan tersendiri terutama untuk mendorong generasi muda agar memiliki minat baca yang tinggi. Dukungan teknologi  seperti smartphone dan media sosial sering kali menjadi alternatif untuk meningkatkan minat baca generasi muda.

Melalui pendekatan kreatif sesuai dengan usia, minat dan kegemarannya sehingga mendorong keterlibatkan mereka dalam membaca. Hal ini dapat menjadi salah satu bentuk untuk memupuk  kebiasaan membaca berkelanjutan.

Penulis: Ulayya Alya Viatri
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI