Mendengar judul artikel ini, pasti kita akan bertanya-tanya ,apakah benar hoax bisa di tangkis dengan filsafat? Nah, sebelum kita masuk ke pembahasan terlebih dahulu kita perlu tahu apa sih filsafat itu!.
Secara umum filsafat ialah ilmu yang mengharuskan manusia berpikir secara kritis, logis dan radikal. Yang dimana yang dimaksud kritis ialah agar supaya manusia itu berpikir lebih teliti terkait kejadian atau permasalahan yang sedang di alami. Hal inilah yang nantinya membuat kita lebih teliti di dalam menerima informasi atau kejadian.
Selanjutnya yaitu mengharuskan berpikir logis, yang mengartikan kita harus menanggapi sesuatu itu dengan berpikir dulu menggunakan penalaran, yang nantinya hal itu akan membuat kita memiliki pandangan yang lebih luas dan dapat dicerna oleh akal.
Kemudian kita diharuskan berpikir radikal, yang dimana radikal di sini tidak berarti sebagai pemikiran yang membuat kita menjadi teroris, melainkan berarti kita dituntut untuk berpikir lebih mendasar, yang sehingga nantinya kita akan temukan jawaban yang hakiki terkait yang kita pikirkan.
Baca Juga: Hoaks: Lolongan Maut Perusak Moral Bangsa
Adapun sekarang, di dalam ilmu filsafat juga terdapat pembahasan tentang kebenaran, yang dimana jikalau kita terapkan kebenaran filsafat ini, terhadap keseharian kita maka, kita akan terbebas atau dapat menangkis yang namanya hoax.
Lalu, kita selanjutnya akan bertanya apakah kebenaran itu?, apa yang dikatakan sebagai kebenaran?, dan apakah sesuatu itu dapat dikatakan benar, jika sesuai logika dan fakta?. Mari kita sama-sama kupas.
Pertama, kebenaran memiliki definisi sebagai hubungan keterkonekan antara suatu pengetahuan dengan objeknya. Contohnya kita katakan api itu panas dan membakar, yang di mana saat itu kita sedang tidak sengaja menyentuhnya yang membuat tangan kita terbakar. Inilah yang berarti kebenaran itu sesuai dengan objeknya.
Dan yang dimana hal itu berarti bahwa pengetahuan kita terhadap api, serta objeknya adalah panas dan membakar. Kemudian kebenaran inilah yang dinamakan sebagai kebenaran objektif.
Kedua, apa yang disebut dengan kebenaran? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita akan kembali ke jenis-jenis kebenaran. Terdapat 3 jenis kebenaran yang menjadi unsur mendasar untuk sesuatu dapat dikatakan sebagai kebenaran. Antara lain sebagai berikut.
Jenis kebenaran epistimologis, yaitu kebenaran dari pengetahuan yang logis sesuai dengan keadaan objek.
Jenis kebenaran ontologis, yaitu kebenaran yang berdasarkan dengan sifat dasar ataupun hakikat dari sesuatu, seperti manusia yang benar adalah manusia yang sesuai dengan kodratnya.
Baca Juga: Hoaks Politik Pemecah Belah Bangsa
Jenis kebenaran semantik, yaitu kebenaran yang menjelaskan bahwa bahasa adalah ungkapan dari sebuah pernyataan kebenaran. Misalnya, filsafat yang berasal dari bahasa Yunani philosophia yang berarti cinta akan kebijaksanaan.
Yang ketiga, apakah sesuatu itu dapat di katakan benar, jika sudah sesuai menurut logika dan fakta?. Sebagaimana yang telah di bahas pada pembahasan pertama di atas, logika dapat di artikan sebagai kemampuan berpikir secara masuk akal yang sebanding dengan hati nurani manusia.
Logika ini, biasanya digunakan untuk membedakan atau untuk berpikir apakah sesuatu itu baik atau buruk.
Adapun fakta, yaitu segala sesuatu yang dapat di tangkap atau dilihat oleh indera manusia, yang sesuai dengan keadaan yang real dan memiliki kesesuaian dengan kebenaran.
Di antara kedua ini, terkadang saling bertentangan seperti kutub utara dan selatan magnet. Dan terkadang saling berhubungan atau keterkaitan satu sama lain. Dari karena itu, dapat kita simpulkan kebenaran itu akan bersesuaian jikalau sudah ada logika dan fakta yang menjadi bukti.
Selanjutnya, di dalam filsafat ada aturan cara mencari tahu sesuatu itu dapat dinyatakan sebagai kebenaran atau tidak, yaitu menurut ilmiah, agama, dan filsafat. Adapun penjelasan singkatnya sebagai berikut.
Kebenaran ilmiah, yaitu dapat dicari dan ditemukan dengan data-data yang logis dan empiris. Hal ini biasanya dilakukan dengan sebuah penelitian mencari data empiris mengenai suatu data yang diteliti.
Kebenaran agama, yaitu kebenaran yang dapat menggunakan penelitian dan aqliah atau pikiran dalam-dalam yang menunjang proses imaniah untuk mencapai kebenaran. Contohnya, peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, yang dimana peristiwa itu hanya dapat dicerna oleh imaniah semata.
Baca Juga: Tak Ada Hoax, Bukan Indonesia
Dan yang terakhir kebenaran filsafat, yaitu kebenaran yang dapat dilakukan dengan cara berpikir radikal.
Nah, kita sudah mengetahui tentang apa itu kebenaran dan filsafat. Selanjutnya kita akan membahas tentang topik utama kita yaitu hoax. Yang dimana di zaman seperti sekarang ini, kecanggihan teknologi sangat berkembang pesat, yang membuat manusia menerima informasi dengan sangat cepat.
Oleh karena itulah, banyak oknum yang menyebarkan berbagai informasi yang berfaedah dan tidak berfaedah. Tidak jarang juga, mereka membuat informasi yang berlebihan untuk hanya sekedar menaikkan ketenaran.
Selanjutnya apakah hoax itu?, hoax merupakan informasi yang disebarkan oleh oknum tertentu untuk mengelabui atau menipu golongan lain.
Tetapi, pada hakikatnya hoax tidak sepenuhnya mengandung informasi yang keliru atau salah. Karena terkadang informasi yang disampaikan memang benar adanya, hanya saja akan disebut hoax apabila di dalamnya ada kegiatan rekayasa atau menambah, dan mengurangi fakta dari informasi yang ada sebelumnya.
Nah, dari apa yang telah disebutkan di atas dapat kita simpulkan bahwa ketika kita menjadi orang-orang yang berfilsafat maka, kita akan menjadi orang-orang yang tidak cepat menerima informasi dengan mentah-mentah atau dalam arti, kita tidak akan cepat percaya dengan sebuah informasi jikalau belum jelas kebenarannya.
Karena itulah, mari kita sama-sama membangun masyarakat yang memiliki jiwa-jiwa filsafat, sehingga nantinya kita tidak mudah tertipu oleh berita yang belum jelas atau hoax.
Akhyar Khalid
Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama
Editor: Diana Pratiwi