Mengenal Berbagai Jenis Gulma sebagai Agen Fitoremediasi Tanah Tercemar

pertanian organik
Foto: Pixabay.com

Fitoremediasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan zat polutan yang terdapat di tanah, perairan, maupun udara. Fitoremediasi berasal dari bahasa Yunani, phyton dan remediare. Phyton memiliki arti tumbuhan, sedangkan remediare memiliki arti memperbaiki sesuatu.

Penggunaan tumbuhan sebagai agen fitoremediasi ini juga beragam, tergantung pada jenis polutan yang akan dihilangkan dan kondisi lingkungan yang akan diremediasi. Sifat dari tanaman ini biasa dikenal dengan hiperakumulator.

Hiperakumulator merupakan kemampuan akar tanaman dalam menyerap logam dan mengakumulasikannya pada bagian tanaman lainnya.

Bacaan Lainnya
DONASI

Tanaman yang dapat digunakan sebagai agen fitoremediasi merupakan jenis tanaman yang memiliki karateristik mampu menyerap air dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, mampu menyerap lebih dari satu polutan, tahan terhadap polutan yang akan diremediasi dan pertumbuhannya yang cepat.

Salah satu contoh tanaman yang dapat meremediasi tanah tercemar logam berat adalah akar wangi dan bayam.

Tanaman tersebut tentunya sangat familiar dalam kehidupan kita, akan tetapi gulma yang sering dianggap pengganggu juga dapat digunakan sebagai agen fitoremediasi tanah tercemar. Berikut merupakan beberapa gulma yang dapat digunakan sebagai agen fitoremediasi tanah tercemar.

Sumber: Pinterest.com

1. Tanaman Biduri (Caloptropis Gigantea)

Biduri merupakan tanaman perdu menahun (abadi). Tinggi pohon ini bisa mencapai 4 meter. Batang biduri berbentuk silindris dengan percabangan bertipe simpodial (cabang yang menyerupai batang), berwarna hijau keputihan dan dilapisi lilin.

Tanaman ini memiliki bunga yang indah berwarna ungu dan putih. Akan tetapi tanaman ini sering dianggap gulma oleh sebagian orang.

Menurut jurnal dari Hapsari dan Lestari (2017) yang berjudul “Fitoremediasi Logam Berat Kadmium (Cd) pada Tanah yang Tercemar dengan Tanaman Biduri (Caloptropis gegantea) dan Rumput Gajah (Panicum maximum)”, kemampuan tanaman biduri dalam meremediasi kandungan kadmium dalam tanah adalah sebesar 1,26 ppm pada bagian akar dan 1,01 ppm pada bagian atas tanaman.

Penelitian ini dilakukan pada tanah bertekstur lempung berpasir dengan kandungan unsur makro yang cenderung lebih rendah.

2. Tanaman Pimpernel Palsu Malaysia (Lindernia Crustacea)

Lindernia crustacea merupakan spesies tanaman berbunga yang lebih dikenal sebagai gulma. Tanaman ini dalah anggota famili Linderniaceae. Bunga tanaman ini berukuran sekitar 1 cm dengan serbuk sari berbentuk bulat dengan diameter 23,5 mikron.

Menurut jurnal dari Bonauli, dkk (2014) dengan judul “Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri Menggunakan Lindernia crustacea, Digitaria radicosaa, dan Cyperus rotundus serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung”, dapat diketahui bahwa tanaman ini dapat menyerap kandungan Hg sebesar 0.05mg.

Akan tetapi jika kandungan Hg semakin meningkat, maka daya serapnya akan semakin menurun. Oleh karena itu, penambahan bahan organik pada tanah tercemar dapat meningkatkan daya serap tanaman ini.

3. Tanaman Alfalfa (Medicago Sativa)

Tanaman ini merupakan kelompok tanaman legum (kacang-kacangan) yang memiliki bintil akar yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen sehingga mampu memfiksasi nitrogen bebas.

Alfalfa dapat tumbuh hingga 1 meter dan akarnya dapat memanjang hingga 15 meter. Alfalfa biasanya ditemukan tumbuh di padang rumput yang merupakan tanaman liar.

Alfalfa mampu menurunkan kandungan timbal (Pb) dari dalam tanah sebanyak >50%. Tanaman ini berpotensi sebagai tanaman akumulator timbal (Pb) dengan mekanisme fitoekstraksi.

Tanaman alfalfa menyerap logam dan kemudian mentranslokasikannya ke dalam jaringan tanaman. Dalam menyerap timbal (Pb),  alfalfa memiliki nilai faktor transfer >1, sehingga alfalfa digolongkan sebagai metal accumulator species.

Metal accumulator species merupakan jenis tanaman yang mampu menyerap dan mengakumulasi logam pada bagian batang dan daun dalam konsentrasi tinggi tanpa menunjukkan kerusakan struktur dan fungsi tanaman (Tonapa et al 2015).

4. Tanaman Rumput Belulang (Eleusine Indica)

Rumput belulang merupakan salah satu gulma yang dapat ditemukan pada ketinggian 2000 mdpl. Akan tetapi, tanaman ini juga dapat ditemukan pada daerah dataran rendan dan sedang.

Tanaman ini memiliki daun yang kecil memanjang dan dapat tumbuh hingga 60-80 cm. Memiliki akar serabut yang lebat sehingga sangat sulit untuk dicabut. Bunga dari rumput belulang berbentuk malai (butiran seperti gandum) yang tampak bergerigi.

Menurut Hamzah et al., (2016), rumput belulang dapat mengakumulasikan logam berat Cd pada akar sebesar 0,6 dan pada tajuknya sebesar 0,3 mg/kg.

Diketahui bahwa nilai faktor translokasi dan faktor biokonsentrasi dari tanaman ini sebesar 0,6 dan 0,4. Akan tetapi, referensi penggunaan tanaman ini sebagai agen fitoremediasi masih terlalu sedikit.

Literasi mengenai penggunaan gulma sebagai agen fitoremediasi masih sangat sedikit. Padahal jika dilihat, gulma tidak memerlukan perawatan khusus dan dapat tumbuh liar. Hal inj tentunya dapat menghemat biaya perawatannya.

Untuk tanaman yang digunakan sebagai agen fitoremediasi ini, akan diolah lebih lanjut agar bahan pencemar yang telah diakumulasikan pada bagian tubuh tanaman tidak kembali ke tanah.

Biasanya pengolahan lanjutan yang dilakukan adalah pengolahan secara termal (pembakaran). Ini dilakukan untuk memastikan bahwa logam berat yang terkandung pada tanaman tidak akan mencemari lingkungan maupun dimakan oleh hewan.

Elisabeth Kartini
Mahasiswa Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sumatera

Baca juga:
Mencegah Pencemaran Tanah Akibat Aktivitas Rumah Tangga

Bagaimana Dampak Pencemaran Tanah bagi Kesehatan, Ekonomi, Ekosistem di Lingkungan

Pencemaran Tanah: Penanganan dan Bahayanya

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI