Mengenal Jawi dan Pegon, Huruf Arab untuk Menulis Bahasa Melayu dan Jawa

Bahasa Melayu dan Jawa
Surat dari William Farquhar kepada Sultan Brunei, Muhammad Kanzul Alam (Sumber: British Library).

Indonesia merupakan negara yang kaya akan khazanah kebudayaan dan keberagaman. Salah satunya adalah sistem tulisan atau ortografi. Terdapat puluhan ortografi yang digunakan oleh berbagai bahasa daerah di Indonesia. Sebagian di antaranya mengadopsi aksara dari luar sebagai sistem tulisannya, salah duanya adalah Jawi dan Pegon.

Jawi merupakan huruf Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Melayu. Dalam penggunaannya, terdapat sejumlah modifikasi berupa penambahan huruf untuk menyesuaikannya dengan fonem yang ada dalam bahasa Melayu. Penggunaan Jawi yang paling awal dapat ditemukan pada Prasasti Terengganu di Semenanjung Melayu pada abad ke-14.

Hingga saat ini, Jawi masih menjadi bagian penting dari kebudayaan Melayu di Malaysia, Brunei, dan Sumatera. Di Brunei, huruf Jawi memiliki status resmi sebagai sistem penulisan di samping huruf Latin. Di Malaysia, tujuh negara bagian menggunakan huruf Jawi untuk urusan keagamaan dan kebudayaan.

Bacaan Lainnya

Di Indonesia sendiri, huruf Jawi diajarkan di sejumlah provinsi di Sumatera sebagai bagian dari mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah. Di Riau dan Kepulauan Riau, huruf Jawi digunakan secara luas pada rambu lalu lintas dan berbagai bangunan instansi pemerintahan.

Selain bahasa Melayu, bahasa Sunda, Jawa, dan Madura juga memiliki sistem kepenulisan serupa yang dinamakan Pegon. Nama Pegon diambil dari kata pégo yang memiliki arti “menyimpang”. Sebab, penggunaan huruf Arab untuk menuliskan bahasa Jawa dianggap tidak lazim pada masa itu.

Pegon biasa digunakan di pondok pesantren di Jawa untuk menulis catatan kaki berupa terjemahan bahasa Jawa di bawah teks berbahasa Arab dalam kitab-kitab keagamaan.

Terdapat perbedaan di antara huruf Jawi dan Pegon. Salah satunya adalah huruf Pegon umumnya ditulis menggunakan lebih banyak tanda vokal atau huruf yang digunakan untuk merepresentasikannya dibandingkan dengan Jawi.

Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya huruf vokal yang terdapat dalam bahasa Jawa ketimbang Melayu. Untuk menghindari kebingungan, diterapkanlah sistem sebagaimana yang dijelaskan di atas.

Penulis: Juan Cerwyn Casimira
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.