Mengulik Lebih Dalam Perjalanan Panjang Buku dan Majalah di Dunia dan Indonesia

Buku dan Majalah
Ilustrasi: istockphoto

Membaca memanglah hobi yang mengasyikkan. Selain bisa menambah wawasan baru, ternyata membaca juga membuat pikiran kita menjadi lebih fresh lho! Tidak heran banyak orang yang suka baca sampai lupa waktu, apalagi kalo lagi fokus baca buku.

Nah, gimana sih awalnya buku-buku ini bisa sampai ke kita? Yang akhirnya bisa kita nikmatin sekarang? Penasaran? Yuk, kita bahas bareng di sini!

Awal Mula Buku dan Majalah

Buku dan majalah diawali dengan terciptanya alfabet yang diperkirakan berasal dari Timur Tengah pada tahun 1900-1800 SM, kemudian sistem alfabet terus dikembangkan oleh Bangsa Fenisia, Yunani, dan Romawi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Pada tahun 1051, mesin press logam ditemukan, dan Korea menyempurnakan proses cetak dengan mesin press logam pada tahun 1234.

Kemudian pada tahun 1455, Johannes Gutenberg dari Jerman menemukan jenis mesin press yang bisa dipindahkan, sehingga yang sebelumnya buku hanya tersedia terbatas karena harus disalin dahulu dengan tangan, sekarang bisa dengan mudah memproduksi massal berkat adanya penemuan Gutenberg ini.

Di Eropa, pertumbuhan literasi menjadi kunci perkembangan media cetak setelah tahun 1100, dengan perubahan bahasa Latin menjadi bahasa sehari-hari pada tahun 1200-an.

Setelah itu, pada tahun 1300-1400, kemampuan baca dan tulis meningkat di kalangan elit politik dan kelas komersial, semuanya kemudian diubah menjadi versi tertulis dengan menggunakan bahasa sehari-hari.

Munculnya Majalah Modern

Setelah tahun 1920-an, majalah bersaing dengan radio dan film untuk menarik perhatian masyarakat. Banyak majalah kualitas seperti “Harper’s Monthly” dan “Atlantic Monthly” menghadapi kesulitan, sementara majalah-majalah baru berusaha menarik massa dengan harga yang lebih murah.

Majalah “Saturday Evening Post”, dulunya sempat populer, lalu setelah kehilangan daya tariknya karena munculnya televisi, majalah itu pun bangkrut pada tahun 1969. Majalah “Ladies’ Home Journal” tetap berdiri dengan pembacanya yang setia, sementara majalah seperti “Life” ditutup karena persaingan dengan media massa baru.

Saat ini, perkembangan majalah lebih spesifik, mencakup berbagai minat dan pekerjaan. Meskipun majalah daring lebih populer, namun banyak yang gagal dalam persaingan.

Rumah Penerbitan Majalah

Sejak awal abad ke-19, banyak rumah penerbit seperti Harper & Row sudah mulai beroperasi. Lalu, perkembangan penerbitan terus meningkat karena biaya mencetak buku semakin murah. Pada saat itu, banyak majalah dan buku populer muncul, seperti buku cerita detektif, fiksi ilmiah, dan cerita koboi.

Perang Dunia 2 lalu membuat buku kertas semakin populer, memberikan keuntungan bagi rumah penerbit seperti Pocket Books dan Penguin Books.

Sejak saat itu, teknologi mengubah industri penerbitan dengan munculnya buku elektronik, perubahan dalam cara penerbitan, serta peran besar dari perusahaan seperti Amazon, Google, dan  Apple. Walaupun masih banyak hal yang tidak pasti, teknologi baru membuka peluang baru, seperti aplikasi buku dan majalah untuk ponsel.

Perubahan Menuju E-Book

Pada tahun 1846, ditemukan yang namanya mesin cetak rotary, yaitu mesin cetak yang menggunakan silinder berputar untuk mencetak pada gulungan kertas yang terus bergerak. Kemudian disusul oleh kemunculan mesin linotype untuk mempercepat cetakan dengan mencetak baris huruf dari timah meleleh.

Ilustrasi cetak di majalah semakin penting setelah Perang Saudara Amerika, dan setelah Perang Dunia II. Pada era komputer, tata letak otomatis diperkenalkan pada 1970-an, dan kemajuan teknologi mengubah proses cetak, memungkinkan pembuatan publikasi yang lebih mudah oleh siapa pun.

Lalu pada tahun 1971 e-book pertama kali ditemukan oleh Michael S. Hart melalui proyeknya yang bernama “Proyek Gutenberg”. Proyek itu dimulai dengan digitalisasi “Deklarasi Kemerdekaan” Amerika Serikat dan bertujuan untuk menyediakan akses terbuka ke literatur klasik secara digital.

Pengembangan e-book menerima dorongan dari perkembangan teknologi, termasuk peningkatan daya simpan dan perangkat lunak. Berkembangnya e-book dan toko buku online seperti Amazon mempengaruhi cara orang mendapatkan dan membaca buku.

Perpustakaan juga ikut bertransformasi dengan komputerisasi katalog dan akses internet, yang memudahkan peminjam dan peneliti jika akan memesan atau mengambil buku.

Meskipun demikian, buku cetak masih mempertahankan daya tariknya dengan keekonomisannya, sementara e-book dan e-reader muncul sebagai opsi tambahan. Inovasi ini tidak hanya memengaruhi penerbitan, tetapi juga perpustakaan dan cara orang mengakses informasi.

Perkembangan Majalah di Indonesia

Di Indonesia sendiri ternyata sudah banyak majalah yang diterbitkan sebelum Indonesia merdeka, seperti “Soewara Moehammadijah,” yang terbit dalam bahasa dan aksara Jawa sejak tahun 1915 dan ternyata masih diterbitkan oleh Muhammadiyah hingga saat ini.

Lalu majalah-majalah lainnya seperti “Adil” dan “Daulat Ra’jat” juga diterbitkan pada masa itu. Umumnya, majalah-majalah tersebut memiliki konten khusus, seperti politik atau agama Islam.

Sebagai contoh, “Daulat Ra’jat,” yang fokus pada konten politik, termasuk edisi terkenalnya pada 31 September 1931 yang berisi tulisan-tulisan Moh. Hatta dan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya.

Pada awal kemerdekaan, muncul lah majalah “Revue Indonesia” oleh Soemanang S.H, yang bertujuan menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, membangkitkan semangat perlawanan rakyat, dan menegaskan persatuan nasional untuk kemerdekaan dan kedaulatan rakyat.

Lalu di tahun yang sama, muncul majalah “Pantja Raja” yang dipimpin oleh Markoem Djojohadisoeparto dan Ki Hajar Dewantara, majalah ini terbit di Jakarta dengan frekuensi satu bulan sekali.

Di Ternate, majalah mingguan “Menara Merdeka” memberikan berita dari Radio Republik Indonesia, yang diterbitkan oleh Arnold Mononutu dan Dr. Hassan Missouri pada Oktober 1945.

Pada era 1970-an, muncul majalah berpengaruh seperti “Mingguan Indonesia” dan “Majalah Tempo” yang berperan penting dalam menyampaikan berita dan mengkritik pemerintah. “Tempo” khususnya terkenal sebagai majalah berita mingguan yang berani dan independen.

Meskipun menghadapi kesulitan selama Orde Baru, majalah-majalah ini memberikan kontribusi besar pada perkembangan media cetak di Indonesia.

Pasca-Reformasi pada tahun 1998, terjadi ledakan media baru dengan munculnya majalah-majalah modern yang mencakup berbagai topik, dari mode hingga gaya hidup, yang terus bermunculan di Indonesia.

Jadi, itulah cerita singkat tentang bagaimana buku dan majalah bisa berkembang di dunia dan di Indonesia. Meskipun zaman sekarang sudah digital, namun buku dan majalah masih terus ada dan punya cerita yang tidak bisa dihitung. Semoga dengan menghargai perjalanan keduanya, kita bisa tetap terhubung dengan literasi dari masa dulu hingga sekarang.

Penulis: Davin Rafico Herera dan Diva Eka Rosyana
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI