Pentingnya Work-Life Balance dalam Dunia Kerja Modern
Work-life balance atau keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi isu yang semakin mendapat perhatian di dunia kerja modern.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pekerja di Indonesia menghabiskan rata-rata 48 jam per minggu untuk bekerja, yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar internasional.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan kelelahan, stres, dan bahkan penurunan produktivitas apabila tidak diimbangi dengan waktu untuk kehidupan pribadi.
Dampak Ketidakseimbangan Work-Life Balance pada Produktivitas
Ketidakseimbangan work-life balance dapat berdampak negatif tidak hanya pada karyawan, tetapi juga pada organisasi secara keseluruhan.
Kementerian Ketenagakerjaan RI mencatat bahwa karyawan yang merasa tidak memiliki waktu untuk keluarga atau hobi cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, sehingga produktivitas dan keterlibatan mereka terhadap pekerjaan menurun.
Hal ini juga dapat memicu turnover karyawan, yang pada akhirnya membebani perusahaan dengan biaya rekrutmen dan pelatihan karyawan baru.
Baca Juga:Â Mengatasi Burnout di Tempat Kerja: Strategi Manajemen Stres dan Peningkatan Keseimbangan Hidup
Inisiatif SDM untuk Meningkatkan Work-Life Balance
Untuk menjawab tantangan ini, banyak perusahaan mulai mengadopsi berbagai inisiatif sumber daya manusia (SDM) guna menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi karyawan.
Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat diambil:
Fleksibilitas Jam Kerja
Salah satu solusi yang populer adalah penerapan fleksibilitas jam kerja. Karyawan diberikan kebebasan untuk menentukan waktu kerja mereka, selama tetap memenuhi target dan tanggung jawab pekerjaan.
Studi dalam jurnal ilmiah manajemen SDM (Putri et al., 2021) menunjukkan bahwa fleksibilitas waktu kerja meningkatkan kepuasan karyawan sebesar 20% dan produktivitas hingga 15%.
Kebijakan Work from Home (WFH)
Pandemi COVID-19 telah mendorong banyak perusahaan untuk menerapkan kebijakan kerja dari rumah.
Meski situasi pandemi telah mereda, kebijakan ini masih relevan untuk meningkatkan keseimbangan kerja-hidup, terutama bagi karyawan yang tinggal jauh dari kantor.
Menurut laporan Kementerian Ketenagakerjaan RI, 65% pekerja merasa lebih produktif saat bekerja dari rumah karena mereka dapat mengatur waktu dengan lebih baik.
Baca Juga:Â Hustle Culture: Budaya Kerja Keras yang Merugikan
Program Kesejahteraan Karyawan
Perusahaan dapat menyediakan program kesejahteraan, seperti konseling mental, pelatihan manajemen waktu, hingga kegiatan rekreasi bagi karyawan.
Berdasarkan data BPS (Prakoso, 2023), perusahaan yang menyediakan program kesejahteraan karyawan memiliki tingkat kepuasan kerja 25% lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak.
Penggunaan Teknologi untuk Mendukung Work-Life Balance
Adopsi teknologi juga dapat membantu menciptakan work-life balance. Contohnya adalah penggunaan perangkat lunak untuk manajemen tugas dan waktu yang memungkinkan karyawan bekerja lebih efisien.
Teknologi juga dapat mengurangi beban kerja dengan mengotomatisasi tugas-tugas administratif.
Keuntungan Bagi Perusahaan dan Karyawan
Meningkatkan work-life balance bukan hanya menguntungkan karyawan, tetapi juga membawa dampak positif bagi perusahaan.
Studi dari jurnal ilmiah manajemen SDM menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki work-life balance yang baik lebih termotivasi, loyal, dan kreatif dalam pekerjaan mereka (Aruldoss et al., 2022).
Selain itu, mereka juga cenderung lebih sehat, sehingga mengurangi biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh perusahaan.
Baca Juga:Â Menentukan Jumlah Kebutuhan Pegawai dengan Metode Workload Analysis
Kesimpulan
Work-life balance bukan lagi sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak di era modern ini. Dengan inisiatif yang tepat, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan.
Langkah-langkah seperti fleksibilitas jam kerja, kebijakan WFH, program kesejahteraan, dan adopsi teknologi harus dipertimbangkan oleh perusahaan yang ingin menjaga kesejahteraan karyawannya sekaligus meningkatkan produktivitas organisasi.
Melalui kolaborasi antara perusahaan dan pemerintah, seperti yang disarankan oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI, Indonesia dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih kompeten dan seimbang, sehingga mampu bersaing di tingkat global.
Penulis:
1. Puspo Nugroho, S.H.
2. Runi Ayu Kusuma Ningrum, S.Psi.
Mahasiswa Pascasarjana Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News