Metode Tafsir Kontemporer Fazlur Rahman

Metode Tafsir Kontemporer Fazlur

Fazlur Rahman dikenal sebagai salah seorang tokoh intelektual Islam modern yang ternama Ia merupakan seorang pemikir modernis-kontemporer Islam asal Pakistan yang sangat kritis terhadap ortodoksi Islam tradisional. Fazlur Rahman ini sangat menguasai teks-teks Arab, jika beliau disodorkan satu teks dan beliau baca satu dua paragraf maka bisa dipastikan beliau akan langsung mengetahui teks tersebut di kitab apa, di buku apa dan pengarangnya siapa.

Salah satu pandangan beliau untuk memahami al-Qur’an ialah menggunakan teori gerak ganda atau Double Movement, Gerakan pertama adalah Kembali ke konteks keadaan dimana al-Qur’an itu turun. Gerak kedua adalah melihat situasi atau konteks saat ini kelak akan temukan jalan tengah (win-won-solution), misal ayat an-Nisa ayat 59, yang artinya “Taatlah kepada Tuhan, Nabi, dan pemimpin di antara kalian”, maksudnya ialah, taat pada pemimpin kalau belum ada bikin dahulu wadahnya, rumahnya, jadi ayat ini bisa bermakna kewajiban bernegara.

Baca Juga: Metode Penafsiran dengan Pendekatan Ma‘Na-Cum-Maghza

Bacaan Lainnya
DONASI

Fazlur Rahman menyatakan bahwa untuk memahami dan menafsirkan al-Qur’an dibutuhkan kajian terhadap sisi historis, dengan menyajikan problem kekinian ke konteks turunnya al-Qur’an, hal tersebut sebagaimana pernyataan: “proses memahami al-Qur’an yang dimaksud di sini terdiri dari Gerakan ganda (Double Movement). Dari situasi saat ini menuju pada masa al-Qur’an, kemudian Kembali pada masa saat ini.

Lahirnya metode ini dapat terlihat jelas dipengaruhi pandangan Fazlur Rahman tentang penyatuan tradisi dengan pembaharuan, hal ini juga menunjukkan pengaruh objektivisme E. Betti. Pada tahap awal, interpretasi al-Qur’an diiringi dengan memahami konteks mikro dan makro, konteks mikro adalah sebab turun yang memiliki ketersinggungan dengan turunnya suatu ayat. Sedangkan konteks makro adalah kondisi sosial, budaya di sekitar Arab meliputi situasi budaya, pola interaksi, geografis, politik, dan konteks lainnya yang mengitari turunnya al-Qur’an.

Metode Fazlur Rahman ini tampak terpengaruh oleh Syah Waliyullah ad-Dahlawi dalam karyanya (Faws Al-Kabir Fii Ushul At-Tafsir), dalam karya ini, Syah Waliyullah menyebutkan bahwa dalam penafsiran al-Qur’an terdapat sebab turun khusus dan sebab turun umum.

Baca Juga: Al-Quran sebagai Sumber Obat (Syifa) bagi Makhluk Ciptaan-Nya

 Amin Abdullah juga tidak kalah dengan membuat istilah (Asbabun An-Nuzul Jaded dengan Asbab An-Nuzul Qadim), term-term tersebut pada dasarnya sama dalam menyebutkan urgensi suatu konteks sosial budaya yang dulu banyak di lupakan pada gerak kedua, yakni tahap menarik nilai ideal moral pada masa kekinian nilai ideal moral dirumuskan kemudian dicari nilai relevansinya di masa sekarang, apakah dapat memberikan kontribusi terhadap masalah.

Setelah melakukan relevansi, tahap berikutnya yang dilakukan dalam melakukan kontekstualisasi saat ini adalah mencari kemungkinan bahwa nilai ideal moral dapat dibumikan pada masyarakat. Dalam kontekstualisasi tahapan yang sulit adalah penyesuaian budaya. Dimana nilai ideal terkadang sulit diterima karena berbenturan dengan budaya tertentu.

Inti kesimpulan teori gerak ganda Fazlur Rahman ini ialah Pada tahap awal, diperlukan kejelian dalam mengungkap peristiwa masa Rasulullah Saw. Kemudian mencari bagaimana peristiwa itu di respon oleh al-Qur’an. Pada tahap kedua setelah respon al-Qur’an ditemukan, kemudian respon tersebut dicari nilai moralnya dan ditarik Kembali pada konteks kekinian untuk ditumbuhkan pada masa kini.

Lusiatus Sa’adah
Mahasiswa Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI