Optimalisasi Pengolahan Hasil Bumi dan Pembuatan Silase dari Limbah Pertanian

Pengolahan Hasil Bumi dan Pembuatan Silase dari Limbah Pertanian
Kegiatan Mahasiswa KKN UMBY (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Kelompok KKN 48 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) melakukan kegiatan penyuluhan optimasilasi pengolahan hasil bumi dan pembuatan silase dari limbah pertanian.

Kegiatan ini melibatkan warga Padukuhan Jragum, Kalurahan Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Senin (5/08/2024). Kelompok 48 yang beranggotakan 12 orang terdiri dari gabungan beberapa program studi yang ada di Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Ketua kelompok 48 KKN UMBY, Benigna Lestari Da Conceicao Cardoso yang beranggotakan Anggita Pitaloka Indraswari, Nabila Rizky Ramadhani, Desi Riana Fitrianti, Sri Wahyuni, Ayu Sejati, Syaika Auralia Mandagie, Cindy Fadillah, Mohammad Rifaldi Yotomaruangi, Hafid Ilham Pratama, Galih Rizki Trinanda, Elang Surya Saputra.

Bacaan Lainnya

Program kerja yang kami berikan berupa penyuluhan kepada warga Dukuh Jragum ialah optimalisasi pengolahan hasil bumi dan pembuatan silase dari limbah pertanian. Dengan adanya kegiatan ini sebagai bagian dari upaya kami untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh masyarakat setempat.

Dikarenakan permasalahan di dusun Jragum yaitu potensi pertanian yang melimpah namun kurangnya inovasi produksi hasil bumi guna menambah nilai produk. Namun, selain hasil bumi yang melimpah, wilayah ini juga menghasilkan jumlah limbah pertanian yang signifikan.

Salah satu solusi inovatif untuk mengoptimalkan pengolahan hasil bumi sekaligus mengurangi limbah adalah melalui pembuatan silase dari limbah pertanian. Silase, pakan ternak yang dihasilkan dari fermentasi anaerobik bahan hijauan dan limbah pertanian, mampu memperpanjang umur simpan pakan dan meningkatkan nilai gizi, serta efisiensi biaya pakan ternak.

Dua program kerja yang digabung menjadi satu ini  bertujuan agar warga dusun jragum mampu mengelola hasil bumi untuk meningkatkan kualitas, nilai tambah, dan daya tahan produk hasil bumi yang dapat dilakukan secara tradisonal maupun modern sehingga bisa menambah penghasilan bagi warga dusun jragum, kemudian silase dari limbah pertanian (hasil bumi) yang diolah dan diawetkan juga bermanfaat untuk persedian makanan ternak pada musim kemarau dengan masa simpan yang bertahan hingga 1 tahun, hal ini dapat berdampak positif pada keberlanjutan peternakan di Dukuh Jragum.

Dengan kemampuan mengelola hasil bumi dan limbah pertanian, warga dusun tidak hanya memperoleh tambahan penghasilan dari produk bernilai tambah tetapi juga memastikan ketersediaan pakan ternak yang berkualitas sepanjang tahun. Selain itu, metode ini membantu mengurangi limbah pertanian yang mencemari lingkungan, sehingga menciptakan ekosistem yang lebih bersih dan sehat.

Dengan demikian, kedua program kerja ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga Dukuh Jragum tetapi juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan dan ketahanan pangan di wilayah tersebut,” ujar anggota kelompok 48.

Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga Dukuh Jragum akan pentingnya pengelolaan hasil bumi dan limbah pertanian secara efektif. Melalui penyuluhan ini, warga diharapkan dapat lebih memahami dan mengaplikasikan teknik-teknik yang telah dipelajari untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam pertanian dan peternakan.

Kesadaran ini juga akan mendorong partisipasi aktif warga dalam menjaga dan mengelola lingkungan sekitar, sehingga manfaat dari program ini dapat dirasakan secara berkelanjutan. Dengan demikian, penyuluhan ini tidak hanya berperan sebagai sarana edukasi tetapi juga sebagai langkah awal menuju transformasi ekonomi dan ekologi yang lebih baik bagi Dusun Jragum.

Dukuh dari Padukuhan Jragum, Suhartini mengapresiasi program kerja ini dikarenakan program ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru kepada warga tentang pengelolaan hasil bumi dan limbah pertanian, tetapi juga menawarkan solusi konkret untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Ia berharap program ini dapat diimplementasikan secara berkelanjutan dan berdampak positif bagi seluruh warga, sehingga Padukuhan Jragum dapat menjadi contoh daerah yang berhasil mengoptimalkan sumber daya alamnya secara efisien dan ramah lingkungan.

Pentingnya Pengelolaan Hasil Bumi dan Limbah Pertanian

Pengelolaan hasil bumi dan limbah pertanian yang efektif sangat penting untuk mendukung keberlanjutan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Di banyak daerah, termasuk Dusun Jragum, pertanian adalah sumber penghasilan utama bagi warga. Namun, tanpa pengelolaan yang baik, potensi hasil bumi yang melimpah tidak akan dapat dimanfaatkan secara optimal.

Limbah pertanian yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sumber masalah lingkungan, seperti pencemaran tanah dan air, serta menimbulkan bau yang tidak sedap.

Optimalisasi pengelolaan hasil bumi bertujuan untuk meningkatkan kualitas, nilai tambah, dan daya tahan produk pertanian. Teknik-teknik modern dan tradisional dapat digunakan untuk mengolah hasil bumi menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Misalnya, buah-buahan yang tidak laku di pasar dapat diolah menjadi selai atau jus, sementara sayuran dapat dikeringkan atau diolah menjadi produk lain yang tahan lama.

Dukuh Jragum memiliki potensi hasil bumi yang sangat menjanjikan, dengan produksi beberapa komoditas pertanian utama yang signifikan. Selama musim panen, Dukuh Jragum mampu memproduksi singkong dalam jumlah yang sangat besar, mencapai kurang lebih 300 ton setiap bulannya.

Selain itu, hasil panen jagung juga cukup melimpah, dengan total produksi mencapai sekitar 240 ton per bulan pada periode panen. Tak kalah penting, kacang tanah juga menjadi salah satu komoditas unggulan di daerah ini, dengan produksi yang diperkirakan mencapai sekitar 210 ton per bulan selama masa panen.

Potensi hasil bumi yang melimpah ini menunjukkan bahwa Dukuh Jragum memiliki sumber daya alam yang sangat berharga, yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan mendukung pengembangan sektor pertanian di wilayah tersebut.

Beberapa permasalahan yang dihadapi pada Optimalisasi pengolahan hasil bumi dan pembuatan silase dari limbah pertanian di Dusun Jragum menghadapi beberapa tantangan signifikan.

Pertama, kurangnya pengetahuan dan teknologi yang menjadi kendala utama. Keterbatasan akses informasi dan teknologi yang tidak terjangkau menghambat kemampuan petani untuk mengadopsi praktik-praktik pengolahan modern.

Kedua, rendahnya nilai tambah produk pertanian diakibatkan oleh minimnya proses pengolahan dan kurangnya inovasi produk, sehingga banyak potensi hasil bumi yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Ketiga, tantangan regulasi dan standar menjadi hambatan tambahan. Kurangnya penegasan dalam regulasi serta birokrasi yang rumit sering kali menghalangi upaya untuk meningkatkan kualitas dan standar produk pertanian.

Keempat, kerusakan pasca panen juga menjadi masalah serius. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam dan penyimpanan yang kurang memadai mengakibatkan kehilangan hasil panen yang cukup besar.

Kelima, keterbatasan infrastruktur menjadi penghambat lainnya. Fasilitas pengolahan yang terbatas dan kurangnya investasi dalam infrastruktur pertanian mengurangi efisiensi pengolahan hasil bumi.

Terakhir, persaingan pasar yang ketat dengan produk impor dan perubahan permintaan konsumen semakin menekan petani lokal untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk mereka.

Mengatasi tantangan-tantangan ini sangat memerlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan inklusif.

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam proses sertifikasi hasil bumi dan pembuatan silase dari limbah pertanian, beberapa solusi strategis dapat diterapkan.

Pertama, kompleksitas proses sertifikasi yang dapat disederhanakan dengan penyederhanaan prosedur sertifikasi dan memberikan pendampingan serta konsultasi kepada petani dan pelaku usaha. Hal ini akan membantu mempermudah akses mereka terhadap sertifikasi yang diperlukan.

Kedua, biaya sertifikasi yang tinggi dapat diatasi melalui subsidi dan bantuan dari pemerintah serta kerjasama dengan lembaga non-profit yang dapat memberikan dukungan finansial atau teknis.

Terakhir, untuk mengatasi kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang sertifikasi, perlu diadakan program edukasi dan sosialisasi yang menyeluruh, serta pelatihan rutin bagi petani dan pelaku usaha agar mereka memahami pentingnya sertifikasi dan cara mengikutinya dengan benar.

Implementasi solusi-solusi ini akan mendukung pengembangan hasil bumi dan silase secara lebih efektif, mendorong keberlanjutan usaha, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Untuk mengatasi berbagai tantangan dalam pengolahan hasil bumi dan pembuatan silase dari limbah pertanian, terdapat beberapa solusi strategis yang dapat diterapkan.

Pertama, kompleksitas proses sertifikasi dapat diatasi dengan penyederhanaan prosedur dan menyediakan pendampingan serta konsultasi kepada petani dan pelaku usaha. Hal ini akan mempermudah mereka dalam memperoleh sertifikasi yang diperlukan.

Kedua, untuk mengatasi biaya sertifikasi yang tinggi, diperlukan subsidi dan bantuan dari pemerintah serta kerjasama dengan lembaga non-profit yang dapat memberikan dukungan finansial atau teknis.

Ketiga, guna meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang sertifikasi, perlu dilakukan program edukasi dan sosialisasi secara menyeluruh serta pelatihan rutin untuk petani dan pelaku usaha.

Selanjutnya, keterbatasan infrastruktur dan sumber daya dapat diatasi melalui investasi dalam infrastruktur pertanian serta kerjasama dengan institusi pendidikan untuk memperbaiki fasilitas dan meningkatkan keterampilan teknis.

Terakhir, untuk meningkatkan penerimaan pasar dan nilai tambah produk, diperlukan kampanye kesadaran konsumen yang efektif serta menunjukkan secara jelas nilai tambah produk yang dihasilkan.

Dengan menerapkan solusi-solusi ini, diharapkan pengolahan hasil bumi dan pembuatan silase dapat dilakukan dengan lebih baik dan berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan ekonomi serta keberlanjutan lingkungan.

Baca juga: Silase Pakan Ternak: Solusi Cerdas untuk Peternak Desa Semugih

Silase (Fermentasi Pakan Ternak)

Silase merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan yang disimpan dalam kantong plastik yang kedap udara atau silo, drum, dan sudah terjadi proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Banyak manfaat yang terdapat pada silase pakan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi anaerobik dari bahan hijauan atau limbah pertanian, menawarkan berbagai manfaat signifikan baik untuk peternak maupun lingkungan.

Silase juga menawarkan berbagai manfaat penting dalam pengelolaan pakan ternak, terutama dalam menghadapi tantangan musiman dan pemanfaatan limbah pertanian. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari penggunaan silase:

  • Silase menyediakan persediaan makanan ternak yang andal selama musim kemarau, ketika pasokan hijauan segar sering kali terbatas.
  • Silase efektif dalam mengawetkan pakan ternak yang kaya karbohidrat, menjaga ketersediaan pakan berkualitas sepanjang tahun.
  • Selama musim hujan, silase juga berfungsi sebagai solusi untuk menampung kelebihan bahan hijauan yang melimpah dan memanfaatkannya secara optimal, mengurangi pemborosan dan kerugian.
  • Dengan mendayagunakan hasil ikutan dari limbah pertanian dan perkebunan, silase membantu mengurangi limbah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada.
  • Silase memiliki masa simpan yang dapat bertahan hingga satu tahun, memberikan fleksibilitas dan ketahanan dalam manajemen pakan ternak serta memastikan kontinuitas pasokan pakan yang bergizi untuk ternak.

Rumput Kolonjono, molases, EM4, dan dedak / katul merupakan bahan yang sering digunakan dalam pembuatan silase untuk pakan ternak. Masing-masing bahan ini memiliki peran dan manfaat khusus dalam proses fermentasi dan kualitas silase yang dihasilkan:

1. Rumput Kolonjono:

Rumput Kolonjono merupakan salah satu bahan utama dalam pembuatan silase karena kandungan seratnya yang tinggi dan nilai gizinya. Rumput ini memiliki kemampuan untuk memberikan struktur pada silase dan menyediakan nutrisi penting bagi ternak.

2. Molases:

Molases, produk sampingan dari proses pembuatan gula, digunakan sebagai sumber karbohidrat dalam pembuatan silase. Karbohidrat dari molases berfungsi sebagai sumber energi untuk mikroba selama proses fermentasi, membantu meningkatkan kualitas silase dan meningkatkan rasa silase yang dapat membuatnya lebih menarik bagi ternak. Selain itu, molases membantu mengurangi bau dan meningkatkan proses fermentasi.

3. EM4 (Effective Microorganisms 4):

EM4 adalah campuran mikroorganisme yang digunakan untuk mempercepat dan meningkatkan proses fermentasi dalam pembuatan silase. Mikroorganisme ini membantu menguraikan bahan organik dan menghasilkan lingkungan anaerobik yang ideal untuk fermentasi, meningkatkan nilai gizi dan stabilitas silase. Penggunaan EM4 dapat memperbaiki kualitas silase dan mengurangi risiko kerusakan akibat mikroba patogen.

4. Dedak (Katul):

Dedak atau katul adalah hasil sampingan dari proses penggilingan padi yang kaya akan nutrisi seperti protein dan serat. Dalam pembuatan silase, dedak berfungsi sebagai bahan pengikat dan sumber tambahan nutrisi yang meningkatkan nilai gizi silase. Dedak juga membantu meningkatkan tekstur silase dan menyerap kelembaban, mengurangi kemungkinan pembusukan.

Penggunaan bahan-bahan ini dalam pembuatan silase membantu menghasilkan pakan ternak yang bergizi, stabil, dan tahan lama. Kombinasi rumput Kolonjono, molases, EM4, dan dedak dapat meningkatkan efisiensi fermentasi, kualitas pakan, dan daya simpan silase, serta9 memberikan manfaat yang signifikan dalam pengelolaan pakan ternak.

Baca juga: Fermentasi Pakan Ternak: Alternatif Nutrisi Berkualitas untuk Peternak Dusun Pringapus, Gunung Kidul

Proses Pembuatan Silase

Proses pembuatan silase melibatkan beberapa langkah penting, mulai dari pengumpulan bahan baku hingga penyimpanan silase yang telah jadi. Berikut adalah tahapan umum dalam pembuatan silase:

  1. Bahan baku silase dapat berupa hijauan segar, seperti rumput atau jagung, serta limbah pertanian seperti jerami padi, daun singkong, dan batang jagung.
  2. Layukan daun di bawah sinar matahari untuk mengurangi HCN.
  3. Bahan baku yang telah dikumpulkan dicacah menjadi potongan-potongan kecil. Proses pencacahan ini penting untuk mempercepat fermentasi dan memudahkan penanganan silase. Pencacahan dapat dilakukan secara manual menggunakan alat pemotong tradisional atau menggunakan mesin pencacah modern.
  4. Tambahkan bahan seperti molase dan EM4
  5. Bahan baku yang telah dicacah dimasukkan ke dalam trashbag,tong atau tempat penyimpanan khusus.
  6. Bahan baku harus dipadatkan dengan baik untuk mengeluarkan udara. Pemadatan yang baik akan menciptakan kondisi anaerob yang diperlukan untuk fermentasi.
  7. Setelah bahan baku dipadatkan pada tempat penyimpanan khusus, harus ditutup rapat untuk mencegah masuknya udara. Penutupan dapat dilakukan menggunakan plastik atau bahan penutup lainnya yang kedap udara.
  8. Biarkan selama beberapa minggu hingga proses fermentasi selesai. Selama periode ini, bakteri asam laktat akan mengubah gula menjadi asam laktat, menurunkan pH, dan menghasilkan silase.
  1. Silase siap digunakan setelah proses fermentasi selesai, biasanya dalam waktu 4-6 minggu. Silase yang baik memiliki aroma asam yang khas, berwarna hijau kecokelatan, dan memiliki tekstur lembut.
  2. Silase dapat disimpan dalam waktu lama, hingga satu tahun, asalkan disimpan dalam kondisi kedap udara.

 

Penulis: Galih Riski Trinanda
Mahasiswa Peternakan, Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI