Gen Z tumbuh di era media sosial dan komunikasi digital yang serba cepat, bebas aturan, dan spontan.
Mereka terbiasa menggunakan kata-kata seperti “literally”, “like”, atau “totally” dalam percakapan sehari-hari.
Hal ini sering dianggap kurang profesional oleh generasi yang lebih tua yang terbiasa dengan etika kerja yang lebih formal dan kaku.
Ini menjadi cerminan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda, khususnya Gen Z, dalam menyesuaikan diri dengan budaya kerja yang telah lama dibentuk oleh generasi sebelumnya.
Keinginan untuk menjadi diri sendiri dan berkomunikasi secara natural sering kali berbenturan dengan aturan formal dalam komunikasi di lingkungan profesional.
Penting untuk dipahami bahwa dunia kerja bukan hanya soal pekerjaan, tetapi juga soal hubungan antar manusia.
Gen Z perlu belajar membaca situasi dan menyesuaikan cara bicara dengan konteks profesional.
Di sisi lain, perusahaan juga seharusnya mulai membuka diri terhadap perubahan gaya komunikasi yang lebih segar dan tidak kaku.
Banyak anak muda merasa bahwa menjadi profesional bukan berarti harus berpura-pura menjadi orang lain.
Mereka ingin tetap menjadi diri sendiri tapi tetap memberikan hasil kerja yang maksimal. Ini adalah hal yang positif, asalkan tetap tahu batasan.
Bukan seberapa formal seseorang bicara, tetapi bagaimana dia bisa bekerja dengan baik, menghormati rekan kerja, dan menjaga citra perusahaan.
Jika terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi, alangkah baiknya jika hal tersebut dibicarakan terlebih dahulu.
Baca Juga: Gen Z vs Korupsi: Membangun Benteng Integritas di Tengah Badai Skandal
Memberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang lebih bijaksana daripada langsung mengambil tindakan pemutusan kerja, hal itu bisa terasa tidak adil.
Apalagi banyak dari Gen Z masih di tahap awal karier dan sedang belajar menyesuaikan diri dengan dunia kerja.
Menjadi diri sendiri memang penting, dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan budaya kerja yang berlaku sebagai bentuk kedewasaan dan profesionalisme.
Tunjukkan bahwa generasi Z bukan hanya kreatif dan mudah menyesuaikan diri, tetapi juga mampu bersikap bijaksana dan menghargai perbedaan antargenerasi.
Dengan menjaga sikap, menyesuaikan gaya komunikasi, dan tetap menunjukkan kinerja yang baik, kita dapat membuktikan bahwa generasi muda mampu memberikan kontribusi positif di dunia kerja tanpa harus kehilangan jati diri.
Penulis:
1. Allicia
2. Alya Rohali
3. Ananda Zahra
4. Tri Rahayu
Mahasiswa Prodi Akuntansi SI, Universitas Pamulang
Referensi
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c1rvexex0x9o
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News