Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu untuk Mendeteksi Kandungan Formalun pada Makanan sebagai Metode Sederhana

Ubi Jalar Ungu
Ubi Jalar Ungu (Sumber: Media Sosial dari pixabay.com)

Tahu merupakan makanan hasil olahan dari kedelai yang kaya akan protein. Selain itu, tahu juga memiliki kadar air tinggi yang menyebabkan tahu tidak tahan lama dan cepat rusak akibat berkembangnya mikroorganisme pembusuk.

Maka dari itu, untuk mengurangi kerugian akibat pembusukan tahu, para pedagang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet tahu agar lebih tahan lama dan tidak mudah rusak. Formalin adalah larutan formaldehida berair 37% dan sering digunakan untuk mengawetkan spesimen biologis atau mengawetkan mayat.

Selain itu, biasanya formalin dimanfaatkan untuk keperluan industri dan sebagai desinfektan. Namun tidak jarang formalin digunakan sebagai bahan tambahan pada pangan seperti pada bakso, mie basah, dan tahun agar tahan lebih lama.

Bacaan Lainnya
DONASI

Makanan yang diberi tambahan formalin biasanya teksturnya lebih keras, warnanya lebih terang, tidak menimbulkan bau alami makanan, dan jarang dihinggapi lalat (Yulianti, 2021). Penggunaan formalin pada makanan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Formalin dapat menyebabkan keracunan berupa pusing, muntah atau iritasi pada saluran pencernaan dan pernafasan.

Ubi jalar ungu diketahui dapat digunakan sebagai indikator alami untuk mendeteksi BTP (Bahan Tambahan Pangan) formalin pada makanan. Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. Poir) merupakan salah satu jenis ubi jalar yang banyak dibudidayakan di Indonesia selain yang berwarna putih, kuning, dan merah.

Ubi jalar ungu mengandung senyawa-senyawa alami seperti antosianin yang memberikan warna ungu pada ubi tersebut. Jika senyawa ini berada pada suasana asam (mengandung formalin), maka akan berubah warna menjadi merah, sedangkan pada suasana basa akan berubah menjadi hijau. Sama halnya dengan ubi jalar ungu yang juga mempunyai senyawa antosianin yang cukup besar yaitu 61,85 mg/100 g (Dan et al., 2013).

Antosianin dapat digunakan sebagai pendeteksi adanya senyawa kimia seperti formalin dan boraks pada makanan (Hibiscus et al., 2012).

Baca juga: Kembali ke Akar: Peran Pangan Lokal dalam Penyediaan Pangan yang Aman, Halal, dan Berkelanjutan di Abad ke-21

Metode pendeteksian formalin dengan ubi jalar ungu termasuk metode yang lebih sederhana, cepat, dan juga ekonomis sebagai alternatif pengujian seperti metode kolorimetri, spektrofotometri, dan kromatografi gas yang memakai bahan-bahan kimia dan peralatan yang biasanya hanya dilakukan di laboratorium. Adapun pengujian sederhana dengan memanfaatkan bahan alami berupa ubi jalar ungu yaitu dengan memanfaatkan ekstrak ubi jalar ungu.

Prinsipnya ubi jalar ungu dikupas kulitnya, dipotong kecil-kecil dan dihancurkan sampai halus menggunakan blender dengan ditambahkan sedikit air, kemudian disaring/diperas sehingga terbentuk ekstrak. Ambil beberapa sendok cairan ekstrak, kemudian letakkan pada masing sampel yaitu tahu putih dan tahu kuning.

Keberhasilan pendeteksian dapat ditentukan berdasarkan apabila terjadi perubahan warna menjadi coklat kemerahan maka makanan positif mengandung formalin, karena pH formalin sekitar 5-6. Sedangkan jika sampel makanan tetap berwarna ungu seperti warna asli ekstrak ungu ubi jalar ungu maka makanan tersebut bebas dari formalin (Fitriani et al., 2022).

Antosianin bersifat  amfoter dan memiliki kemampuan bereaksi bila dicampur dengan asam kuat, sehingga antosianin dapat mendeteksi adanya kandungan formalin pada tahu.

Formalin sendiri merupakan asam kuat karena mengandung asam format akibat oksidasi formalin, dan kandungan formalin dapat dideteksi ketika antosianin ubi ungu dicampur dengan tahu yang mengandung formalin. Tampilan tersebut ditandai dengan perubahan warna dari ungu menjadi merah, perubahan warna yang disebabkan oleh perubahan kestabilan antosianin akibat pH asam formalin pada tahu putih (Setyawan & Hanizar, 2021).

 

Penulis:

  1. Meiza Pristi Nur Andini
  2. Fibriana Trianingtyas

Mahasiswa Biologi, Universitas Negeri Yogyakarta

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Referensi

Fitriani, D., Trihadi, B., & Widiyati, E. (2022). Sosialisasi pemanfaatan ekstrak ubi jalar ungu dan bunga terompet ungu sebagai indikator alami untuk mendeteksi formalin dan boraks pada makanan. MARTABE: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(3), 1018-1023.

Setyawan, A., & Hanizar, E. (2021). Deteksi formalin pada ikan asin menggunakan ubi jalar ungu (Ipomea batatas L.). Saintifika, 23(2), 33-41.

Yulianti, C.H. (2021). Perbandingan uji deteksi formalin pada makanan menggunakan pereaksi antilin dan Rapid Test Kit Formalin (Labtest). Journal of Pharmacy and Science, 6(1), 53-58.

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.