Boraks pada Makanan: Berbahaya tapi Mengapa Masih Digunakan?

Boraks
Ilustrasi: istockphoto

Pada era industri makanan modern, penggunaan bahan tambahan dalam proses pengolahan tidak bisa dihindari. Salah satu bahan tambahan yang sering digunakan adalah boraks atau natrium borat. Boraks, adalah senyawa kimia yang terdiri dari unsur boron, natrium, dan oksigen.

Boraks biasanya berbentuk kristal padat yang mudah larut pada air. Pada makanan, boraks menjadi bahan tambahan yang sering dijadikan sebagai bahan pengawet pada produk makanan yang sering dikonsumsi oleh konsumen seperti, mie basah, bakso, sosis, ikan asin, mi kuning, dan kerupuk.

Boraks membuat makanan tersebut menjadi kenyal dan warnanya bagus atau mencolok dari warna aslinya. Boraks kebanyakan ditemukan di pasar tradisional.

Bacaan Lainnya
DONASI

Namun, penggunaan boraks tersebut tidak terlepas dari berbagai efek samping yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pertanyaannya adalah, mengapa boraks masih digunakan meskipun diketahui berbahaya?

Karena fungsi boraks pada makanan adalah sebagai bahan pengawet, banyak oknum-oknum yang memanfaatkannya sebagai bahan tambahan makanan yang di produksi oleh mereka. Boraks sering dicampurkan secara ilegal oleh produsen makanan untuk mempertahankan tekstur, memberikan efek pemutihan dan pemadatan, serta memperpanjang masa simpan produk.

Padahal sebenarnya makanan tersebut sudah tidak fresh lagi. Terkadang konsumen tertarik dengan makanan yang memiliki warna mencolok karena menganggap hal itu lucu atau menarik. Selain itu, boraks juga merupakan bahan tambahan yang murah dan mudah dijangkau, sehingga menjadi pilihan yang menarik bagi produsen makanan dalam mengoptimalkan produksi mereka.

Namun, meskipun keuntungan-keuntungan yang dimiliki produsen tersebut, efek samping boraks pada kesehatan manusia tidak bisa diabaikan. Boraks dapat menjadi racun yang berpotensi merusak organ tubuh seperti ginjal, hati, dan otak.

Selain itu, penggunaan boraks dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi kulit, alergi, masalah pencernaan, hingga menyebabkan kematian. Risiko penggunaan boraks dalam jangka panjang juga sangat mengkhawatirkan, terutama pada anak-anak dan wanita hamil.

Meskipun efek sampingnya yang berbahaya, boraks masih digunakan dalam beberapa jenis makanan. Karena boraks jauh lebih murah dibandingkan dengan penggantinya yang lebih alami dan aman seperti, garam, atau bahan tambahan nabati.

Dalam industri makanan yang kompetitif, produsen cenderung memilih bahan tambahan yang harganya lebih terjangkau agar bisa mengoptimalkan keuntungan mereka. boraks juga dapat memberikan tampilan yang lebih menarik, tekstur yang lebih krispi, dan masa simpan yang lebih lama tanpa perlu memikirkan masalah perburukan makanan.

Selain itu, kurangnya kesadaran konsumen tentang bahaya boraks juga berperan besar dalam penggunaannya. Banyak konsumen yang kurang menyadari adanya boraks dalam makanan yang mereka konsumsi. Kurangnya informasi dan transparansi yang tersedia mengenai bahan tambahan makanan yang digunakan dalam proses pengolahan makanan.

Perlu upaya yang lebih besar dalam menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya boraks dalam makanan, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan bertanggung jawab terkait konsumsi makanan.

Dikarenakan masih banyak produsen nakal yang menggunakan boraks pada makanan, ada upaya yang harus dilakukan konsumen untuk memahami tentang bahaya boraks pada makanan dan memahami ciri-ciri khusus makanan yang mengandung boraks.

Perlu upaya yang lebih besar dalam menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya boraks dalam makanan, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan bertanggung jawab terkait mengonsumsi makanan.

Selain upaya tersebut, yang harus dilakukan konsumen adalah, konsumen harus teliti sebelum membeli makanan. Memang tak mudah jika hanya dilihat secara kasat mata, tetapi ada beberapa ciri khas makanan mengandung boraks yang bisa konsumen amati sebelum membeli makanan.

Seperti: 1) Bertekstur sangat kenyal, tidak mudah hancur, atau sangat renyah; 2) Berwarna sangat mencolok dari aslinya; 3) Beraroma menyengat yang mencurigakan, bahkan binatang seperti lalat pun enggan untuk menempel; 4) Tidak mudah rusak atau busuk meski sudah disimpan lebih dari tiga hari di suhu ruang.

Meskipun banyak upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi penggunaan boraks dalam makanan, perubahan yang signifikan tidak akan terjadi secara instan.

Diperlukan kerjasama antara pemerintah, produsen makanan, ahli gizi, dan konsumen yang bijak untuk mendorong perubahan yang lebih baik. Konsumen perlu mengedukasi diri mereka sendiri, memilih produk dengan hati-hati, dan mendukung produsen yang memprioritaskan keamanan dan kualitas produk.

Hal ini membuat kita agar dapat selektif dalam membeli produk pangan dengan cara memahami perbedaan makanan yang mengandung boraks atau tidak.

Contoh ciri khas produk yang mengandung boraks yaitu, berwarna lebih mencolok dari yang aslinya, bertekstur kenyal dan tidak mudah hancur, beraroma menyengat hingga binatang enggan untuk menempel, dan tidak mudah rusak dan busuk dalam jangka waktu lebih panjang di suhu ruang.

Dalam kesimpulannya, penggunaan boraks pada makanan memang memiliki efek samping yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Meskipun demikian, boraks masih digunakan karena harganya yang murah dan keuntungan komersial yang diperoleh produsen makanan. Kurangnya kesadaran konsumen yang belum memadai juga menjadi alasan mengapa boraks masih umum digunakan.

Hal ini membuat kita agar dapat selektif dalam membeli produk makanan dengan cara memahami perbedaan makanan atau ciri-ciri makanan yang mengandung boraks atau tidak.

Namun, dengan meningkatnya kesadaran dan upaya untuk membatasi penggunaan boraks, kita dapat berharap bahwa penggunaan bahan tambahan berbahaya ini akan berkurang atau bahkan dihilangkan sepenuhnya di masa mendatang.

Penulis:

Sang Nona Sarda Devy
Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI