Pendekatan Scaffolding dalam Meningkatkan Kemampuan Problem Solving Anak

Scaffolding
Ilustrasi Scalfolding pada Anak (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Pendahuluan

Kemampuan problem solving adalah keterampilan penting yang perlu dikembangkan sejak dini pada anak-anak.

Di era yang semakin maju ini, anak-anak dihadapkan pada tantangan yang kompleks dan memerlukan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan efektif.

Dalam menghadapi kompleksitas tersebut, pendekatan scaffolding telah terbukti sebagai cara yang efektif untuk membantu anak-anak mengembangkan kemampuan problem solving mereka.

Bacaan Lainnya

Anak-anak memiliki potensi bawaan dalam kemampuan problem solving, namun mereka membutuhkan bimbingan dan dukungan yang tepat untuk mengoptimalkan potensi tersebut.

Pendekatan scaffolding menawarkan solusi dengan melibatkan peran orang dewasa atau pendidik sebagai fasilitator.

Fasilitator ini memberikan bimbingan bertahap kepada anak-anak dalam memecahkan masalah, sehingga mereka dapat belajar secara mandiri.

Bukti konkret yang mendukung efektivitas pendekatan scaffolding dapat ditemukan dalam berbagai penelitian.

Sebagai contoh, sebuah jurnal penelitian berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning dengan Scaffolding Learning Activities terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa” menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan scaffolding dalam pembelajaran problem based learning menghasilkan peningkatan signifikan dalam kemampuan memecahkan masalah siswa.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelompok siswa yang menerima pendekatan ini mencapai peningkatan skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang hanya menerima pendekatan problem based learning tanpa scaffolding.

Selain itu, penelitian lain dengan judul “Pengaruh Strategi Scaffolding Terhadap Penyelesaian Masalah Pada Anak-Anak Usia Prasekolah” juga menunjukkan bahwa penggunaan strategi scaffolding dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah pada anak-anak usia prasekolah.

Anak-anak dalam kelompok yang menerima pendekatan ini menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengidentifikasi masalah, mengembangkan strategi penyelesaian, dan mengevaluasi hasil yang dicapai.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan scaffolding merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan kemampuan problem solving anak.

Oleh karena itu, dalam essay ini akan dibahas dengan lebih rinci mengenai strategi yang efektif dalam memberikan metode scaffolding kepada anak.

Pembahasan

Dalam pendekatan scaffolding, fasilitator memainkan peran penting dalam memberikan bantuan yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan pemahaman anak-anak.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menganalisis kemampuan dan pemahaman anak terhadap masalah yang dihadapi.

Analisis ini membantu dalam menentukan tingkat dukungan yang diperlukan dan merancang pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan individu anak.

Baca juga: Penerapan Model Pembelajaran Inovatif untuk Mengolah Pola Pikir Siswa Kelas Empat di SD Negeri Dadaprejo 01 Batu, Jawa Timur

Setelah melakukan analisis, tutor dapat memulai dengan memberikan contoh konkret tentang cara-cara efektif dalam memecahkan masalah yang serupa.

Contoh ini membantu anak-anak memahami strategi atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Tutor juga dapat memberikan dukungan verbal dalam bentuk pertanyaan panduan, petunjuk, atau contoh konkret saat anak-anak berusaha memecahkan masalah.

Dukungan ini membantu anak-anak memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang masalah dan memberikan arahan yang benar.

Selanjutnya, tutor mendorong anak-anak untuk berpikir kritis dengan mengajukan pertanyaan yang merangsang pemikiran mendalam. Mereka juga mendorong anak-anak untuk mencoba pendekatan alternatif dalam memecahkan masalah.

Dengan mendorong anak-anak untuk berpikir kritis dan mencoba pendekatan yang berbeda, mereka dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mengembangkan keterampilan berpikir yang fleksibel.

Selama proses pembelajaran, tutor juga memberikan umpan balik positif dan konstruktif kepada anak-anak ketika mereka berhasil menyelesaikan masalah atau membuat kemajuan.

Umpan balik ini memperkuat keberhasilan anak-anak dan membantu mereka mengenali dan memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Melalui umpan balik yang diberikan, anak-anak dapat terus meningkatkan kemampuan mereka dalam pemecahan masalah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wood, Bruner, dan Ross (1976) dalam “The role of tutoring in problem solving” menunjukkan beberapa temuan penting.

Pertama, melalui bantuan tutor dalam bentuk scaffolding, anak-anak mengalami kemajuan dalam kemampuan kognitif mereka, terutama dalam pemecahan masalah. Mereka mampu mengatasi tugas-tugas yang lebih kompleks dan mengembangkan strategi pemecahan masalah yang efektif.

Kedua, penggunaan scaffolding juga berdampak pada peningkatan kemandirian anak-anak dalam proses belajar. Dengan bimbingan dan dukungan yang diberikan secara bertahap, anak-anak dapat secara progresif mengambil alih tanggung jawab dalam pemecahan masalah.

Mereka belajar untuk mandiri dalam merencanakan, mengorganisir, dan mengevaluasi strategi mereka sendiri. Ini tidak hanya membantu mereka menjadi pemecah masalah yang lebih efektif, tetapi juga membentuk kepercayaan diri mereka dalam menghadapi tantangan yang kompleks.

Ketiga, interaksi dengan tutor yang menerapkan scaffolding juga berdampak positif terhadap keaktifan dan partisipasi anak-anak dalam proses belajar.

Anak-anak menjadi lebih aktif dan terlibat dalam dialog dengan tutor, mereka dengan antusias mengajukan pertanyaan, berbagi pemikiran, dan mendiskusikan strategi pemecahan masalah.

Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif dan memotivasi, di mana anak-anak merasa didengar, dihargai, dan merasa memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran.

Terakhir, penggunaan metode scaffolding juga memiliki manfaat jangka panjang dalam pembelajaran anak. Anak-anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang berguna dalam berbagai konteks dan disiplin ilmu.

Mereka belajar untuk menganalisis, menghubungkan, dan mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber. Selain itu, kemampuan mereka untuk mencari solusi alternatif dan beradaptasi dengan perubahan menjadi lebih baik.

Penutup

Dalam keseluruhan, pendekatan scaffolding memberikan kerangka yang kokoh bagi anak-anak untuk belajar dan berkembang secara efektif.

Dengan memberikan dukungan yang tepat, tutor membantu anak-anak membangun pemahaman yang mendalam, keterampilan berpikir kritis, kemandirian, serta kepercayaan diri mereka dalam menghadapi tantangan.

Melalui interaksi yang kolaboratif dan bimbingan yang diberikan, anak-anak dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan menjadi pembelajar yang aktif, kreatif, dan mandiri.

Penulis: Imamiatul Azizah
Mahasiswi PG-PAUD, Universitas Ahmad Dahlan

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi:

Rizkyanti, C. A. (2012). Pengaruh Strategi Scaffolding terhadap Penyelesaian Masalah pada Anak-anak Usia Prasekolah. Jurnal Ilmiah Psikologi MIND SET, 3(02), 84-95.

Wood, D. B. (1976). The role of tutoring in problem solving. Journal of child psychology and psychiatry, 17(2),, 89-100.

Yuliawanti, E. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning dengan Scaffolding Learning Activities terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.