Penerapan Values yang Terukur dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan di Perusahaan Manufaktur Jepang

Karyawan
Perusahaan Manufaktur Jepang.

Perusahaan Jepang dianggap sebagai salah satu kekuatan ekonomi penting di dunia. Ada beberapa alasan yang menjadikan perusahaan-perusahaan Jepang menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah menjunjung tinggi tradisi dan fokus terhadap kualitas.

Ada beberapa faktor values yang membuat perusahaan Jepang sukses seperti sekarang ini. Faktor-faktor ini juga membuat mereka bertahan pada arus perubahan zaman dan perusahaan mereka tetap eksis hingga hari ini.

Kunci sukses dalam mencapai kekuatan kompetetif perusahaan ialah kemampuan dalam mengatur manusia dengan efektif dengan values yang terukur dan standar. Dengan mengelola SDM secara efektif, perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas mereka, memenuhi kebutuhan perusahaan, kepuasan pelanggan, karyawan, investor, dan pemegang saham.

Bacaan Lainnya
DONASI

Same speed/ kecepatan yang sama, same direction/ tujuan yang sama, dan same spirit/ semanfat sama, menjadi kunci perusahaan Jepang dalam mengelola karyawannya. Same speed dengan melakukan training-training terstandar terkait skill dan knowledge.

Same direction berfokus pada bagaimana menstandarkan semua proses yang ada untuk disepakati bersama dan dilakukan, same spirit bagaimana karyawan diajak untuk memahami values, policy/ kebijakan yang ada di perusahaan.

Efektivitas manajemen SDM bisa memberikan pemenuhan pada kebutuhan karyawan dalam berbagai cara, seperti memberikan keberlanjutan perusahaan, ekspansi, dan peningkatan profitabilitas, serta menyediakan keamanan kerja yang baik. Selain itu, perusahaan juga dapat memberikan upah yang tinggi dan peluang karier yang tersedia bagi karyawan (Putri, Egidia Amalia et al. 2022).

Value (Nilai-Nilai) Menurut Para Ahli

Banyak ahli menyatakan bahwa nilai-nilai (values) memiliki dampak positif terhadap kesuksesan suatu perusahaan. Menurut Lesnik (2006), kesuksesan organisasi dapat tercapai ketika tujuan organisasi sejalan dengan nilai-nilai inti, dan karyawan organisasi juga mengadopsi nilai-nilai inti tersebut.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai organisasi memiliki dampak pada kinerja perusahaan. Salah satunya adalah mendukung keberhasilan organisasi, efektivitas operasional dan keunggulan finansial (Van Lee, Fabish & McGraw, 2005).

Gruys, Stewart, Goodstein, Bing, dan Wicks (2008) memberikan penekanan bahwasanya keuntungan adalah hasil berbagai nilai bersama membentuk budaya organsiasi yang unggul dan memiliki kontribusi pada meningkatnya etika dan kinerja dalam organsiasi.

Perusahaan yang didorong oleh values (nilai-nilai) yang baik dan terukur memiliki peluang yang lebih tinggi untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Nilai merupakan hal yang penting atau kepentingan relatif, sedangkan di sisi lain nilai adalah konsep abstrak dari apa yang benar, berharga atau diinginkan. Jadi nilai adalah gambaran mengenai apa yang benar, diinginkan, dan berharga, yang dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.

Ketika kita berbicara tentang value kerja, pasti di setiap perusahaan memiliki value dan istilah masing-masing yang in-line dengan visi misi serta goal perusahan tersebut. Namun hal terpenting adalah bagaimana value tersebut berdampak positif bagi peningkatan produktivitas di perusahaan.

Baca Juga: Perusahaan Tidak Boleh Memecat Karyawan Tanpa Alasan yang Jelas atau Sepihak

Produktivitas Kerja

Produktivitas dapat dikatakan juga sebagai sikap mental seseorang yang menginginkan peningkatan yang konsisten dalam pekerjaannya. Sikap mental ini mendorong individu untuk terus meningkatkan kemampuan mereka sendiri, yang pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan hasil kerja yang dihasilkan.

Menurut Yuan Badrianto dkk dalam Journal Science and Research (2023), produktivitas adalah perbandingan antara hasil kegiatan (output, keluaran) dengan seluruh biaya (input, masukan) yang dikeluarkan untuk mencapai hasil tersebut, mendorong karyawan untuk berprestasi.

Sebagai ukuran keberhasilan perusahaan dalam menjalankan bisnis, produktivitas karyawan sangat menentukan. Keuntungan dan produktivitas perusahaan akan meningkat seiring dengan tingkat produktivitas kerja karyawan yang lebih tinggi

Produktivitas kerja karyawan adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output dan input yang optimal, menurut Simamora (dalam Abdul & Saleh, 2018).

Produktivitas kerja akan sangat berpengaruh pada tujuan dan kepentingan perusahaan. Berdasarkan pengertian para ahli, dapat kita simpulkan bahwa produktivitas kerja adalah sikap mental karyawan yang mencerminkan kemampuan karyawan dalam melakukan pekerjaan dan hasil yang diperoleh berdasarkan sumber daya yang digunakan.

Beberapa values (nilai-nilai) dalam perusahaan manufaktur Jepang yang mempengaruhi spirit/ semangat berproduktivitas maksimal antara lain:

1. Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan)

Pembeli adalah raja, itu kata-kata nasihat yang sering kita dengar dalam keseharian kita. Di sektor bisnis apapun, baik skala besar ataupun kecil istilah ini sering digunakan untuk menyatakan bahwa pelanggan adalah orang yang penting dalam proses bisnis ataupun usaha kita.

Menurut (Rusydi, 2017:3) menyatakan bahwa pelanggan (customer) adalah seseorang yang datang atau memiliki kebiasaan untuk membeli sesuatu dari penjual.

Menurut Daryanto dan Setyobudi (2014:49), pelanggan adalah orang-orang yang kegiatannya membeli dan menggunakan suatu produk, baik barang maupun jasa secara terus menerus. Pelanggan atau pemakai suatu produk adalah orang-orang yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaanperusahaan bisnis.

Pelanggan adalah orang/ organisasi yang mendukung bisnis/ usaha kita. Hal ini termasuk bukan hanya orang yang membeli produk/ layanan kita, tetapi juga termasuk para ‘Stake-holder’ seperti suppliers-pemasok, masyarakat, dan lain-lain. Pelanggan, juga berarti “Our Next Process” -Proses setelah kita-.

Hal ini berkaitan dengan konsep “Jikotei Kanketsu concept (proses sendiri mengerjakan sampai tuntas)”, “Just-in time (memproduksi sesuai barang, jumlah dan waktu yang dijanjikan)” dan “Built in quality (mengutamakan kualitas)” dalam manufaktur perusahaan Jepang, di mana setiap bisnis proses harus menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin.

Jika mereka mengirim produk/ layanan yang “NG= Not Good/defect/cacat”, artinya mereka “memberikan masalah” untuk proses kerja selanjutnya. Itulah mengapa menjadi penting bagi semua elemen dalam perusahaan memahami pentingnya costumer dalam sebuah bisnis.

Baca Juga: Perlindungan Hukum terhadap Karyawan yang Mengalami Kecelakaan saat Bekerja

2. Continuous Improvement (Perbaikan Berkelanjutan)

Perbaikan berkelanjutan atau continuous improvement merupakan sebuah hal yang dipandang penting bagi perusahaan yang memiliki cita-cita untuk mencapai perusahaan kelas dunia, menurut Imai (1986).

Continuous Improvement atau perbaikan terus-menerus (perusahaan Jepang biasa menyebutnya “Kaizen“) adalah bagaimana sebuah perusahan meningkatkan operasi bisnis secara berkelanjutan, selalu mendorong inovasi dan evolusi.

KAIZEN (Kai=perubahan dan zen=baik) didefinisikan sebagai selalu berusaha melakukan proses “lebih baik” dalam hal produk/ layanan, keselamatan, kualitas, biaya, dan pengiriman. Salah satunya dengan metode proses menghilangkan MUDA= Pemborosan, MURA= Ketidakteraturan, MURI = Ketidaksesuaian.

Aktivitas lain yang sering dilakukan adalah memanfaatkan sumber daya perusahaan dengan efektif (hindari kemubaziran), mengambil keputusan dengan cepat,  mengkomunikasikan dengan pihak terkait serta selalu bertujuan mencapai pertumbuhan yang lebih baik (dengan tetap mempertimbangkan kemampuan dan kondisi saat ini).

Selain itu perlu untuk menekankan petingnya CCO (Challenge/tantangan, Change/perubahan, dan Ownership/rasa memiliki) sehingga seluruh karyawan selalu diminta berani untuk mencapai target yang tinggi, mengubah kebiasaan lama dan berani mengubahnya dengan serius dan membawa semangat ke dalam lingkungan pekerjaan dan bertanggung jawab sampai akhir dan menyelesaikannya.

3. Respect and Teamwork (Hormat dan Kerjasama)

Immanuel Kant, filsuf besar pertama Barat dari Jerman pada abad ke 18, berpendapat bahwa semua orang mempunyai pengaruh kuat dalam “respect”. Kant menjelaskan bahwa seseorang perlu menghormati dirinya dan orang lain.

Dari sinilah inti dari humanisme yang ideal dan liberal bahwa tujuan dalam diri adalah hidup bermartabat, harus selalu dihormati dan menghormati orang lain sebagai pribadi, dan penerapan teori moral dalam hal yang lebih luas, tidak hanya manusia namun juga lingkungan alam.

Rogers mulai mengangkat tema “Respect” dalam artikelnya yang terbit tahun 1957 (Patterson, 1985). Dia menyebutkan bahwa respek merupakan penghargaan tanpa syarat sebagai salah satu kondisi untuk mengubah kepribadian secara konstruktif.

Menurut Tenner dan Detoro (1992:183), team works is a group of individuals working together to reach a common goal.

Definisi kerjasama tim tersebut menjelaskan bahwa kerjasama tim adalah sekelompok orang-orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama dan tujuan tersebut akan lebih mudah diperoleh dengan melakukan kerjasama tim daripada dilakukan sendiri.

Respect penting karena menunjukan bagaimana kita menghargai orang lain dan bahwa dia menghormati hak pribadi dan martabat sesama manusia. Sukses perusahaan dan keberadaannya tergantung pada kontribusi semua pemegang kepentingan; pelanggan, pemegang saham, karyawan, partner bisnis dan masyarakat.

Kenapa teamwork penting? Bukan berarti setiap orang melakukan hal yang sama atau setiap orang dapat melakukan pekerjaan orang lain.

Baca Juga: Tantangan dan Solusi dalam Pembayaran dan Tunjangan Karyawan

Ini lebih berarti sinergi kerja, di mana bekerja sebagai team/ kelompok menghasilkan hasil yang lebih banyak daripada bekerja sendiri, juga berarti pengelolaan yang benar, kekuatan dan kekhususan individu saling melengkapi satu sama lain.

Nilai kerjasama tim banyak kita lihat dalam olahraga. seberapa sering kita melihat tim yang terdiri dari pemain bintang mahal dikalahkan oleh tim dengan pemain yang mungkin secara individu kurang berbakat. Dengan diasumsikan harga transfer pemain sebagai indikatornya.

Jawabannya terletak pada dua hal; sinergi dari team (diibaratkan sebagai lem dan minyak) dan peran penting seorang manajer/ atasan.

Semangat keadilan dalam memperlakukan seseorang dengan adil dan terbuka (menghormati dan menerima perbedaan), mendengarkan pendapat orang dengan hati-hati dan memiliki cara berfikir yang konsisten juga sebuah nilai yang penting dalam membangun respect dan teamwork dalam perusahaan.

4. Compliance (Kepatuhan)

Menyetujui tindakan atau fakta dengan kemauan atau perintah, cara-cara di mana perusahaan berusaha mempertahankan ketenangan berusaha dan kenyamanan bekerja dan kepatuhan agar diterima oleh masyarakat luas dan diakui oleh pemerintah.

Maka perusahaan harus menghormati dan mematuhi “peraturan yang terkait” di Indonesia dan mempertimbangkan adat istiadat setempat juga agar perusahaan dapat diterima dalam bisnisnya maka perusahaan harus menghargai dan mematuhi hukum-hukum yang berlaku di bisnis tersebut.

Seluruh karyawan juga diminta untuk mencari (mengetahui) semua peraturan yang berkaitan dengan tugasnya atau adat istiadat setempat yang berhubungan dengan pekerjaannya dan berusaha untuk mematuhinya.

Dalam kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas sesuai dengan kebijakan, aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan kepatutan lebih pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil keputusan. Jika melanggar kepatutan belum tentu melanggar kepatuhan.

Selain itu, kepatuhan menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu.

Terdapat dua perspektif dasar kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental dan normative seperti yang dikemukakan Tyler (Susilowati, 1998, 2003, 2004 dalam Saleh, 2004). Perspektif instrumental berarti individu dengan kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi.

Pada akhirnya, bila semua values (nilai-nilai) dapat menjadi bahasa/ standar/ kultur bagi seluruh karyawan dalam bekerja maupun berinteraksi dengan sesamanya, maka bisa dipastikan tujuan perusahaan untuk mendapatkan ketenangan berusaha dan menjadi profitable company bisa tercapai selaras dengan kesejateraan karyawan dan ketenangan bekerja akan bisa dirasakan.

Penulis:

Ardiyansyah
Mahasiswa S2 Manajemen Universitas Pelita Bangsa

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI