Pengaruh Pola Konsumsi Makan Fast Food dan Pola Tidur dapat Mempengaruhi Terjadinya Obesitas pada Remaja?

Obesitas pada Remaja

Hallo sobat sehat! Seperti yang teman-teman ketahui, obesitas ditandai dengan ketidakseimbangan kronis antara asupan energi dan pengeluaran energi, yang mengakibatkan penumpukan lemak yang berlebihan.

Apakah pola konsumsi makan fast food dan tidur dapat mempengaruhi terjadinya obesitas pada remaja?

Ketika anak-anak mencapai usia remaja, mereka sering mulai mengkonsumsi makanan cepat saji. Keinginan remaja untuk mencicipi masakan kontemporer adalah penyebab umum dari masalah ini.

Bacaan Lainnya

Asupan fast food remaja dipengaruhi oleh kebiasaan makannya yang tidak menentu, antara lain sering ngemil, sering melewatkan sarapan, dan tidak makan siang sama sekali. Kebanyakan orang, terutama remaja, menyukai makanan cepat saji karena tersedia dengan cepat dan mudah.

Salah satu alasan Anda sering mengonsumsi fast food adalah karena rasanya yang enak. Tingginya kadar minyak, garam, dan gula berkontribusi pada rasa lezat makanan cepat saji. Hal ini disebabkan rendahnya nilai gizi makanan cepat saji dan bahan tambahan (pengawet, pewarna, pemanis buatan, dan penguat rasa) yang digunakan dalam produksi makanan cepat saji.

Remaja obesitas sering melakukan praktik konsumsi makanan yang kaya kalori. Asupan serat yang rendah pada remaja merupakan kontributor umum untuk masalah ini.

Akibatnya, mayoritas makanan yang dikonsumsi lebih tinggi kalori, lemak, dan gula. Surplus kalori menyebabkan seseorang menambah berat badan.

Remaja yang kelebihan berat badan cenderung memiliki kebiasaan asupan kalori yang lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk ukuran tubuhnya. Dikhawatirkan indeks massa tubuh bisa naik jika makanan tersebut sering ditelan, terus-menerus, dan berlebihan.

Obesitas adalah gangguan yang ditandai dengan penumpukan lemak yang tidak normal atau berlebihan pada jaringan adiposa, yang berbahaya bagi kesehatan.

Remaja dan orang dewasa yang obesitas biasanya melakukan aktivitas fisik yang lebih sedikit sepanjang hari, mengakibatkan kurang tidur, atau insomnia. Kurang tidur juga dapat menyebabkan kelelahan di siang hari, yang cenderung membatasi aktivitas fisik. Ini dapat menyebabkan obesitas.

Durasi tidur yang singkat (< 6 jam) dapat mempengaruhi hormon leptin dan ghrelin, menyebabkan sensasi lapar dan makan berlebihan.

Penulis: Annisa Witri Wulandari
Mahasiswa Jurusan Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.