Awalnya, buzzer dikenal sebagai alat pemasaran produk, tetapi sejak Pilgub DKI Jakarta 2012 dan meningkat pesat pada Pemilu 2014, penggunaannya meluas ke politik. Buzzer politik sering dianggap sebagai aktor penting dalam penggalangan opini di dunia maya, terutama selama kontestasi politik seperti Pilkada dan Pemilu.
Buzzer dalam politik menggunakan bahasa untuk membangun citra positif atau negatif, seperti menyebarkan pencapaian dan visi melalui teks, gambar, dan video. Mereka juga menyebarkan pesan politik dengan posting baru, berbagi informasi, dan hashtag untuk jangkauan luas.
Selain itu, buzzer sering memanipulasi informasi dengan hoaks, media yang diubah, atau kutipan di luar konteks untuk mendukung klien atau menyerang lawan. Taktik psikologis, seperti framing persuasif dan bahasa emosional, digunakan untuk memengaruhi pikiran dan perasaan pengguna media sosial.
Baca juga:Â Buzzer dalam Propaganda Politik: Strategi atau Ancaman?
Praktik ini umum selama pemilihan, tetapi kontroversial karena sering dikaitkan dengan kampanye negatif, seperti fitnah, yang dapat merusak demokrasi. Meskipun membantu promosi, dampaknya terhadap kebenaran informasi masih diperdebatkan.
Bahasa buzzer dapat secara signifikan membentuk opini publik, terutama di media sosial, dengan strategi seperti mass tagging untuk topik tren atau ancaman hukum (misalnya UU ITE) terhadap lawan politik.
Kesimpulannya, penggunaan bahasa oleh buzzer dalam politik Indonesia mencakup strategi untuk membangun citra positif atau negatif, menyebarkan pesan, memanipulasi informasi, dan menggunakan taktik psikologis.
Meskipun efektif untuk memengaruhi opini publik, praktik ini kontroversial karena sering dikaitkan dengan dampak negatif seperti penyebaran hoaks dan ujaran kebencian, yang dapat merusak proses demokrasi. Informasi ini konsisten dengan tren politik digital saat ini, terutama menjelang pemilihan, dan mencerminkan kompleksitas peran buzzer dalam lanskap politik Indonesia.
Penulis:Â Muhammad Trahdin Zulfikhar
Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Univeristas Pamulang
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News